Kisah Kebo Iwa, Raksasa Baik Hati yang Dikhianati dan Dikubur Hidup-hidup

Kisah Kebo Iwa, Raksasa Baik Hati yang Dikhianati dan Dikubur Hidup-hidup

Seleb | BuddyKu | Sabtu, 10 Juni 2023 - 05:57
share

Kebo Iwa adalah panglima militer Bali pada masa pemerintahan Prabu Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten pada awal abad XIV. Kebo Iwa punya nama lain Kebo Wandira atau Kebo Taruna yang bermakna kerbau yang perjaka.

Pada masa itu, nama-nama binatang tertentu seperti kebo (kerbau), gajah, mahisa (banteng), banyak (angsa) lazim dipakai sebagai titel kehormatan khususnya di Bali ataupun Jawa.

Panglima muda yang bertempat tinggal di desa Blahbatuh dan anak dari Panglima Rakyan Buncing ini sering digambarkan sebagai pemuda bertubuh tinggi besar yang mengusai seni perang selain ilmu arsitektur. Undagi (arsitek tradisonal Bali) ini membangun berbagai tempat suci di Bali dan tak segan-segan mengangkut sendiri batu-batu besar dengan kekuatan fisiknya.

Gajah Mada memandang Kebo Iwa dan Pasung Grigis, panglima Bali yang lebih senior dan ahli strategi militer, sebagai batu sandungan politik ekspansionisnya. Untuk itu, ia melakukan tipu muslihat dengan menghadap raja Bali dan menawarkan perdamaian.

Ia mengundang Kebo Iwa untuk datang ke Majapahit dan dinikahkan dengan seorang putri dari Lemah Tulis sebagai tanda persahabatan antar kedua negara. Namun sesampai di Majapahit, Kebo Iwa kemudian dibunuh. Gugurnya Kebo Iwa ini mempermudah ekspedisi penaklukan Bali yang dipimpin Adityawarman, panglima berdarah Singhasari-Dharmasraya, pada 343.

Ekspedisi Majapahit ke Bali dipimpin oleh Gajah Mada yang diiringi oleh panglima Arya Damar, Arya Kenceng, Arya Sentong, Arya Belog, dan Arya lainnya.

Mereka memimpin pasukan Majapahit dalam penyerangannya ke Kerajaan Bali. Penyerangan ini menyebabkan terjadinya pertempuran antara pasukan Gajah Mada dengan Kerajaan Bedahulu yang mengakibatkan Raja Bedahulu dan putranya wafat serta hancurnya kerajaan ini.

Sosok Kebo Iwa Ada dua kisah yang melegenda tentang sosok Kebo Iwa. Kisah pertama tentang sosoknya yang tinggi besar layaknya raksasa terkait dengan asal usul Danau Batur yang terletak di Desa Penelokan Utara, Kintamani, Bangli, Bali.

Kisah lain, Kebo Iwa memiliki kesaktian dan kekuatan kanuragan yang tinggi hingga ditakuti prajurit Kerajaan Majapahit saat akan ekspansi menyerang ke Bali.

Dalam kisah legenda yang ada di Bali, terbentuknya Danau Batur tak lepas dari sosok Kebo Iwa, raksasa yang suka menolong para penduduk sekitar. Kebo Iwa lahir dari pasangan suami-istri di desa sekitar Danau Batur yang sudah lama sangat menginginkan keturunan.

Hingga akhirnya sang istri hamil dan melahirkan anak. Anehnya, si anak dalam perkembangannya sangat cepat dan mengkonsumsi makanan yang sangat banyak. Bahkan makanan yang disantap hingga beberapa kali porsi orang dewasa.

Karena memiliki tubuh tinggi besar layaknya raksasa maka Kebo Iwa sering dimintai tolong membangun bangunan rumah-rumah dan pura tempat ibadah para penduduk. Dalam kisahnya, Kebo Iwa tidak meminta apapun sebagai imbalan atas bantuannya, ia hanya meminta disediakan makanan yang banyak.

Awalnya, para penduduk pun bisa menyanggupi permintaan makanan dari Kebo Iwa. Namun lama kelamaan para penduduk pun merasa kesulitan terutama saat musim kemarau datang. Apalagi lumbung padi peduduk desa pelan-pelan menjadi kosong, bahan makanan pokok pun mulai sulit didapat.

