Kisah Luhut Tak Direstui Ayah Masuk TNI, Lebih Diidamkan Jadi Insinyur atau Dokter

Kisah Luhut Tak Direstui Ayah Masuk TNI, Lebih Diidamkan Jadi Insinyur atau Dokter

Seleb | BuddyKu | Minggu, 4 Desember 2022 - 07:57
share

JAKARTA, iNews.id - Luhut Binsar Pandjaitan berkarier sebagai prajurit TNI selama sekitar 30 tahun. Namun, siapa sangka jika Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi ini tak direstui sang ayah menjadi tentara.

Ketertarikan Luhut masuk TNI berawal ketika dirinya pernah melihat pendaratan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) di Pekanbaru, Riau, saat masih duduk di bangku sekolah. Aksi pendaratan itu dipimpin langsung Komandan RPKAD sekaligus Penguasa Pelaksanaan Dwikora Daerah (Pepelrada), Kolonel Kaharuddin Nasution.

Ketika itu, Luhut terheran-heran melihat aksi yang dilakukan para prajurit RPKAD (sekarang Kopassus). Meski jumlahnya hanya belasan, tetapi mereka mampu mengamankan Kota Pekanbaru dengan efektif.

Peristiwa itulah yang akhirnya mengantar Luhut untuk bermimpi menjadi anggota RPKAD, tulis Nurmala Kartini Pandjaitan, adik kandungnya, dalam buku berjudul \'Luhut\'.

Ayah Luhut, Bonar Pandjaitan, merupakan tentara pejuang sebelum kemerdekaan. Namun, Bonar Pandjaitan memilih pensiun dini sebagai bentuk protes atas penurunan pangkatnya.

Akibat kebijakan rasionalisasi oleh pemerintah pusat pasca-kemerdekaan 17 Agustus 1945, pangkat Bonar diturunkan dari Letnan menjadi Pembantu Letnan Satu (Peltu).

Tentu saja Bapak tidak terima karena menurut Bapak, dirinya sudah melakukan banyak hal saat Revolusi. Akibatnya, Bapak kemudian mengundurkan diri sebagai Tentara Republik Indonesia. Padahal, saat keluar dari dinas tentara, Bapak tidak memiliki pekerjaan, kenang Luhut.

Setelah tamat dari SMP, anak sulung dari 5 bersaudara ini kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Kristen 1 Penabur di daerah Bandung, Jawa Barat. Ketika itu, pamannya menyarankan agar Luhut masuk Akademi Militer Nasional (AMN) yang kini bernama Akademi Militer (Akmil).

Lulus dari SMA, Luhut kemudian mendaftar di Akmil dengan tujuan agar diterima menjadi anggota RPKAD. Kerja keras Luhut membuahkan hasil, dia diterima di Akmil pada 1967. Sayangnya, masuknya Luhut ke Akmil tidak sesuai keinginan ayahnya.

Karena bagi orang Batak saat itu, jika ingin melanjutkan sekolah ke jenjang universitas hanya ada satu lembaga pendidikan tinggi yang mereka akui, yakni ITB (Institut Teknologi Bandung). Di luar itu dianggap tidak bersekolah, ucap Luhut.

Kartini Pandjaitan mengakui jika sang ayah sangat menginginkan Luhut menjadi seorang dokter atau insinyur, bukan menjadi tentara.

Padahal, Bapak ingin sekali Bang Luhut menjadi insinyur atau dokter, kata Kartini.

Meski tidak sesuai keinginan ayahnya, Luhut tetap bersikeras terjun ke dunia militer. Dari situlah Luhut mengakui merasakan sejumlah \'penderitaan\'.

Meski keras bekerja dan berprestasi tetapi Luhut tidak pernah mencapai puncak karier di lingkungan TNI. Dia tidak pernah menjadi Kasdam, tidak pernah menjadi Pangdam, Danjen Kopassus, KSAD, tidak juga menjadi Panglima TNI. Padahal Luhut yakin dan merasa memiliki kualifikasi, persyaratan, jasa, penghargaan dan prestasi serta jenjang kepangkatan untuk bisa menduduki semua tingkatan dan jabatan itu.

Tapi inilah hidup, kita tidak pernah tahu apa yang digariskan oleh alam untuk kita, kata Luhut.

Topik Menarik