Autobiography Review: Kelam dalam Dambaan
Pada satu titik, mengidam-idamkan sosok tertentu dalam hidup adalah hal yang sangat wajar. Akan tetapi, tak selamanya apa yang diidolakan bisa selalu ideal, terutama bila semuanya sudah terlalu ekstrem seiring waktu. Setidaknya, itulah sajian utama dalam Autobiography yang sedang tayang di bioskop.
Autobiography merupakan film thriller drama yang menjadi debut penyutradaraan film panjang Makbul Mubarak. Memboyong Kevin Ardilova dan Arswendy Bening Swara sebagai pemeran utamanya, film berpusat pada sosok Rakib yang mendampingi Purna ketika menjalani masa pensiunnya. Menjadi pendamping Purna sehari-hari, Rakib mulai mengagumi sosok Purna meski semuanya berubah ketika rangkaian peristiwa mengerikan melibatkan keduanya.

Film panjang perdana arahan Makbul Mubarak ini dikemas dalam alur linear yang sepenuhnya maju. Bangunan cerita sendiri dipusatkan pada ragam dialognya seakan meminta penonton untuk menaruh perhatian sepenuhnya pada Autobiography. Dengan plot yang dikemas secara runtut, kisahnya terlihat simpel namun tetap sarat akan muatan moral seiring durasinya.
Dalam durasinya yang hampir mencapai dua jam, Autobiography banyak bermain dalam menguji moralitas penonton melalui muatannya. Opresi penguasa, tunduknya generasi baru pada yang tua, hingga idola yang tak selamanya ideal menjadi beberapa singgungan dalam cerita utamanya. Diusung dengan tone yang terasa kelam, ketegangan berhasil ditampilkan dan mudah sekali untuk penonton dibuat goyah karenanya.
Sebagai central character dari Autobiography, eksistensi Rakib dan Purna adalah jiwa yang membuatnya terasa hidup. Kisah-kisah yang dibangun meliputi keduanya bisa dibilang adalah cerminan satu sama lain sebagai simbol dari admiration pada generasi yang lebih berpengalaman.
Hidupnya kedua karakter tersebut tentu disajikan dengan menawan oleh Kevin Ardilova dan Arswendy Bening Swara melalui cakupan emosi luas yang tertampil dengan nyata di depan layar.
Menawannya narasi dan karakterisasi dari Autobiography diimbangi pula dengan teknis sinematik berskala festival. Sinematografi yang cenderung shaky dengan tema warna yang cool memberikan kesan penuh twist seiring bergulirnya cerita, dengan paduan scoring bernuansa menegangkan dan iringan environment sound yang terdengar alami.
Akhir kata, Autobiography adalah sajian menegangkan mengenai kelamnya mengidolakan seseorang dalam hidup. Melalui ragam representasinya yang terasa artsy , menikmati film panjang perdana dari sutradara Makbul Mubarak di layar lebar adalah sesuatu yang pantang sekali untuk dilewatkan.



