8 Keunikan Rumah Adat Gadang Sumatera Barat

8 Keunikan Rumah Adat Gadang Sumatera Barat

Seleb | celebrities.id | Kamis, 24 Februari 2022 - 18:20
share

JAKARTA, celebrities.id Rumah Gadang merupakan rumah adat yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat. Rumah adat suku Minangkabau ini memiliki banyak keunikan. Salah satunya bentuk atap yang memanjang ke samping bergonjong runcing seperti tanduk kerbau.
Selain itu, ada beberapa keunikan Rumah Gadang lainnya.

Berikut 8 keunikan rumah adat Gadang Sumatera Barat yang dirangkum oleh Celebrities.id.

1. Atap rumah seperti tanduk kerbau

Rumah adat Gadang memiliki keunikan bentuk arsitektur dengan bentuk puncak atapnya runcing yang menyerupai tanduk kerbau dan dahulunya dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan sampai puluhan tahun. Bentuk atap yang melengkung dan runcing ke atas sering disebut dengan gonjong.
Bentuk melengkung dengan ujung yang memuncak melambangkan harapan masyarakat Minangkabau supaya selalu dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa.

2. Rumah tahan gempa

Arsitektur Rumah Gadang sejak dulu sudah memperhitungkan desain yang tahan gempa. Hal ini karena wilayah Minangkabau rawan gempa yang berada di pegunungan Bukit Barisan. Seluruh tiang Rumah Gadang tidak ditanamkan ke dalam tanah, tetapi bertumpu ke atas batu datar yang kuat dan lebar.
Bentuk bangunan rumah Gadang dibuat tinggi untuk mengatasi hembusan angin kencang yang datang dari berbagai tempat. Bagian tiang rumah tidak ditanamkan ke tanah melainkan bertumpu di atas batu datar yang kuat dan lebar.

Seluruh sambungan setiap pertemuan tiang dan kasau (kaso) besar tidak memakai paku, tetapi memakai pasak yang juga terbuat dari kayu. Ketika gempa terjadi Rumah Gadang akan bergeser secara fleksibel seperti menari di atas batu datar tempat tonggak atau tiang berdiri.

3. Punya pilar dan lanjar

Rumah Gadang memiliki pilar yang berwarna-warni. Pilar-pilar pada Rumah Gadang disusun dalam lima baris yang berjejeran di sepanjang rumah. Baris-baris ini merancang bagian pada interior menjadi empat ruang yang panjang, atau disebut lanjar.

Sementara pada lanjar bagian belakang dikhususkan sebagai kamar tidur. Sedangkan lanjar lain dapat digunakan sebagai area umum atau disebut juga dengan labuah gajah, yang digunakan untuk upacara-upacara tertentu.

4. Tiang dari Pohon Juha

Tiang Rumah Gadang menggunakan kayu yang diambil dari pohon yang bernama Juha. Pohon ini sangat tersohor di Tanah Minang karena dapat menghasilkan kayu yang super kuat.

Diameter pilar utama ini cukup besar karena memang tujuannya adalah menopang beban rumah beserta seluruh benda dan penghuni di dalamnya. Diameter tiang ini umumnya mulai dari 40 cm hingga 60 cm.

5. Ukiran

Pada bagian dinding Rumah Gadang di buat dari bahan papan, sedangkan bagian belakang dari bahan bambu. Papan dinding dipasang vertikal, sementara semua papan yang menjadi dinding dan menjadi bingkai diberi ukiran, sehingga seluruh dinding menjadi penuh ukiran.

Pada dasarnya ukiran pada Rumah Gadang merupakan ragam hias pengisi bidang dalam bentuk garis melingkar atau persegi. Motifnya umumnya tumbuhan merambat, akar yang berdaun, berbunga dan berbuah.

Pola akar biasanya berbentuk lingkaran, akar berjajaran, berhimpit, berjalinan dan juga sambung menyambung. Cabang atau ranting akar berkeluk ke luar, ke dalam, ke atas dan ke bawah. Di samping motif akar, motif lain yang dijumpai adalah motif geometri bersegi tiga, empat dan genjang. Motif daun, bunga atau buah dapat juga diukir tersendiri atau secara berjajaran.

6. Tangga di Depan Pintu Masuk

Pada umumnya Rumah Gadang mempunyai satu tangga yang terletak pada bagian depan. Sementara dapur dibangun terpisah pada bagian belakang rumah yang didempet pada dinding.

7. Terdapat Rangkiang

Di halaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang. Rangkiang atau lumbung adalah rumah kecil yang berada di pinggir rumah Gadang. Rangkiang dipakai untuk menyimpan padi dan sumber makanan lain. Bentuk Rangkiang disesuaikan dengan rumah Gadang.

8. Jumlah kamar bergantung jumlah anak perempuan

Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama, mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya.

Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama di ujung yang lain.

Topik Menarik