Kekeringan dan kesulitan bahan makanan menimpa penduduk desa. Dampaknya makanan yang disajikan untuk Kebo Iwa pun berkurang. Hingga akhirnya sang raksasa pun mengamuk karena tidak mendapatkan keinginannya.

Rumah penduduk dirusak Kebo Iwa karena lapar. Ketakukan dengan amukan Kebo Iwa, disebutkan lebih lanjut para penduduk pun berpikir keras cara untuk melawan sang raksasa yang begitu kuat tersebut.

Dikubur Hidup-hidup Masyarakat mencari akal untuk melawan Kebo Iwa. Masyarakat sepakat untuk mengelabui Kebo Iwa dengan berpura-pura membutuhkan pertolongan Kebo Iwa untuk membangun kembali rumah-rumah serta pura tempat peribadatan yang telah dirusak Kebo Iwa.

Sebagai bayarannya penduduk yang diwakili oleh kepala kampung berjanji akan menyediakan makanan yang banyak kepada Kebo Iwa. Sang raksasa pun tergiur dengan tawaran penduduk desa dan bersedia untuk membangun kembali rumah-rumah dan pura yang telah dirusaknya dalam waktu singkat.

Sementara itu, di saat yang sama para penduduk desa disebutkan mengumpulkan kapur dalam jumlah yang banyak. Kemudian ketika Kebo Iwa sedang sibuk menggali sumur, dengan menggunakan kedua tangannya langsung untuk menggali tanah.

Perlahan-lahan, sumur yang digali pun semakin dalam. Sesekali sang raksasa disebutkan beristirahat di dalam sumur ketika siang hari. Kemudian, para penduduk menggunakan kesempatan ini untuk memusnahkan sang raksasa.

Penduduk desa mengubur Kebo Iwa hidup-hidup, yakni menimbunnya dengan kapur yang begitu banyak. Kebo Iwa tubuhnya merasa panas akibat tercampurnya kapur dengan air, hingga disebutkan sang raksasan akhirnya mati tenggelam terkubur di dalam sumur yang ia gali sendiri.

Hal itu akibat air yang bercampur dengan kapur dan menciptakan panas yang melepuhkan kulit. Lama kelamaan air sumur terus mengalir deras lalu meluap dan banjir melanda desa tempat tinggal warga.

Luapan sumur yang terus mengalir itu berubah menjadi danau yang kini di sebut Danau Batur. Sedangkan tumpukan tanah yang digali dari sumur tersebut menjadi sebuah gunung yang dinamai Gunung Batur.

Kisah cerita rakyat ini diyakini oleh masyarakat sekitar sebagai asal-usul terbentuknya danau dan Gunung Batur. Namun, jika ditelisik dari sisi ilmu ilmiah, proses terbentuknya Danau Batur dikarenakan dua letusan Gunung Batur tua yang memiliki ketinggian lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut.

Gunung Batur tua meletus sekitar 29.300 tahun yang lalu dan menghancurkan separuh bagian gunung bagian atas. Letusan dahsyat tersebut mengakibatkan oleh amblasnya dasar Gunung Batur. Ukuranya 13,8 kali 10 kilometer persegi melingkar dengan diameter 7,5 kilometer lalu membentuk dinding terjal sedalam kira-kira 400 meter, hingga muncul kaldera yang pertama.

Selanjutnya letusan kedua yang terjadi sekitar 20.150 tahun yang lalu dari kawasan pusat kaldera dan Danau Batur. Letusan ini memicu kembali amblasnya dasar Gunung Batur yang membentuk kaldera melingkar di dalam kaldera pertama, terjadilah kaldera kedua yang membentuk topografi dinding terjal sedalam rata-rata 200 meter.

Bagian daerah terendah Gunung Batur inilah yang kemudian membentuk menjadi danau yang disebabkan proses akumulasi air hujan yang sekarang dikenal sebagai Danau Batur.

Sumber: Okezone, dongengceritarakyat dan berbagai sumber diolah

(msd)

Topik Menarik