Fakta Terbaru Covid-19, Pandemi Perparah Kondisi Kesehatan Jiwa Masyarakat Indonesia

Fakta Terbaru Covid-19, Pandemi Perparah Kondisi Kesehatan Jiwa Masyarakat Indonesia

Seleb | celebrities.id | Minggu, 15 Mei 2022 - 08:07
share

BALI, celebrities.id - Pandemi Covid-19 rupanya memberikan dampak pada kesehatan mental masyarakat. Hal itu diungkap Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia, drg. Vensya Sitohong.

Kondisi tersebut khususnya dialami sebagian orang dengan gangguan mental neurologis dan penggunaan zat.

"Kondisi pandemi (Covid-19) memperparah atau pun semakin mempengaruhi kesehatan jiwa," katanya pada konferensi pers di Hotel Conrad, Bali, Jumat (13/5/2022).

Rupanya, angka prevalensi masyarakat terkena masalah kesehatan jiwa meningkat dari satu sampai dua kali lipat dibandingkan kondisi sebelum pandemi Covid-19. Adapun kelompok yang terpapar dengan gangguan jiwa pun berbeda-beda.

Psikiater Dr. dr. Hervita Diatri, Sp.KJ (K) menjelaskan, kelompok orang terpapar gangguan jiwa yang berbeda-beda itu juga memiliki penatalaksanaan yang berbeda pula. Setidaknya ada empat kelompok yang digolongkan Kemenkes.

Kelompok pertama yang dimaksud adalah mereka yang sebenarnya normal sebelumnya atau tidak ada masalah kesehatan jiwa kemudian menjadi memiliki masalah sampai mengalami gangguan jiwa.

Sedangkan kelompok kedua, adalah mereka yang memang sejak awal sudah mengalami masalah kesehatan jiwa. Namun diperparah akibat pandemi. Sebagai contoh, orang-orang yang sudah tinggal dengan kekerasan di rumah tangga, kondisi itu membuat mereka menjadi begitu dekat dengan pelakunya terus-menerus di rumah tangga, sehingga masalah gangguan jiwanya menjadi lebih besar.

Sementar, kelompok ketiga yang dimaksud adalah mereka yang memang sebelumnya sudah memiliki masalah kesehatan fisik dan mengalami kesulitan untuk mengakses layanan kesehatan. Sehingga, sangat wajar kalau merasa cemas yang kemudian kankernya tambah berat, hipertensi, jantung, dan sebagainya menjadi berat.

"Demikian juga teman-teman dengan gangguan jiwa tidak bisa memiliki akses pengobatan," tutur Hervita.

Adapun kelompok terakhir adalah yang terutama banyak kita temukan di Juli 2021 waktu gelombang kedua pandemi Covid-19. Ketika masalah oksigen langka sementara asupan oksigen ke otak itu kurang, bisa saja pada akhirnya menyebabkan gangguan jiwa yang menetap.

"Masalah bunuh diri sebagai contoh, di 5 bulan awal pandemi Covid-19 datang, survey mengatakan bahwa satu dari lima orang di Indonesia usia 15 sampai 29 tahun terpikir untuk mengakhiri hidup. Selanjutnya satu tahun pascapandemi oleh survei yang berbeda didapatkan data dua dari lima orang memikirkan untuk bunuh diri. Dan sekarang di tahun awal 2022 itu sekitar satu dari dua orang yang memikirkan untuk mengakhiri hidup," kata dr. Hervita.

Topik Menarik