100 Jemaah Umrah Positif Covid-19, Perjalanan ke Arab Saudi Harus Ditunda?

100 Jemaah Umrah Positif Covid-19, Perjalanan ke Arab Saudi Harus Ditunda?

Seleb | celebrities.id | Sabtu, 22 Januari 2022 - 09:24
share

JAKARTA, celebrities.id 100 jemaah umrah positif Covid-19. Dari jumlah tersebut, 10 orang diduga terpapar varian Omicron.

"Saat ini ada 10 yang probable Omicron," kata juru bicara Kemenkes Siti Nadia, belum lama ini.

87 jamaah umrah yang terpapar Covid-19 ini diketahui berangkat ke Arab Saudi pada 8 Januari 2022. Jumlah rombongan kala itu sebanyak 411 orang. Sebelumnya 13 dari 25 orang tim advance uji coba umrah perdana yang merupakan pimpinan penyelenggara perjalanan Ibadah Umrah (PPIU), juga positif Covid-19.

Menyikapi hal ini, Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menegaskan bahwa di saat seperti ini sangat berisiko untuk memberangkatkan warga negara Indonesia (WNI) ke Arab Saudi.

"Berdasarkan pengamatan situasi pandemi di Arab Saudi yang kasusnya belum melandai, saya merekomendasikan untuk menunda keberangkatan umrah setidaknya satu bulan untuk melihat perkembangan berikutnya," kata Dicky pada MNC Portal, Sabtu (22/1/2022).

Pandemi Covid-19 di Arab Saudi, papar Dicky, sampai saat ini kasusnya terus meningkat, belum ada perbaikan, dan belum ada penurunan bahkan sejak awal Januari 2022 atau bahkan dari pertengahan Desember 2021.

Ini menempatkan Arab Saudi sebagai negara yang cukup berisiko untuk didatangi. Jika kasusnya melandai, risiko akan semakin kecil.

Dicky menjelaskan, kondisi saat ini baik di Indonesia maupun di Arab Saudi terlalu berisiko. Bahkan, sekalipun protokol kesehatan dijalankan dengan baik dan ketat.

"Sekalipun protokol kesehatan dan vaksinasi dilakukan, ini tidak begitu berarti," katanya.

Omicron sendiri adalah varian Covid-19 yang terbukti tidak hanya menyerang mereka yang tidak divaksin, tetapi juga bisa menginfeksi orang yang sudah divaksin.

Kondisi ini, kata Dicky, perlu dipertimbangkan lagi oleh pemerintah Indonesia dari aspek manfaat dan risikonya di tengah situasi dalam negeri yang menuju puncak di Februari 2022. "Pemerintah harus segera melakukan analisis risiko sesuai dengan \'tools\' yang dimiliki Badan Kesehatan Dunia (WHO)," kata Dicky.

Topik Menarik