Mengapa Syawal Jadi Bulan Baik untuk Menikah, Simak Penjelasannya

Mengapa Syawal Jadi Bulan Baik untuk Menikah, Simak Penjelasannya

Seleb | BuddyKu | Rabu, 10 Mei 2023 - 19:30
share

JAKARTA, celebrities.id - Mengapa Syawal jadi bulan baik untuk menikah? Pertanyaan tersebut pastinya membuat umat Muslim penasaran dan ingin mengetahui jawabannya.

Sebagian orang yang akan menikah, tentunya akan menentukan waktu-waktu terbaik untuk melangsungkannya. Misalnya Syawal, jadi salah satu bulan yang dipilih dan banyak dipakai untuk menikah.

Imam An Nawawi menjelaskan hadits di atas bahwa Di dalam hadits ini terdapat anjuran untuk menikahkan, menikah, dan membangun rumah tangga pada bulan Syawal.

Terdapat hadits yang menyatakan, dari Sayyidatina Aisyah radhiyallahu\'anha berkata:

Artinya: "Rasulullah Shallallahu \'Alaihi Wasallam menikahiku pada bulan Syawwal dan berkumpul denganku pada bulan Syawwal, maka siapa di antara istri-istri beliau yang lebih beruntung dariku?"( HR Muslim no. 2551, At-Tirmidzi no. 1013, An-Nasai no. 3184, Ahmad no. 23137)

Sementara itu, dikutip dalam kitab Al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Rasulullah SAW, menikahi Aisyah untuk membantah keyakinan yang salah sebagian masyarakat yaitu tidak suka menikah di antara dua Id (bulan Syawal termasuk di antara Idul Fitri dan Idul Adha), mereka khawatir akan terjadi perceraian.

Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), KH. Sirril Wafa mengatakan, Pernikahan Siti Aisyah dengan Nabi Muhammad inilah yang mematahkan mitos, bahwa Syawal merupakan bulan sial. Terutama bagi yang akan menikah, beberapa tradisi memberi banyak pantangan pada bulan tersebut.

"Kalau di wilayah Nusantara, mitos-mitos seputar hindari pernikahan di bulan-bulan tertentu diduga kuat terjadi jauh setelah masa Nabi. Namun demikian, seluruh peristiwa yang dicontohkan Nabi Muhammad menjadi barometer untuk umatnya di lintas wilayah dan zaman," ujarnya, beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, selain bulan syawal dan apit/selo/dzul qa\'dah, dalam kepercayaan masyarakat Jawa muncul pandangan adat tentang konsep bulan-bulan "Duda" yang bersumber dari spekulasi otak-atik kaidah perhitungan Aboge. Serta kalender urfi sistem aboge, dikenal siklus windu atau per-8 tahunan.

"Tahun-tahun lainnya ada padanan hari/pasarannya. Yang tidak ada padanannya itulah yang ditetapkn sebagai tahun duda. Maka dihindari helat perkawinan pada tahun-tahun duda," katanya.

Selain itu, agar tidak terjadi perceraian, terdapat spekulasi yang menarik di dalam aturan adat, yang antara lain tertolak oleh segmen-segmen tata cara Nabi berperilaku sebagai Sunnah dalam kehidupan sehari-hari.

"Inilah antara lain makna Nabi sebagai Uswatun Hasanah (contoh yang baik)," tuturnya.

Topik Menarik