Review Film Sri Asih, She’s The Key
Gwigwi.com Film kedua dari Jagat Sinema Bumilangit (JSB) yaitu Sri Asih , akhirnya rilis di bioskop. Dinahkodai oleh sutradara Upi Avianto, dengan cast papan atas, Sri Asih juga membuka pengembangan lebih jauh dari Jagat Sinema Bumilangit.
Dikisahkan Alana memiliki masalah mengendalikan rasa amarah. Tak hanya itu, ia juga kerap mengalami mimpi buruk soal ia didatangi oleh sebuah entitas jahat.
Ketika dewasa, masalah itu makin menjadi-jadi, dan semakin pelik. Ia memiliki masalah dengan Prayogo Adinegara (Surya Saputra), seorang pengusaha yang berniat menindas dan menghabisi rakyat miskin. Di balik agenda Prayogo jalani juga memiliki keterkaitan dengan bangkitnya panglima perang dari kekuatan jahat.
Sebelum itu terjadi, beruntung Alana bertemu dengan Eyang Mariani, seorang penjaga warisan dari kelompok Jagabumi. Mariani menjelaskan bahwa Alana adalah titisan Dewi Asih yang ditakdirkan untuk memberantas kekuatan jahat. Dari situ, dimulailah petualangan Alana sebagai Sri Asih.

Sebagai prekuel dari Gundala (2019), film ini menjawab pertanyaan soal kemunculan Sri Asih di film tersebut. Penjelasan kostum yang dipakai oleh Sri Asih juga dijelaskan dengan simple dan on point. Meskipun begitu, perlu digarisbawahi, film ini bukan sekuel dari Gundala melainkan prekuelnya. In some way, film ini menset segala konflik yang terjadi di Gundala dan film lainnya yang menjadi satu kesatuan kisah di JSB.
Secara plot cerita di filmnya sendiri, alur yang disajikan terasa pas dan ringan untuk diikuti. Penuturan di first act dan second act memiliki pace yang cukup baik walaupun pada final act agak terasa terburu-buru seperti dipaksa untuk segera selesai.
Apakah merusak filmnya? Untungnya hal tersebut nggak terjadi karena kekurangan itu ditutup action sequence yang sangat asyik.
Karakter yang ditampilkan memiliki porsi yang pas. Hal itu merupakan salah satu pencapaian tersendiri mengingat film ini turut diramaikan Pevita Pearce, Jefri Nichol, Reza Rahadian, Jourdy Pranata, Dian Sastrowardoyo, Ario Bayu, hingga Christine Hakim. Semua mendapat screentime yang pas, namun memiliki peran yang integral ke keseluruhan cerita

Dari nama-nama di atas, duo Dimas Anggara dan Jefri Nichol sebagai Kala dan Tangguh Jadi screen stealer -nya. Mereka memberikan warna tersendiri ke film Sri Asih. Bumbu humor dan love hate relationship diantara mereka dirasa wajar jika Spotlight tertuju kepada mereka berdua.
Namun sangat disayangkan, meski berbagai karakter memiliki screentime cukup, hal itu tidak didukung motivasi yang convincing.
Misalnya tokoh Prayogo, motivasinya terlihat sangat dangkal. Jika dibandingkan dengan Pengkor di Gundala, Pengkor terlihat lebih kejam dan mengancam dan tidak pandang bulu..semua dilibas.
Dari scoring dan sinematografi mengalami peningkatan yang signifikan dari film Gundala, meskipun berada di titik aman dalam permainan kamera. Sayangnya gak ada beauty shot yang berkesan seperti di Gundala. Memang tiap sutradara punya gaya masing-masing dalam menyajikan sebuah film dan gue pun sangat menikmati film ini.

Soal visual efek yang digadang-gadang sebagai alasan diundurnya film ini terbayar tuntas. Harus gue akuin bahwa CGI-nya terbilang cukup rapih, bahkan keren untuk ukuran film Indonesia.
Secara keseluruhan, Sri Asih membuktikan bahwa standar perfilman Indonesia telah naik dengan segala aspek yang dihadirkan oleh Joko Anwar dan Upi. Film ini menjadi standar tinggi bagi studio lain dalam menggarap film superhero Indonesia.
P.S: ada mid credit scene yang jangan sampai dilewatkan.



