Luna Maya Bekukan Sel Telur, Begini Penjelasan Dokter
JAKARTA, celebrities.id - Luna Maya mengaku telah menjalani prosedur pembekuan sel telur. Apa yang dilakukannya ini agar dirinya tetap bisa memiliki anak, meski usianya terus bertambah.
Diketahui, hingga saat ini Luna Maya belum menikah. Kendati demikian, mantan Ariel NOAH itu sadar akan risiko bagi seorang perempuan yang menikah di usia senja, yakni masa kehamilan.
Di usianya yang sudah tidak lagi muda, tentu risiko saat hamil akan semakin tinggi, apalagi memasuki masa menopause. Oleh karena itu, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan peluang kehamilan adalah membekukan sel telur.
Sel telur yang beku itu akan disimpan, kemudian bisa dicairkan dan dibuahi, lalu ditanam di rahim jika berencana hamil. Sebenarnya, Luna sudah berniat menjalankan prosedur ini sejak lama. Namun memang teknologi tersebut baru tersedia di Indonesia belum lama ini.
"Aku itu nggak pernah berpikir jika umur itu adalah suatu masalah. Kayak dikejar umur. Ya mungkin sebagai perempuan ada hal biologis kalau mau jadi seorang ibu, tapi aku sudah freeze egg," kata Luna Maya di YouTube Venna Melinda Channel.
Membekukan sel telur dan sperma memang cukup populer dilakukan. Di luar negeri, banyak pria dan wanita yang telah melakukan hal tersebut sebagai bentuk \'investasi\' di masa depan. Seperti yang diketahui, seiring bertambahnya usia, kualitas sel telur dan sperma semakin menurun.
Bagi pria dan wanita yang berencana memiliki anak di masa depan, tapi belum mau menikah, membekukan sel telur atau sperma bisa menjadi alternatif demi menjaga kualitas. Nantinya sel telur atau sperma yang dibekukan itu baru akan digunakan saat siap memiliki anak.
Ahli embrio, Profesor Arief Boediono, PhD menerangkan bila kebutuhan pasien untuk membekukan sel telur, sperma atau embrio cukup banyak dan teknologinya sendiri sudah tersedia. Hanya saja memang belum banyak yang mengetahui.
"Ambil contoh pembekuan sel telur pada wanita karier yang belum menikah. Di masa depan dia ingin punya anak dari sel telur berkualitas, namun di lain sisi virginitas di Indonesia masih diutamakan. Sementara untuk pembekuan sel telur diambilnya harus melalui intra vagina, itu masih menjadi masalah," jelas Prof Arief.
Akan tetapi, pada kondisi tertentu, Prof Arief menyarankan agar masyarakat membekukan sel telur atau spermanya. Contoh pada seseorang yang baru didiagnosis terkena kanker, namun belum menikah atau memiliki anak. Sebelum melakukan kemoterapi, ada baiknya sel telur atau sperma dibekukan. Sebab setelah kemoterapi sel telur atau sperma sudah tidak sehat lagi.
"Saya sempat diskusi dengan dokter di RS Kanker Dharmais, ternyata ada komunikasi yang belum jalan. Jadi sebenarnya banyak pasien kanker, baik pria maupun wanita, setelah kemoterapi sel telur dan spermanya rusak sampai 0. Kalau rusak, 0, ketika menikah ingin punya anak sudah tidak ada harapan lagi," tutur Prof Arief.
"Oleh karenanya, bila ada pasien yang harus kemoterapi dengan kondisi belum menikah dan berpikir suatu saat ingin menikah dan punya anak, lebih baik segera egg banking atau sperm banking, dibekukan. Baru setelah itu penyakitnya di-treatment supaya sembuh, sehat. Setelah itu dengan sel telur atau sperma yang dibekukan bisa punya anak," kata Prof Arief lagi.
Pembekuan sel telur dan sperma juga bisa dilakukan oleh pasangan suami istri yang menjalani hubungan jarak jauh dan sedang program hamil. Program bisa menjadi terganggu apabila di saat istri sedang dalam masa subur suaminya tidak ada karena harus bertugas. Dengan membekukan sperma, pembuahan bisa dilakukan kapan saja melalui teknologi tanpa harus berhubungan badan.
"Jadi pas istri sedang dalam masa subur, bisa dilakukan fertilisasi atau pembuahan menggunakan sperma yang dibekukan," ujar dia.



