Singgung Soal Jadi Presiden di RI, Luhut: Tahu Diri Lah, Kalau Kau Bukan Orang Jawa... Gak Usah Maksain Diri, Sakit Hati
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan membahas perihal kemungkinan tokoh dari luar Jawa terpilih sebagai Presiden RI. Ia menyebut kalauorang-orang dari luar Jawa harus sadar diri untuk maju sebagai presiden.
"Apa harus jadi presiden aja kau bisa mengabdi? Harus tahu diri juga lah, kalau kau bukan orang Jawa. Ini bicara antropologi. Kalau Anda bukan orang Jawa dan pemilihan langsung (terjadi) hari ini, saya enggak tahu 25 tahun lagi, udah lupain deh. Enggak usah kita memaksakan diri kita, sakit hati," kata Luhut saat bersama pengamat politik Rocky Gerung di akun youtube RGTV Channel yang dikutip pada Kamis (22/9/2022).
Dalam video itu, Luhut dengan Rocky membahas berbagai isu, salah satunya kondisi politik Indonesia menjelang Pemilu 2024. Mereka juga membahas politisi yang berambisi jadi presiden.
Rocky pun menilai keadaan tersebut menjadi aspek yang membatalkan ambisi orang di luar Jawa menjadi presiden.
"Antropologi kita basisnya adalah ethnicity, dan faktualitas itu yang kadangkala membatalkan ambisi orang menjadi presiden," kata Rocky.
Luhut pun langsung memberikan sahutan dengan mengatakan kalau dirinya termasuk orang yang nyaris tak mungkin jadi Presiden.
"Ya termasuk saya. Saya double minoritas. Sudah Batak, Kristen lagi. Jadi saya bilang sudah cukup itu, kita harus tahu," timpal Luhut.
Sebelumnya, Luhut mengungkit pernyataan Rocky yang pernah menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan kata \'dungu\'.
"Masyarakat mau kritik saya silahkan, kritik presiden juga silahkan. Waktu anda (Rocky Gerung) sebut presiden dungu juga nggak masalah," kata Luhut yang dikutip Populis.id pada Kamis (22/9/2022).
Kata Luhut sebutan dungu yang dilontarkan Rocky Gerung kepada Presiden Jokowi menyakitkan.
"Terus terang itu menyakitkan, tapi ya sudah," katanya.
Akan tetapi, perbedaan pendapat itu menurut Luhut sangatlah wajar asal disampaikan secara santun dan tak dikekang oleh siapa pun juga.
"Perbedaan pendapat itu wajar, di keluarga juga ada, kan? Asal penyampaiannya lebih santun. Ada yang bilang kebebasan berpendapat dikekang, kata siapa?" ujarnya.




