Baby Blues yang Berkelanjutan Bisa Sebabkan Depresi, Kata Psikiater
GenPI.co - Psikiater RSUP Persahabatan dr. Tribowo T. Ginting, SpKJ(K) mengatakan bahwa baby blues syndrome yang berkepanjangan bisa menyebabkan depresi.
Baby blues yang berkelanjutan bisa menjadi gejala depresi postpartum, ujarnya, dilansir dari Antara, Rabu (14/12).
Bowo menjelaskan bahwa baby blues syndrome merupakan perasaan sedih yang dialami ibu masa awal setelah melahirkan .
Menurut Bowo, kondisi tersebut sebenarnya wajar terjadi karena setelah melahirkan ibu akan mengalami perubahan hormon.
Selain itu, kata dia, baby blues syndrome juga bisa terjadi karena masalah yang dialami sejak masa kehamilan, yang menyebabkan ibu merasa tertekan, sedih, atau tidak nyaman.
Dia mengatakan, baby blues syndrome biasanya berlangsung singkat yaitu sekitar satu minggu. Jika melebihi dua minggu, ada kecurigaan bahwa kondisinya telah berkembang menjadi depresi.
"Biasanya dalam waktu seminggu kurang itu baby blues sudah hilang. Gejala-gejalanya bisa saja seperti sedih, tapi tidak berlangsung lama, tidak memenuhi kriteria depresi. Jika melebihi waktu dua minggu, maka memenuhi kriteria depresi," ujar Bowo.
Pada kasus yang lebih berat, Bowo mengatakan baby blues syndrome juga dapat berkembang menjadi psikosis postpartum seperti munculnya halusinasi atau marah-marah yang berkelanjutan.
"Itu yang menjadi perhatian kalau misalnya kondisi awal baby blues itu tidak ditangani secara serius," imbuhnya.
Untuk mencegah hal tersebut, Bowo mengatakan keluarga memiliki peran penting untuk menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu yang baru melahirkan.
Selain itu, perlu juga bagi ibu untuk istirahat dengan cukup dan menyempatkan me time.
"Ibu perlu me time. Jangan mentang-mentang ada anak bayi lalu enggak bisa ngapa-ngapain," ujar Bowo. (ant)
Video seru hari ini:






