Ternyata Hoax Sudah Ada sejak Zaman Nabi, Begini Penjelasan KH Abdul Ghofur
TANGERANG SELATAN, celebrities.id - Hoax menjadi salah satu masalah besar dalam kemajuan teknologi saat ini. Banyaknya hoax yang beredar di tengah masyarakat tentu membawa dampak negatif dan bisa memicu perpecahan. Uniknya, hoax ternyata sudah ada sejak zaman nabi.
Pengasuh Pesantren Madinatunnajah KH Muhammad Agus Abdul Ghofur menjelaskan usia hoax sudah sangat jauh. Bahkan Nabi Adam pun pernah terkena berita palsu dari iblis. Hal ini sebagaimana termaktub di dalam Surat Al-A\'raf ayat 19-22.
Allah berfirman kepada Nabi Adam untuk tinggal bersama sang istri di surga. Keduanya diberi kebebasan untuk mengonsumsi apa pun, tetapi dilarang untuk mendekati satu pohon dan apalagi memakan buahnya.
"Sayangnya ada makhluk lain (iblis) yang lebih dulu tinggal di situ (surga) tapi tidak patuh kepada Allah, lalu makhluk ini diusir oleh Allah. Dia nggak rela Nabi Adam tinggal selamanya di surga. Mulailah melancarkan strateginya," tutur Kiai Agus dalam seminar bertajuk \'Mengenal dan Menangkal Hoaks\', di Pesantren Madinatunnajah, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (28/2/2023).
Singkat kata, hoax dimulai dari penyakit hati yakni iri, marah, benci, dan dengki yang dilakukan iblis terhadap Nabi Adam.
"Dari situlah menyusun strategi untuk membujuk dan mengajak Adam sebagai bapak manusia pertama agar dikeluarkan dari surga, maka strateginya dengan merayu. Jadi tokoh hoaks pertama adalah iblis laknatullah," ucap Kiai Agus.
Karena itu, lanjutnya, siapa pun orang yang saat ini memproduksi hoaks apalagi dilatarbelakangi rasa benci, iri, marah, dan dengki maka disebut sebagai pengikut iblis.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada LTN PBNU yang telah mempercayakan, memberikan kesempatan kepada kami sebagai pesantren pertama diadakannya seminar tentang hoax ini," ucap Kiai Agus.
Sementara itu, Sekretaris PCNU Tangerang Selatan Himam Muzzahir menyampaikan bahwa pemberian pemahaman kepada santri tentang bahaya hoaks ini sangat penting.
"Karena santri punya peran besar. Keberadaan santri di masyarakat berbeda daripada pelajar biasa. Ini program luar biasa," kata Himam.
Sekretaris Lembaga Ta\'lif wan Nasyr (Lembaga Komunikasi, Informasi, dan Publikasi) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU) H Hamzah Sahal mengatakan, NU didirikan dengan tujuan untuk menangkal hoax atau berita bohong tentang agama.
"NU itu didirikan memang salah satu tujuannya untuk menangkal hoax agama Bagaimana caranya? Mengikuti mazhab dalam berfiqih, bertasawuf, dan berakidah," kata Hamzah.
Hamzah menegaskan, agama adalah riwayat sehingga setiap pemeluknya harus dengan mazhab. Di hadapan para santri, dia mengatakan NU menganut paham Ahlussunnah wal Jamaah dengan empat mazhab yang mengikuti Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Syafi\'i, dan Imam Ahmad bin Hanbal.
Kemudian Hamzah mengungkapkan pernyataan Imam Hanbal di dalam kitab hadits berjudul Musnad Ahmad. Di kitab tersebut diuraikan bahwa ada tiga hal yang tidak jelas asal-usulnya. Pertama, senda gurau yang dilakukan secara tiba-tiba atau tidak ada permulaannya. Hal ini berbeda dengan panggung lawak atau stand up comedy yang memang disiapkan untuk membawakan materi-materi humor.
Kedua, hal yang tidak jelas asal-usulnya adalah perang. Sebagai contoh, Amerika Serikat (AS) menginvasi Irak pada awal abad 21. Pihak AS mengira di Irak ada senjata kimia dan nuklir yang bisa dikuasai.
"Setelah Irak hancur, ribuan tentara kedua negara meninggal, materi atau harta jutaan dolar habis dan Irak hancur, tiba-tiba ada penelitian bahwa tidak ada bahan nuklir dan kimia di Irak. Semua sudah hancur. Irak yang menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah hancur," kata Hamzah.
Ketiga, lanjutnya, sesuatu yang tidak jelas asal-usulnya adalah riwayat. Hamzah kemudian menjelaskan alasan Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa riwayat menjadi salah satu hal yang tidak jelas asal-usulnya.
"Kenapa bilang begitu? Karena banyak hadits palsu. Makanya harus diverifikasi atau tabayun," ujar Hamzah.
Karena itulah NU didirikan untuk memberikan acuan dalam beragama yang harus bermazhab agar tidak terkena hoax. Sebab godaan dari orang yang tidak bermazhab adalah memberikan tafsir sendiri terhadap Alquran.
"Godaan tanpa sanad itu memberikan tafsir sendiri terhadap Alqur\'an dan hadits itu. Makanya NU memberikan satu panduan beragama yaitu bermazhab," tutur Direktur Utama NU Online ini.
Saat ini, kata Hamzah, hoaks sudah sangat mudah diidentifikasi dengan berbagai macam teknologi yang ada. Kondisi ini tentu saja berbeda dengan 5-10 tahun lalu.
"Lima sampai 10 tahun lalu, hoax menjadi primadona. Orang bergosip itu jadi primadona," tuturnya.
Menurut Ketua LTN PBNU H Ishaq Zubaedi Raqib, seminar tentang hoax ini merupakan salah satu program yang menjadi tugas dari lembaga informasi dan komunikasi di bawah PBNU ini.Dia menjelaskan, persoalan hoaks sudah ada sejak Alqur\'an diturunkan. Sebab di dalam Surat Al-Hujurat ayat 6, diterangkan bahwa jika orang-orang beriman mendapat kabar fasik maka hendaknya melakukan verifikasi atau tabayun.
"Kalau usia proses penurunan Alqur\'an itu 1444 tahun lalu, maka hoaks sudah ada sepanjang usia Alquran itu diturunkan," kata Edi, sapaan akrabnya.
Seminar-seminar tentang hoax ini tidak hanya akan berlangsung satu kali. Tetapi akan berlanjut dari satu pesantren ke pesantren di Indonesia.
"Pesantren pertama yang kita pilih untuk menerima program ini adalah Pesantren Madinatunnajah," ujar Edi.





