Kisah Tragis Akhir Hidup 5 Tokoh Gembong PKI, Mulai dari Musso, Njoto, Hingga DN Aidit dan MH Lukman

Kisah Tragis Akhir Hidup 5 Tokoh Gembong PKI, Mulai dari Musso, Njoto, Hingga DN Aidit dan MH Lukman

Seleb | BuddyKu | Rabu, 28 September 2022 - 19:42
share

delta3.co.id Tragedi berdarah Partai Komunis Indonesia atau biasa dikenal dengan singkatan PKI ini mewarnai bangsa Indonesia.

Dimulai sejak tahun 1948 Partai Komunis Indonesia ini menikam dari dalam pemerintahan Soekarno yang waktu itu tengah menghadapi Belanda.

Selain Pemerintahan Indonesia masa itu, pembantaian Ulama beberapa Pesantren, Polisi dan Tentara mewarnai kisah bergerakan PKI.

Puncaknya adalah pada tahun 1965 yang dikenal dengan gerakan 30 September 1965 atau G30S PKI yang mana PKI tertuduh sebagai dalang dalam pembantaian jenderal-jenderal terbaik Indonesia.

Ketika itu senyum Indonesia baru saja merekah karena merasakan kemerdekaan dari penjajahan malah diwarnai beberapa konflik.

Kemudian sosok para Tokoh yang dilabeli sebagai pengkhianat Bangsa mereka adalah musuh.

Adapun yang termasuk sosok Tokoh tersebut antara lain Musso Munawar, Amir Syarifuddin, MH Lukman dan Njoto hingga pimpinan PKI yang terakhir yaitu Dipa Nusantara Aidit.

Kemudian diketahui bahwa Tokoh-tokoh PKI tersebut menghembuskan nafas dengan cara yang tragis.

Berikut tokoh-tokoh PKI yang dikutip delta3.co.id dari YouTube Matahati Pemuda, di antaranya adalah Musso Munawar, pimpinan PKI dalam tragedi PKI Madiun 1948.

1. Musso Munawar
Negara Republik Soviet Indonesia yang katanya diproklamirkan tokoh komunis Musso Munawar ini tidak berumur panjang.

Negara yang didirikan oleh Musso Munawar pada tanggal 18 September 1947 ini langsung dihancurkan oleh pasukan TNI.

Pimpinan dalam gerakan penghancuran tersebut adalah Panglima Jenderal Sudirman dan Jendral Gatot Subroto yang menyerang dari timur dan barat dalam waktu dua minggu.

Kekuatan bersenjata tentara musuh PKI itu dihancurkan oleh pasukan TNI yang akhirnya Musso Munawar, Amir Syarifuddin dan anggota PKI lainnya melarikan diri.

Ketika di tengah jalan, Amir Syarifuddin dan Musso Munawar berbeda pendapat, Musso melanjutkan perjalanan hanya ditemani beberapa pengawal.

Pada tanggal 31 Oktober 1948, pasukan TNI di bawah pimpinan Kapten Sumadi memergoki Musso Munawar di daerah Purworejo.

Mussi Munawar menolak menyerah dan melarikan diri, dia bersembunyi di sebuah kamar mandi dan akhirnya disanalah Musso Munawar terlibat baku tembak dengan TNI hingga Musso Munawar tewas.

Beberapa sumber menyebutkan jenazah Musso Munawar dibawa ke Alun-alun kemudian dibakar.

2. Amir Syarifuddin
Sedangkan Amir Syarifuddin sang mantan Perdana Menteri dalam tragedi PKI Madiun 1948 pernah menempati sejumlah edisi penting dalam Indonesia yang baru saja merdeka.

Dia pernah menjadi Menteri Penerangan, Menteri Pertahanan bahkan Perdana Menteri Republik Indonesia.

Akan tetapi, hasil Perjanjian Renville memutar nasib Amir Syarifuddin saat itu kemudian Dia diangkat menjadi Negosiator Republik Indonesia.

Dalam Perjanjian Renville tersebut memang tidak menguntungkan Republik Indonesia-Belanda, tetapi hanya mengakui Yogyakarta, Jawa Tengah dan Sumatera yang termasuk Indonesia.

Akhir hasilnya Amir Syarifuddin dipecat oleh Presiden Soekarno, kabinetnya jatuh dan merasa sakit hati.

Karena hal tersebut Dia kemudian bergabung dengan SDR dan menjadi kaki tangan musuh dalam tragedi PKI Madiun.

Bisa dibilang Amir Syarifuddin bukanlah tokoh PKI asli, dia hanya sakit hati karena dipecat dan merasa disingkirkan oleh Presiden Soekarno.

