Eksistensi Wayang Wong Berkat Pengusaha Tionghoa

Eksistensi Wayang Wong Berkat Pengusaha Tionghoa

Seleb | BuddyKu | Selasa, 29 November 2022 - 11:47
share

JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Indonesia merupakan sebuah bangsa yang kaya akan budaya dan kesenian. Salah satu karya budaya yang paling menonjol dan identik dengan bangsa Indonesia adalah wayang. Kesenian tradisional ini bahkan menjadi kesenian asli Indonesia yang sudah ada sejak abad ke-10.

Sebagai lembaga yang membawahi kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menetapkan wayang sebagai pertunjukan boneka bayangan tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur pada 7 November 2003.

Salah satu jenisnya adalah wayang wong (wayang orang). Berbeda dengan wayang pada umumnya yang dimainkan dengan boneka wayang kulit, wayang wong dimainkan dengan menggunakan orang sebagai objek dan tokoh dalam cerita.

Salah satu kesenian wayang wong yang terkenal di Indonesia adalah wayang wong Sriwedari asal Surakarta. Kesenian tradisional ini awalnya hanya dipertunjukkan di dalam istana Mangkunegaran bagi kalangan raja.

Puncak eksistensi wayang wong ini terjadi pada masa pemerintahan Mangkunegaran V, di mana dalam alur ceritanya berhubungan dengan surplus ekonomi Mangkunegaran yang diperoleh dari keuntungan pajak atas sewa tanah, perkebunan kopi dan pabrik gula (Rustopo, 2007).

Namun, karena Kadipaten Mangkunegaran mengalami defisit keuangan, perkembangan wayang wong semakin merosot bahkan terancam punah. Eksistensi kesenian ini kemudian diselamatkan oleh seorang pengusaha Tionghoa bernama Gan Kam.

Wayang wong dibawa keluar dari istana dan menjadi pertunjukan yang dikomersialkan untuk publik (Sayit, 1981). Gan Kam, seorang pengusaha Tionghoa mendirikan grup wayang orang di Surakarta pada 1895. Gubahan terhadap wayang wong oleh Gan Kam disesuaikan dengan selera penonton yang tidak hanya dari kalangan bangsawan saja, tetapi dari segala jenis kalangan masyarakat.

Nilai estetika dan tari panggung lebih ditonjolkan oleh Gan Kam. Wayang wong gubahannya lebih banyak menampilkan dialog-dialog. Hal tersebut dimaksudkan agar wayang wong yang awalnya hanya bersifat eksklusif bagi kalangan keraton, kini dibawa lebih dekat dengan masyarakat.

Adanya evolusi terhadap kesenian ini membawa warna yang baru dan dapat dinikmati oleh segala kalangan masyarakat. Tindakan yang diambil Gan Kam membawa eksistensi wayang wong di Surakarta makin dipertahankan. Hal ini juga menampilkan bentuk kepedulian masyarakat etnis Tionghoa terhadap kesenian pribumi.

Referensi

Rahman, Aulia., & Nuryanti, Reni. 2018. Perubahan Kebudayaan Surakarta dan Yogyakarta: Analisa Paradigma Evolusi Kebudayaan. Seuneubok Lada: Jurnal Ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan, Vol.5, No.1, hlm. 138-152.

Dewi, Nora Kustantina. 2006. Wayang Orang: Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS), Ekspresi Etnis Cina Menjawa. GELAR, Vol.4, No.2, hlm 317-327.

Rustopo. 2007. Menjadi Jawa: Orang-Orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa di Surakarta 1895-1998. Yogyakarta: Ombak.

Sayit, R.M. 1981. Ringkasan Sejarah Wayang. Jakarta: Perkumpulan Masyarakat Surakarta.

Penulis: Gladys CD

Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Topik Menarik