Terapi Rotablator Jadi Alternatif Atasi Sumbatan Pembuluh Darah Koroner, Begini Penjelasan Dokter

Terapi Rotablator Jadi Alternatif Atasi Sumbatan Pembuluh Darah Koroner, Begini Penjelasan Dokter

Seleb | celebrities.id | Selasa, 8 Maret 2022 - 21:38
share

JAKARTA, celebrities.id - Terapi penanganan sumbatan pembuluh darah koroner harus disesuaikan dengan diagnosa dan kondisi pasien. Hal ini bertujuan untuk membantu mendapatkan hasil yang lebih baik dan memperpanjang harapan hidup pasien.

Masalah sumbatan di pembuluh darah koroner biasanya disarankan untuk pasien menjalani pemasangan balon dan stent. Ini diharapkan aliran darah ke jantung bisa kembali normal.

Tapi, pada kenyataannya terapi balon dan stent saja tidak cukup pada kondisi tertentu, seperti sumbatan yang sudah tidak bisa terbuka meski sudah pakai balon dan stent. Kalau sudah begini, dokter akan menyarankan pasien menjalani tindakan lain agar memastikan pengikisan pada sumbatan dapat terjadi.

"Tindakan yang kami sarankan jika balon dan stent tidak bisa membuka sumbatan di pembuluh darah koroner adalah Rotational Atherectomy yang mana terapi ini menggunakan Rotablator," kata Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh darah Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Achmad Sunarya Soerianata, Sp.JP(K), dalam keterangan resmi yang diterima MNC Portal, Selasa (8/3/2022).

Terapi dengan Rotablator ini, disarankan untuk pasien dengan jenis sumbatan yang tidak lagi bisa dikikis dengan teknik konvensional (balon dan stent).

Ada indikasi tertentu tindakan dengan Rotablator dilakukan. Misalnya, sumbatan mengeras akibat mengalami kalsifikasi, sumbatan yang panjang, sumbatan kaku, sumbatan terletak pada lokasi percabangan besar, dan apabila sumbatan bersifat total kronik.

"Jadi, terapi dengan Rotablator dilakukan dengan mengikis sumbatan di pembuluh darah koroner, kemudian baru dimasukkan stent untuk membuka dan mengembalikan aliran darah normal ke jantung," ujarnya.

Lebih lanjut, karena masalah sumbatan di pembuluh darah koroner harus dilakukan dengan sangat detail, diperlukan diagnosa dan terapi yang tepat. Karena itu, skrining dengan Ultrasonografi Intravaskular (IVUS) diperlukan.

"IVUS dapat digunakan untuk melihat gambaran bagian dalam pembuluh darah. IVUS digunakan bersamaan dengan prosedur kateterisasi untuk membantu mendiagnosa penyakit jantung koroner," kata Dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiak dan Vaskular Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Achmad Faisal, Sp.BTKV.

Dijelaskan dr Achmad Faisal, hasil pemeriksaan IVUS akan sangat berguna untuk menentukan terapi selanjutnya yang akan diterima pasien. Ini berkaitan dengan stent yang dipakai ukurannya berapa dan lokasi penempatan stent yang tepat sasaran.

Namun, sambung dr Achmad Faisal, jika karena indikasi medis tertentu, tindakan intervensi tidak dapat dilakukan maka terapi yang dilakukan adalah bedah pintas arteri koroner atau coronary artery bypass graft (CABG) baik secara open surgery maupun minimal invasive surgery.

"Beberapa indikasi medis membuat pasien justru lebih aman dan lebih baik hasilnya untuk jangka panjang jika langsung dilakukan prosedur CABG. Pada intinya, prosedur apapun yang dilakukan dalam penanganan penyakit jantung koroner pastinya disesuaikan dengan diagnosa dan kondisi pasien," tuturnya.

Topik Menarik