Perasaan Lukman Sardi Campur Aduk saat Baca Puisi Chairil Anwar, Ingin Menangis tapi Ada Semangat Optimisme

Perasaan Lukman Sardi Campur Aduk saat Baca Puisi Chairil Anwar, Ingin Menangis tapi Ada Semangat Optimisme

Seleb | BuddyKu | Jum'at, 28 April 2023 - 23:37
share

JAKARTA, celebrities.id - Dalam rangka memperingati Hari Puisi Nasional yang juga bertepatan dengan tanggal wafatnya Chairil Anwar pada 28 April, Miles Films meluncurkan serial antologi seni video bertajuk Aku, Chairil.

Karya ini sebagai penghormatan setinggi-tingginya kepada Chairil Anwar sebagai maestro di dunia sastra Indonesia.

Dalam 7 episode yang dihadirkan, \'Aku, Chairil\' melibatkan 7 aktor papan atas yang namanya sudah tak asing lagi, salah satunya Lukman Sardi yang membawakan puisi Derai-Derai Cemara dalam karya yang diluncurkan tersebut.

Lukman Sardi melalui proses yang cukup panjang untuk berusaha menghafalkan Derai-Derai Cemara. Meski tak hafal sepenuhnya, segala emosi yang tumpah dengan rasa yang mendalam ketika membacakannya masih terus dirasakannya sampai saat ini.

"Saya begitu baca \'Derai-Derai Cemara\' tuh wah itu jadi menjadi favorit saya. Meski gak hafal semuanya sampai sekarang, prosesnya cukup panjang. Tapi semua rasa saat membacakan puisi masih saya rasakan sampai sekarang, ujar Lukman di Sarinah, Jakarta Pusat, Jumat (28/4/2023).

Kala itu, Lukman Sardi merasakan betul bagaimana rasanya terpuruk dan hancur dimana bulir-bulir air mata sudah hampir menetes di pipi. Tapi di balik itu, seolah ada kekuatan yang entah darimana datangnya, kekuatan yang mendorong agar tetap optimis untuk bisa melewati keterpurukan itu meski tak tahu bagaimana hasilnya nanti. Lukman Sardi mengaku tak pernah merasakan gejolak seperti itu sebelumnya.

Saya merasakan terpuruk. Ada rasa ingin menangis tetapi di balik itu ada rasa optimisme, entah bisa dicapai atau enggak. Itu yang saya rasakan. Saya belum pernah menemukan seperti itu, katanya.

Ketika membacakannya, Lukman menyadari bahwa hidup adalah untuk terus berjuang dan bertahan sampai pada titik dimana nantinya sudah tak ada yang bisa dilakukan lagi. Sebelum sampai di titik itu, terus berjuang dan memberikan yang terbaik adalah satu-satunya pilihan dalam hidup.

"Pas saya baca, terus saya mikir saya hidup untuk apa? Survive, kasih yang terbaik, menang, jadi sesuatu pilihan sampai disaat titik tertentu kita sebagai manusia gak bisa apa-apa," katanya.

Topik Menarik