Janji Manis Berujung Getir: Rencana Mobil Listrik Gagal, Jaguar Land Rover Malah PHK 500 Karyawan

Janji Manis Berujung Getir: Rencana Mobil Listrik Gagal, Jaguar Land Rover Malah PHK 500 Karyawan

Otomotif | sindonews | Jum'at, 18 Juli 2025 - 21:45
share

Awan kelabu tengah menyelimuti Jaguar Land Rover (JLR), salah satu kerajaan otomotif paling bergengsi asal Inggris. Janji akan masa depan listrik yang gemilang kini terasa pahit, setelah perusahaan mengumumkan kabar buruk ganda yang mengguncang para loyalis dan pekerjanya.

Pertama, JLR secara resmi menunda peluncuran mobil listrik yang paling dinanti, Range Rover listrik, dari yang semula dijadwalkan tahun 2025 menjadi tahun 2026. Kedua, dan yang lebih menyakitkan, perusahaan mengonfirmasi akan memangkas 500 pekerjaan di Inggris.

Sebuah ironi yang menyakitkan: di saat produk baru yang seharusnya menciptakan lapangan kerja justru tertunda, pisau pemutusan hubungan kerja (PHK) malah lebih dulu mengayun.

Mimpi Elektrifikasi yang Tertunda

Kekecewaan terbesar kini dirasakan oleh 62.000 orang di seluruh dunia yang telah setia masuk dalam daftar tunggu untuk Range Rover listrik. Mereka yang dijanjikan bisa melakukan pra-pemesanan pada tahun 2025, kini harus menelan pil pahit dan menunggu lebih lama.

Penundaan ini tidak hanya menimpa Range Rover. Produksi jajaran mobil Jaguar listrik yang telah didesain ulang juga ikut molor, dengan jadwal produksi baru yang diundur hingga Agustus 2026.Menanggapi penundaan ini, juru bicara JLR memberikan jawaban diplomatis yang normatif. "Rencana kami fleksibel sehingga kami dapat beradaptasi. Kami akan meluncurkan model-model baru kami pada waktu yang tepat untuk klien, bisnis, dan pasar kami," ujarnya.

Namun, bagi banyak pihak, pernyataan "waktu yang tepat" ini terdengar seperti dalih untuk menutupi kegagalan internal di tengah kondisi pasar yang sulit. Terlebih lagi, mobil Range Rover listrik ini diprediksi akan dibanderol dengan harga fantastis mencapai £170.000 atau sekitarRp 3,4 miliar, sebuah pertaruhan besar yang tampaknya belum siap mereka ambil.

Pisau PHK di Tengah Kelesuan Pasar

Di saat yang sama, JLR mengumumkan program "redundansi sukarela" untuk 500 karyawannya, sebuah istilah halus untuk PHK. Perusahaan menyebutnya sebagai "praktik bisnis normal", namun sulit untuk tidak mengaitkannya dengan kinerja perusahaan yang sedang menurun.

Penjualan JLR secara global dilaporkan telah turun 15 dalam beberapa bulan terakhir. Ini diperparah oleh melambatnya permintaan mobil listrik secara umum, di mana angka penjualan di Inggris, meskipun naik, masih berada di bawah target pemerintah.

Jaguar yang Kehilangan Arah?

Bagi merek Jaguar, situasi ini terasa lebih tragis. Mereka adalah salah satu pionir mobil listrik premium melalui Jaguar I-Pace yang diluncurkan pada 2018. Namun, alih-alih melanjutkan kepemimpinan, mereka justru menghentikan produksi I-Pace tahun lalu untuk mempersiapkan sebuah "peluncuran ulang" merek.

Peluncuran ulang ini pun diwarnai kontroversi, termasuk kemunculan sebuah mobil konsep berwarna pink yang menurut para kritikus telah membuang jauh warisan dan citra elegan Jaguar. Kini, dengan jadwal produksi yang kembali tertunda, Jaguar seolah menjadi merek yang tidak hanya kesulitan secara teknis, tetapi juga kebingungan dalam mencari jati dirinya.

Pada akhirnya, JLR terjebak dalam badai yang sempurna: produk yang tertunda, pelanggan setia yang kecewa, karyawan yang kehilangan pekerjaan, dan identitas merek yang goyah. Pertanyaan besarnya kini, mampukah kerajaan otomotif Inggris ini menavigasi krisis dan mengembalikan kepercayaan pasar? Atau akankah janji masa depan listrik mereka terus terkikis oleh masalah internal dan realitas pasaryangkejam?

Topik Menarik