Saat Naga Mengamuk: Begini Cara China Melahap Pasar Mobil Listrik Dunia

Saat Naga Mengamuk: Begini Cara China Melahap Pasar Mobil Listrik Dunia

Otomotif | sindonews | Senin, 23 Juni 2025 - 19:26
share

Sebuah pergeseran lempeng tektonik kini tengah mengguncang industri otomotif global. Di saat para produsen Barat masih berdebat soal insentif dan infrastruktur, China justru melaju sendirian dengan kecepatan penuh, membanjiri dunia dengan kendaraan listrik (EV) mereka. Laporan terbaru dari firma riset energi BloombergNEF (BNEF) memprediksi sebuah realitas yang bikin melongo: dari 22 juta kendaraan listrik yang akan terjual secara global pada 2025 (naik 25 dari tahun 2024), hampir dua pertiganya akan dikuasai oleh China.

Ini bukan lagi sekadar persaingan. Ini adalah sebuah deklarasi dominasi. Sementara itu, Amerika Serikat, yang pernah menjadi kiblat inovasi, kini terseok-seok dan seolah sengaja "bunuh diri" dengan membongkar kebijakan pro-EV mereka sendiri, menciptakan sebuah kapitulasi yang bisa berdampak selama beberapa dekade.

Resep Sukses China: Harga Baterai Murah dan Banjir Model Terjangkau

Di balik "tsunami" penjualan ini, ada dua resep rahasia yang dimainkan dengan sangat baik oleh China: anjloknya biaya baterai lithium-ion dan banjirnya model-model EV yang sangat terjangkau. Dominasi mereka bahkan mulai terasa di pasar negara berkembang.

Fakta di lapangan sangat mencengangkan: 69 dari seluruh kendaraan listrik yang terjual secara global pada 2024 diproduksi di China. Beberapa pasar negara berkembang, seperti Thailand, kini bahkan mencatatkan tingkat adopsi EV yang lebih tinggi daripada di Amerika Serikat.

"Ini menantang asumsi yang selama ini dipegang teguh bahwa EV akan dimulai di negara-negara kaya sebelum menyebar lebih jauh," tulis BNEF dalam laporannya.

Kapitulasi Amerika: Saat Politik Membunuh Industri

Kondisi paling tragis justru terjadi di Amerika Serikat. BNEF, untuk pertama kalinya dalam sejarah, terpaksa menurunkan proyeksi adopsi EV jangka pendek dan panjang mereka. Penyebab utamanya adalah lanskap kebijakan yang memburuk di AS.BNEF menunjuk pada pembatalan standar hemat bahan bakar federal, penghapusan bertahap kredit pajak EV, dan potensi pencabutan wewenang California untuk menetapkan standar kualitas udaranya sendiri sebagai alasan utama di balik penurunan "yang patut dicatat" dalam adopsi EV di AS.

Dampaknya sangat mengerikan. BNEF memprediksi bahwa kemunduran kebijakan di AS ini akan mengakibatkan 14 juta lebih sedikit penjualan EV kumulatif pada tahun 2030.

"Tahun 2024 adalah tahun bersejarah bagi transportasi elektrifikasi, dengan kendaraan listrik mencapai rekor penjualan global dan adopsi yang meningkat pesat dari pasar negara berkembang di seluruh Asia dan Amerika Latin,” ujar Colin McKerracher, kepala transportasi bersih dan penyimpanan energi di BloombergNEF. "Meskipun ada angin segar ini, kami melihat adopsi EV yang lebih lambat dalam jangka pendek dan panjang, sebagian besar karena perubahan lanskap di AS."

Peringatan Keras bagi Para Raksasa yang Lengah

Pergeseran ini akan berdampak besar pada industri baterai, yang kini menghadapi potensi kelebihan kapasitas manufaktur. Permintaan baterai antara 2025 dan 2035 diperkirakan turun sebesar 8 dibandingkan proyeksi tahun lalu, setara dengan hilangnya permintaan sebesar 3,4 terawatt-jam baterai, terutama karena anjloknya penjualan di AS.

Di tengah semua ini, BNEF memberikan sebuah peringatan keras bagi para produsen mobil di seluruh dunia.“Meskipun ada kemajuan signifikan dalam adopsi EV secara global, kebijakan yang stabil dan komprehensif masih sangat penting untuk mendorongnya lebih jauh,” kata Aleksandra O’Donovan, kepala kendaraan listrik di BloombergNEF.

Ia menutup dengan sebuah ancaman yang tak terselubung: "Para produsen mobil yang melupakan tren elektrifikasi jangka panjang—yang didukung oleh turunnya harga baterai dan membaiknya ekonomi EV—berisiko tersingkir dari pasar-pasar mobil utama."

Pada akhirnya, laporan ini melukiskan sebuah gambaran yang tak terbantahkan. Ini bukan lagi soal persaingan, ini soal dominasi dan bertahan hidup. Di saat China terus melaju tanpa henti, Barat, terutama Amerika, justru disibukkan dengan perdebatan politik yang kontra-produktif. Pertanyaannya kini bukan lagi siapa yang akan memimpin perlombaan, melainkan seberapa jauh sang naga dari timur akan meninggalkan yang lainnyadibelakang.

Topik Menarik