Mengenal Metode Hisab dan Rukyat, Cara Menentukan Awal Ramadan dan Syawal

Mengenal Metode Hisab dan Rukyat, Cara Menentukan Awal Ramadan dan Syawal

Seleb | BuddyKu | Rabu, 12 April 2023 - 16:24
share

JAKARTA, celebrities.id - Mengenal metode hisab dan rukyat dapat menambah pengetahuan kamu dalam memahami penentuan awal Ramadan dan Syawal.

Adanya perbedaan prinsip yang mendasar dalam nash ini kerap melahirkan perbedaan cara penerapannya di Indonesia.

Ada yang merujuk pada pendapat wujudul hilal atas dasar hisab (bulan sudah berada di atas ufuq). Ada pula yang merujuk pada pendapat Rukyatul hilal (bulan berada di atas ufuq dengan ketentuan Imkan ar- rukyah).

Kedua metode dasar tersebut digunakan dalam menetapkan awal Ramadan dan awal bulan Syawal setiap tahun di Tanah Air. Ketika hasil ijtihadnya ternyata jatuh pada hari yang berbeda, diharapkan saling menghormati dan tidak menimbulkan permasalahan yang mengganggu esensi dari ibadah itu sendiri di kalangan masyarakat.

Dilansir dari berbagai sumber pada Rabu (12/4/2023), celebrities.id telah merangkum mengenal metode hisab dan rukyat, sebagai berikut.

Mengenal Metode Hisab dan Rukyat

Inilah beberapa metode hisab dan rukyat yang dapat kamu simak, seperti dikutip dari laman Majelis Ulama Indonesia.

a. Metode Hisab

Metode ini digunakan saat bulan kamariah baru dimulai apabila pada hari ke-29 berjalan. Saat matahari terbenam terpenuhi tiga syarat berikut secara kumulatif, yaitu pertama telah terjadi ijtimak, kedua ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam dan ketiga pada saat matahari terbenam Bulan (piringan atasnya) masih di atas ufuk.

Menjadikan keberadaan bulan di atas ufuk saat matahari terbenam sebagai kriteria mulainya bulan baru merupakan abstraksi dari perintah-perintah rukyat dan penggenapan bulan tiga puluh hari bila hilal tidak terlihat.

Sama seperti imkan rukyat, metode wujudul hilal juga bagian dari hisab hakiki. Bedanya, wujudul hilal lebih memberikan kepastian dibandingkan dengan hisab imkan rukyat. Jika posisi bulan sudah berada di atas ufuk pada saat terbenam matahari, seberapapun tingginya (meskipun hanya 0,1 derajat), maka besoknya adalah hari pertama bulan baru.

Sebagai contoh, pada Kamis, 29 Ramadhan 1444 H/20 April 2023, ijtimak geosentris sudah terjadi, bahkan bersamaan dengan terjadinya gerhana Matahari, yaitu pada jam 11:12:27 WIB. Kemudian tinggi Bulan saat Matahari terbenam di Indonesia antara 0 44 26 s/d 2 21 38.

Data hisab di atas menunjukkan bahwa secara hisab wujudul hilal, hilal sudah muncul. Sebab, syaratnya sudah terpenuhi, yaitu ijtimak terjadi sebelum maghrib dan posisi Bulan sudah positif di atas ufuk. Hingga menurut hisab wujudul hilal seperti yang digunakan oleh Muhammadiyah, 1 Syawal 1444 H ditetapkan bertepatan dengan Jumat, 21 April 2023.

b. Metode Rukyat

Metode ini merupakan aktivitas mengamati visibilitas hilal saat matahari terbenam pada tanggal 29 bulan Kamariah. Dengan kata lain, rukyat hanya dilakukan manakala telah terjadi konjungsi bulan-matahari. Pada saat matahari terbenam, hilal telah berada di atas ufuk dan dalam posisi dapat terlihat.

Jika pada tanggal tersebut hilal tidak terlihat, entah faktor cuaca atau memang hilal belum tampak, maka bulan kamariah digenapkan jadi 30 hari. Metode ini biasanya dilakukan menjelang hari-hari besar umat Islam seperti awal Ramadhan, Syawal dan Zulhijah.

Sebagai contoh, untuk penetapan Idul Fitri 1 Syawal 1444 H, pengguna metode rukyat seperti NU akan melakukan rukyat terlebih dahulu pada maghrib Kamis, 29 Ramadhan 1444 H/ 20 April 2023. Setelah dilakukan rukyat, maka tanggal 1 Syawal 1444 H baru bisa di-itsbat (ditetapkan).

Bila saat rukyat hilal terlihat, maka 1 Syawal 1444 H akan ditetapkan Jumat, 21 April 2023. Namun bila hilal tidak terlihat, maka 1 Syawal 1444 H akan ditetapkan Sabtu, 22 April 2023.

Sebagai tambahan, NU kini telah mengadopsi kriteria baru MABIMS (Neo MABIMS) yaitu tinggi hilal minimal 3 derajat dan jarak elongasi minimal 6,4 derajat. Kriteria ini selain digunakan oleh NU untuk menyusun kalender hijriah juga digunakan untuk menolak kesaksian di bawah kriteria tersebut.

Kalaupun nanti Kamis, 29 Ramadhan 1444 H/20 April 2023 ada yang mengaku melihat hilal, maka akan ditolak. Sebab, belum memenuhi kriteria imkan rukyat Neo MABIMS. Kemungkinan besar yang berpaham rukyat seperti NU akan menetapkan 1 Syawal 1444 H bertepatan dengan Sabtu, 22 April 2023.

Topik Menarik