Tulisan Ki Hajar Dewantara yang Terkenal, Berisi Kritik pada Pemerintah Belanda

Tulisan Ki Hajar Dewantara yang Terkenal, Berisi Kritik pada Pemerintah Belanda

Seleb | BuddyKu | Sabtu, 11 Maret 2023 - 17:26
share

JAKARTA, celebrities.id - Tulisan Ki Hajar Dewantara yang terkenal dapat menjadi sejarah yang tidak terlupakan bagi bangsa Indonesia.

Soewardi Soerjaningrat atau kerap dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara merupakan pahlawan nasional yang banyak berjasa dalam memperjuangkan dan memajukan pendidikan di Indonesia.

Beliau juga banyak berkecimpung di beberapa surat kabar dan majalah seperti Sediotomo, de Express, Oetoesan Hindia, Midden Java, Tjahaja Timoer, Kaoem Moeda dan Poesara yang banyak meluapkan kritik sosial-politik kaum bumiputera kepada para penjajah.

Tulisannya dinilai komunikatif, berani dan tegas. Jiwa pendidik yang tertanam sejak kecil direalisasikannya dengan mendirikan Perguruan Taman Siswa pada tahun 1992 dengan tujuan mendidik masyarakat bumiputera. Kala itu, Ki Hajar Dewantara dikenal mampu membangkitkan semangat anti kolonial bagi setiap pembaca tulisannya.

Dilansir dari berbagai sumber pada Sabtu (11/3/2023), celebrities.id telah merangkum tulisan Ki Hajar Dewantara yang terkenal sebagai berikut.

Tulisan Ki Hajar Dewantara yang Terkenal

Ketika pemerintahan Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan paksa dari warga, termasuk pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis pada tahun 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, termasuk Soewardi Soeryaningrat (KHD).

Merujuk pada laman Pustaka Arsip Kabupaten Kampar, dirinya kemudian membuat tulisan bertajuk "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" atau "Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga".

Namun kolom KHD yang paling terkenal adalah "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: "Als ik een Nederlander was") yang dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan DD, 13 Juli 1913. Isi dalam tulisan ini terasa pedas di kalangan pejabat Hindia Belanda dan rangkumannya seperti di bawah ini;

"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya".

Beberapa pejabat Belanda memberi sanksi tulisan ini karena gaya bahasanya yang berbeda dari tulisan-tulisannya sebelum ini. Kalaupun benar ia yang menulis, mereka menganggap Douwes Dekker berperan dalam memanas-manasi Soewardi untuk menulis dengan gaya demikian.

Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Namun demikian kedua rekannya, DD dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913). Ketiga tokoh ini dikenal sebagai "Tiga Serangkai".

Topik Menarik