Hari Tidur Sedunia, Jutaan Penduduk Indonesia Alami Gangguan Tidur
JAKARTA, celebrities.id - Hari Tidur Sedunia (word sleep day) diperingati setiap 18 Maret tiap tahunnya. Dari sekian banyak gangguan tidur yang ada, Obstructive Sleep Apnea (OSA) menjadi masalah yang paling sering dialami masyarakat secara global. Hal tersebut disampaikan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dalam konferensi pers.
Ketua Pokja Sleep Related Breathing Disorder PP-PDPI, dr. Andika Chandra Putra, Ph.D, Sp.P(K) menyampaikan permasalahan gangguan tidur akibat OSA, belum terlalu besar di Indonesia. Namun, kondisi ini telah menjadi masalah epidemi secara global dengan persentase sekitar 30-40 persen.
Sedangkan di Indonesia berdasarkan sejumlah penelitian yang dilakukan oleh perhimpunan dokter paru Indonesia ditemukan kurang lebih tujuh persen dari penduduk Indonesia mengalami gangguan tidur. Sebagai informasi Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri mencatat jumlah penduduk Indonesia mencapai 273,87 juta jiwa pada 31 Desember 2021.
"Ini menjadi masalah epidemi yang global, karena memang lebih dari 30 -40 persen memiliki gangguan tidur. Dari beberapa penelitian dilakukan oleh perhimpunan paru Indonesia kurang lebih dari tujuh persen mengalami gangguan tidur," tutur dr. Andika.
Namun, banyak masyarakat yang tidak memahami penyebab gangguan tidur karena OSA. Sekadar informasi OSA merupakan kejadian berhentinya napas lebih dari 10 detik dan terjadi berulang sepanjang tidur. Fakta uniknya, ternyata OSA lebih rentan dialami oleh pria.
"Secara umum walaupun tidak berubah signifikan dari beberapa literatur dan penelitian memperlihatkan bahwa laki-laki itu lebih rentan mengalami OSA salah satu faktor yaitu obesitas," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan obesitas pada pria umumnya bukan hanya diperut tapi juga dileher sehingga ada penyimpitan pada saluran pernafasan bagian atas. Gangguan tidur yang muncul akibat OSA, berupa rasa kantuk yang luar biasa, letih, lesu, produktivitas menurun, konsentrasi terganggu, nyeri kepala, gelisah, tekanan darah tinggi hingga disfungsi seksual.
Dokter spesialis paru ini, juga menerangkan tidur merupakan investasi dalam energi untuk melanjutkan hidup keesokannya. Dengan demikian, dia menerangkan bahwa gangguan tidur memiliki dua dampak yaitu dampak panjang atau pendek, keduanya berisiko meningkatkan kematian.
"Karena dampak dari gangguan tidur tadi bersifat jangan panjang dja pendek dan semuanya meningkatkan risiko kematian," tutur dr Andika.



