Kualitas Hidup Manusia dalam Islam Dijelaskan secara Gamblang dalam Alquran, seperti Apa?
JAKARTA, celebrities.id Sebagian besar manusia kerap kali merasa rendah diri maupun sebaliknya. Padahal, secara gamblang, Al Quran mengemukakan dua kutub kualitas manusia, yaitu ahsan taqwim dan asf al safilin.
Hal tersebut Allah SWT sampaikan dalam QS At Tin ayat 4-6, Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapatkan pahala yang tidak ada putus-putusnya. (QS. At Tiin: 4-6).
Menurut Asep Sapaat, General Manager Human Capital & General Afair Dompet Dhuafa, M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dari debu tanah dan Ruh Ilahi.
Keduanya menjadi bagian yang utuh. Jika daya tarik debu tanah mengalahkan daya tarik Ruh Ilahi, ia akan jatuh tersungkur dalam tingkatan yang serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah daripada binatang. Sebaliknya, jika daya tarik Ruh Ilahi lebih kuat dari debu tanah, manusia akan menjadi seperti malaikat, tulis Asep Sapaat dalam siaran pers yang celebrities.id terima, Selasa (12/4/2022).
Melalui debu tanah dan Ruh Ilahi, Allah SWT menganugerahkan manusia empat daya.Pertama, daya tubuh yang mengantarkan manusia memiliki kekuatan fisik. Kedua, daya hidup yang menjadikan manusia mampu beradaptasi dengan tantangan kehidupan, terang Asep.
Adapun yang ketiga yakni daya akal yang memungkinkan manusia dapat belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sedangkan yang terakhir adalah daya kalbu. Sebuah daya yang memungkinkan manusia dapat merasakan kelezatan iman dan menjadi pribadi bermoral.
Allah SWT berfirman: Dan apabila dikatakan, Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Mujadilah: 11).
Sejatinya, ilmu dan iman menjadi pondasi lahirnya manusia yang berkualitas, imbuh Asep.
Akan teapi, kualitas iman dan kualitas ilmu harus terus diikhtiarkan agar selalu berada dalam tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, pastikan ilmu dan iman menjadi unsur yang saling menguatkan dan saling melengkapi.
Jangan sampai keduanya saling melemahkan dan saling meniadakan karena tak akan memberikan manfaat dan dampak positif untuk kehidupan. Buya Hamka mengumpamakan: Iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi. Namun ilmu tanpa iman bagaikan lentera di tangan pencuri, kata Asep.
Lebih lanjut, Asep menjelaskan jika manusia dapat menentukan nasib dan pilihannya sendiri untuk menjadi manusia berilmu atau tak berilmu, menjadi pribadi berakhlak baik atau berakhlak buruk, mengembangkan empat daya hidup atau mengabaikan potensi daya hidupnya.
Hal itu sesuai dengan Firman Allah SWT: "Barang siapa yang melakukan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl: 97).
Oleh karena itu, manusia yang mampu memberdayakan daya hidup dengan dilandasi kualitas iman dan kualitas ilmu, sesungguhnya manusia dapat mencapai puncak kualitas pribadinya yang gemar berbuat kebajikan untuk merawat harmoni kehidupan ini.








