Review Film Kandahar, Konflik Timur Tengah Berskala Epik

Review Film Kandahar, Konflik Timur Tengah Berskala Epik

Seleb | BuddyKu | Selasa, 30 Mei 2023 - 12:26
share

www.gwigwi.com Gerrard Butler, aktor yang dikenal dengan peran ikoniknya sebagai Leonidas di 300 (2006) kini tak lagi mengheadline film blockbuster studio besar Hollywood dan memilih berkarir di film berbudget sedang seperti film bencana Greenland (2020) dan Plane (2023). Melihat Kandahar (2023) tak sulit merasa skeptis kalau filmnya hanya menjadi kelas B, propaganda perang pro amerika, aksi alakadar dan akan cepat dilupakan. Ternyata, Kandahar boleh jadi adalah salah satu film terbaik mengenai perang di timur tengah.

Setelah membantu meledakkan instalasi nuklir di Iran, Tom (Gerar Butler) bersiap untuk pulang ke Inggris menemui putrinya. Roman (Travis Fimmel) kemudian menawarkan misi yang bisa membantu masa depan anak Tom. Tom menyanggupinya. Dia ditemani penerjemah muslim yang pernah bekerja sama dengan AS, Mohammad (Navid Negahban). Misi Tom dibatalkan dan kini keduanya buronan Iran dan juga agen Pakistan, Kahlil (Ali Fazal) dan harus segera meninggalkan Timur Tengah.

Plotnya mungkin mirip The Covenant (2023) nya Guy Ritchie tapi yang beda dilakukan oleh Kandahar adalah para karakternya. Semuanya memiliki kompleksitas yang menarik; Tom yang sadar perang modern bukan untuk diselesaikan, Roman agen amerika yang muslim, Kahlil orang Pakistan yang liberal, Farzad (Bahador Foladi) tentara Iran yang tak ingin kejam tapi harus dan Mohammad yang seolah penggambaran orang sipil muslim yang terjebak konflik.

Mereka jugalah yang membuat adegan aksi terasa lebih menusuk nan menegangkan. Aksi yang sungguh stand out adalah saat Tom menghadapi helikopter Iran di malam hari. Pengadeganannya kreatif, berasa orisinil dalam mengolah ketegangan.

Review Film Kandahar, Konflik Timur Tengah Berskala Epik

Review Film Kandahar, Konflik Timur Tengah Berskala Epik

Semuanya seakan tidak ingin berada di medan perang namun harus baik karena pekerjaan atau rasa tanggung jawab. Boleh jadi bila situasinya lain mereka bisa saja nongkrong akrab bersama.

Adalah Mohammad yang ternyata jadi pencuri perhatian. Adegan dia bertemu pembunuh anaknya demikian emosional dan menegangkan. Bahador tampil luar biasa menunjukkan kesedihan, kemarahan dan keikhlasan seorang bapak di situ.

Kompleksitas situasi di Timur Tengah yang digambarkan melebihi umumnya cerita yang sama; Preman lokal yang mudahnya beralih pihak untuk ambil untung, pasukan khusus Afghan menyamar menjadi ISIS untuk operasi, kelompok lain di Afghan yang bisa dimanfaatkan negara lain seperti Pakistan, etc.

Tentu barat (AS & Inggris) turut hadir dengan kepentingannya, namun tak terkesan mengglorifikasi kedigdayaan mereka. Yah ada dikiiit lah. Semuanya berasa bidak dari teater berskala epik bernama Konflik Timur Tengah.

Epik mungkin deskripsi tepat karena tak disangka skala ceritanya cukup besar; melibatkan banyak orang dan terjadi di banyak tempat. Shotnya menguatkan itu, memperlihatkan luas dan indahnya alam di sana melebihi film-film berlatar sama.

Kesuksesan Kandahar nampaknya bukan hanya tak menonjolkan AS dan sekutu tapi menampilkan situasi-situasi yang bisa memicu diskusi dan pertanyaan soal nasionalisme, tujuan berperang dan akibatnya untuk tak hanya si jagoan dan antagonis tapi untuk semua orang di sana juga keluarga yang menunggu di seberang lautan.

Ratingnya R lho

Topik Menarik