Saat pemberontakan Madiun dihancurkan oleh TNI, Amir Syarifuddin melarikan diri dan sering ditangkap TNI di hutan kawasan Purwodadi.

Pada 19 Desember 1948 bersamaan dengan agresi militer ke-2 Amir Syarifuddin ditembak mati bersama para pemberontak Madiun yang tertangkap.

Sebelum meninggal, dunia Amir Syarifuddin menyanyikan lagu Internasional lift yang merupakan lagu komunis Amerika revoden dan juga menyempatkan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Hasil akhirnya peluru seorang polisi militer mengakhiri hidup Amir Syarifuddin Dipa Nusantara pimpinan PKI dalam Tragedi G30S PKI.

3. DN Aidit
Setelah tragedi berdarah Gerakan 30 September 1965, DN Aidit langsung melarikan diri dari Jakarta dan lari ke daerah basis-basis PKI DI Yogyakarta, lalu berkeliling ke Kota Semarang dan Kota Solo.

Dia masih sempat menemui beberapa pengurus PKI di daerah untuk melakukan koordinasi penjelasan detail lainnya.

Dia menggunakan hayatnya, hasilnya pada tanggal 22 Nov 1965 DN Aidit ditangkap oleh pasukan Brigade Infanteri 4 Kostrad di kampung dekat Stasiun Balapan Solo.

Kepada Komandan Brigif 40 Yasir Hadibroto, DN Aidit minta dipertemukan dengan Soekarno, Dia mengaku sudah membuat pengakuan tertulis soal G30S PKI.

Dokumen itu rencananya akan diberikan kepada Presiden Soekarno akan tetapi keinginan Aidit tidak pernah terpenuhi.

Keesokan harinya Yasir dan pasukannya membawa DN Aidit ke sebuah sumur tua di belakang markas TNI di Kota Boyolali.

DN Aidit berpidato berapi-api sebelum ditembak brondongan senjata AK-47 yang mengakhiri hidup sosok Ketua Komite Sentral PKI tersebut.

Kuburan pasti DN Aidit tidak diketahui hingga kini satu riwayat mengatakan mayat Aidit dibuang ke sebuah sumur tua di Boyolali.

4. MH Lukman
Dalam Tragedi G30S PKI atau yang dikenal dengan Muhammad Hatta Lukman bersama Nyoto dan Aidit ketiganya dikenal sebagai trumfire atau Tiga pimpinan PKI.

Sejak kecil MH Lukman terbiasa hidup di tengah pergerakan akan tetapi MH Lukman memilih komunis sebagai jalan hidupnya.

Setelah pemberontakan PKI 1948 tiga serangkai ini yaitu DN Aidit MH Lukman dan Njoto mengambil alih kepemimpinan PKI dari para tetua Komunis di Pemerintahan.

MH Lukman memilih menjabat sebagai wakil ketua DPR Gotong Royong dan tidak banyak data mengenai kematian MH Lukman.

Saat itu beberapa hari kemudian setelah gerakan 30 September 1665 gagal, MH Lukman diculik dan ditembak mati tentara. Namun, mayatnya maupun kuburannya tidak diketahui.

5. Njoto
Sedangkan Njoto adalah sosok yang menjadi Menteri Kabinet Dwikora mewakili PKI dan Dia adalah salah satu orang yang dipercaya Soekarno untuk menulis pidato kenegaraan yang akan dibacakan Soekarno.

Sosok Njoto juga merupakan seorang seniman pemusik dan politikus yang cerdas.

Menjelang tahun 1995 isu berhembus, Njoto diisukan berselingkuh dengan wanita Rusia yang kemudian inilah yang membuat DN Aidit memutuskan akan memecatnya.

Menjelang G30S PKI, NJoto sudah tidak lagi diajak rapat pimpinan tinggi yang artinya Njoto sudah tidak lagi ikut andil dalam Gerakan 30 September 1965.

Namun Njoto tetap ngotot dieksekusi mati oleh TNI dan kabar kematiannya simpang siur hingga saat ini.

Kabarnya pada 16 Desember 1965 Nyoto pulang mengikuti sidang kabinet di Istana Negara di sekitar Menteng mobilnya dicegat dan dipukul kemudian dibawa pergi TNI.

Diduga dia langsung ditembak mati nasibnya pun sama dengan DN Aidit dan MH Lukman kuburannya tidak diketahui hingga sekarang.

Itulah beberapa tokoh PKI yang dieksekusi mati oleh TNI dengan tanpa diadili.***

Artikel Menarik Lainnya

Topik Menarik