Benarkah Kaget Bisa Memicu Stroke? Ini Penjelasannya!

Benarkah Kaget Bisa Memicu Stroke? Ini Penjelasannya!

Seleb | BuddyKu | Selasa, 2 Mei 2023 - 06:16
share

BEBERAPA waktu ini tengah dihebohkan atas meninggalnya seorang bayi di Gresik, diduga akibat suara petasan. Belum lagi, berdasarkan informasinya, bayi berinisial N ini dikatakan sempat mengalami kejang dan pembuluh darah pecah di otak sebelum meninggal.

Melihat dari riwayat kondisi Bayi N, kita tahu terjadinya stroke umum karena adanya pecah pembuluh darah. Nah lantas apakah kaget mendengar suara petasan bisa membuat orang terkena stroke?

Dokter Ungkap Pertolongan Pertama untuk Heatstroke karena Suhu Panas

Menurut Dr Muhammad Fajri Adda\'I, dokter relawan Covid-19 dan edukator kesehatan bahwa suara besar dari petasan sesungguhnya bisa membuat siapapun merasa kaget. Namun, jika itu amat besar, memungkinkan tensi darah meningkat dan pembuluh darah pecah akibat kaget itu.

Stroke

"Iya tergantung kalau dia kaget secara luar biasa terus dia sebelumnya, memiliki penyakit memiliki gangguan pendarahan di otak atau penipisan dinding pembuluh darah. Mengalami kaget banget terus picu tensinya tinggi dan akibatnya pembuluh darahnya pecah itu bisa saja," jelas Dr Fajri kepada MNC Portal beberapa waktu lalu.

Studi Sebut Tidur Lebih dari 9 Jam Bisa Tingkatkan Risiko Stroke!

Melansir dari Medical News Today , saat stroke hemoragik terjadi, pembuluh darah akan pecah di otak. Kerusakan akibat stroke hemoragik dapat terjadi akibat tekanan disebabkan oleh perdarahan, edema, atau kurangnya suplai darah.

"Jaringan otak bisa berdarah setelah stroke iskemik yaitu stroke yang disebabkan oleh suplai darah tersumbat. Ini merusak jaringan otak, membuatnya rapuh dan rentan terhadap pendarahan," keterangan dalam Medical News Today.

Dari penjelasan tersebut, rasa kaget yang amat tinggi atau besar, bisa memicu tensi darah meningkat. Hal ini pun bisa buat pembuluh darah pecah, yang mana kita pahami ini sebagai stroke.

Perlu diketahui, faktor risiko dari stroke sendiri beragam, mulai dari riwayat medis, dan kebiasaan atau gaya hidup bisa meningkatkan risiko stroke yang lebih tinggi, yaitu tekanan darah tinggi, kadar kolesterol low-density lipoprotein (LDL) yang tinggi, merokok, diabetes, riwayat keluarga stroke, riwayat penyakit jantung, tingkat stres dan kecemasan yang tinggi, kondisi medis tertentu, seperti gangguan perdarahan, dan penggunaan narkoba seperti kokain.

Sehubungan dengan stroke akibat suara petasan kemudian meninggal dunia, menurut Dr Fajri kecil peluangnya. Sebab masih ada kemungkinan lain yang mendasari, sehingga kematian bayi akibat suara petasan di Gresik, katanya belum bisa dipastikan.

"Tapi kemungkinan besar Dia memiliki hal yang mendasari, jarang ada kaget (kemudian meninggal) stroke itu hampir jarang banget," katanya.

Topik Menarik