Mengenal Keunikan Pakaian Adat Kalimantan Barat dan Artinya

Mengenal Keunikan Pakaian Adat Kalimantan Barat dan Artinya

Seleb | celebrities.id | Selasa, 15 Maret 2022 - 17:33
share

JAKARTA, celebrities.id Indonesia memiliki berbagai jenis pakaian adat yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Suku dayak yang tinggal di Kalimantan Barat juga memiliki pakaian adat yang memiliki ciri khas yang tidak dapat ditemukan pada baju daerah lainnya.

Dilansir dari berbagai sumber pada Rabu (9/3/2022), inilah berbagai keunikan pakaian adat Kalimantan Barat.

Keunikan Pakaian Adat Kalimantan Barat

1. Pakaian Adat Dayak Berbahan Kulit

Masyarakat Dayak zaman dahulu belum mengenal bahan kain dalam penggunaan pakaian adat. Hal itu menjadikan suku Dayak menggunakan bahan dari alam untuk membuat baju adatnya. Terdapat dua jenis pakaian adat Dayak berbahan kulit, yakni King Baba dan King Bibinge.

2. Pakaian Adat Dayak Laki-laki Disebut King Baba

Baju adat untuk laki-laki suku Dayak memiliki nama King Baba. Dalam bahasa Dayak, king memiliki arti pakaian dan baba bermakna laki-laki. King Baba terbuat dari kulit kayu kapuo atau tanaman ampuro. Tanaman tersebut memiliki kulit kayu berserat tinggi dan sangat cocok untuk bahan pakaian.

Proses pembuatan King Baba yaitu dengan cara memukul-mukul serat kayu menggunakan palu bulat di dalam air sehingga dapat diambil seratnya. Setelah itu, serat tersebut dijemur dan dilukis dengan lukisan-lukisan etnik khas Dayak. Proses terakhir adalah membentuk serat kain menjadi pakaian jadi seperti rompi tanpa lengan dan celana panjang.

King Baba biasanya dipakai oleh masyarakat Dayak bersama dengan ikat kepala yang terbuat dari bulu burung Enggang Gading, serta senjata tradisional bernama mandau. Pakaian adat ini juga dikenal sebagai baju perang suku Dayak.

3. Pakaian Adat Dayak Perempuan Disebut King Bibinge

Jika King Baba untuk pakaian adat Dayak laki-laki, perempuan juga memiliki nama sendiri yakni King Bibinge. Bahan baku dan proses untuk pembuatan King Bibinge sama dengan King Baba, yang membedakan ialah desain untuk King Bibinge lebih tertutup dan sopan.

King Bibinge terdiri dari penutup dada, stagen dan bagian bawah yang berupa rok. Aksesoris yang dikenakan juga lebih beragam yaitu kalung, manik-manik, ikat kepala dengan hiasan dari bulu burung enggang.

Mengenal Pakaian Adat Dayak Berbahan Kain

Perkembangan zaman menjadikan masyarakat Dayak mempunyai pakaian adat yang berbahan dasar kain. Pakaian adat Dayak saat ini juga semakin beragam dan memiliki keunikan masing-masing.

Berikut beberapa pakaian adat Suku Dayak yang terbuat dari bahan kain.

1. Bulang Kuurung

Bulang Kuurung merupakan pakaian adat Dayak yang pertama kali dibuat sejak masyarakat Dayak mengenal kain. Bulang Kuurung memiliki bentuk seperti baju pada umumnya. Bulang kuurung memiliki beberapa model, yaitu bulang kuurung dokot tangan (berlengan pendek), bulang kuurung langke tangan (berlengan panjang), dan bulang kuurung sapek tangan (tanpa lengan).

2. Bulang Manik dan King Manik

Bulang Manik dan King Manik merupakan pakaian adat yang terbuat dari manik bokok. Pakaian tersebut biasanya sering dijumpai di Serawak, Malaysia. Manik-manik itu dirangkai menggunakan benang khusus, hingga menjadi lembaran yang akan dikaitkan ke dalam kain hingga menyerupai pakaian adat.

3. Bulang Buri\' dan King Buri\'

Bulang Buri\' dan King Buri\' merupakan pakaian adat kalimantan yang terbuat dari sejenis kerang laut yang kecil dan keras yang disebut buri\' dan selembar kain. Kain tersebut berguna untuk mengaitkan butir-butir buri\' dan dibentuk menjadi sebuah baju.

Makna Warna dan Hiasan dari Pakaian Adat Suku Dayak

1. Suku Dayak memiliki makna dari penggunaan warna dari setiap pakaiannya. Inilah beberapa makna yang biasa digunakan suku Dayak.

2. Warna merah melambangkan rasa kekompakkan dan persatuan dalam keberanian untuk membela kebenaran.

3. Putih melambangkan kesucian dan kemurnian jiwa.

4. Kuning melambangkan rasa keagungan, kejayaan, kemegahan, dan sebagai tanda kehormatan.

5. Hitam melambangkan suatu kedewasaan seseorang dan juga sebagai lambang berkabung.

6. Hijau melambangkan kesuburan dan kemakmuran.

Selain makna dari warna, suku Dayak juga memiliki makna dari hiasan yang terpasang di pakaian adat mereka. Inilah berbagai macam makna dari hiasan pakaian suku Dayak.

Hiasan berupa orang atau mantuari menggambarkan tentang kehidupan manusia di alam dunia.
Hiasan berbentuk binatang menandakan adanya kehidupan binatang di dunia.
Hiasan menyerupai tumbuhan memiliki arti tentang adanya kehidupan tumbuhan di dunia.
Hiasan berbentuk benda-benda alam semesta seperti bintang, bulan dan matahari menggambarkan adanya kehidupan dalam alam gaib, di mana bintang, bulan dan matahari dulunya diyakini adalah manusia.

Berbagai Aksesoris dan Perhiasan Suku Dayak

Suku Dayak juga memiliki ragam aksesoris dan perhiasan yang mendukung menjadi pelengkap di setiap penggunaan pakaian adat dalam suku Dayak. Aksesoris yang digunakan suku Dayak memiliki makna tertentu.

Berikut makna dari setiap aksesoris dan perhiasan suku Dayak:

Kalong manik kalabe yang merupakan aksesoris untuk perempuan muda.
Kalong manik lawang yang dapat digunakan perempuan maupun laki-laki.
Kalong atau manik perak memiliki makna bahwa pemakainya mampu dalam bermasyarakat dan bersosial.
Simbolong biasa digunakan sebagai perhiasan untuk sanggul kaum perempuan yang dapat digunakan sehari-hari maupun saat menghadiri upacara adat.
Hiasan kepala berupa tajuk bulu tantawan dan tajuk bulu arue, yang biasa dikenakan masyarakat suku Dayak saat menghadiri upacara sukacita maupun dukacita.
Poosong sebagai hiasan lubang telinga perempuan dan dapat memperindah lubang besar telinga.
Isi amas atau gigi emas sebagai hiasan gigi yang menandakan bahwa pemakainya berasal dari keluarga kaya.
Tangkalai atau sumpae digunakan pada lengan laki-laki dan perempuan.

Topik Menarik