Geely Injak Rem Darurat Global, tapi Tancap Gas di Vietnam: Indonesia Bagaimana?

Geely Injak Rem Darurat Global, tapi Tancap Gas di Vietnam: Indonesia Bagaimana?

Otomotif | sindonews | Rabu, 18 Juni 2025 - 09:00
share

Baru sepekan lalu, bos besar raksasa otomotif Geely, Li Shufu, membunyikan alarm "kiamat" di industri otomotif global. Ia secara terbuka menyatakan bahwa dunia sedang menghadapi "kelebihan kapasitas yang serius" dan mengumumkan keputusan radikal: Geely akan berhenti membangun pabrik baru dan menghentikan semua rencana ekspansi.

Namun, di tengah pernyataan dramatis itu, ada anomali mengejutkan. Di saat Geely menarik rem darurat di seluruh dunia, mereka justru "tancap gas" di Vietnam. Sebuah proyek pabrik senilai USD168 juta (sekitar Rp2,75 triliun) di provinsi Thai Binh dilaporkan akan terus berjalan sesuai rencana.

Ini adalah sebuah kebijakan standar ganda yang sontak memicu pertanyaan besar, terutama bagi Indonesia: mengapa Vietnam, bukan Indonesia yang notabene pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara?

Kontradiksi di Pucuk Pimpinan

Keputusan ini terasa sangat kontradiktif dengan kepanikan yang disuarakan oleh Chairman Li Shufu. Pekan lalu, ia dengan tegas menyatakan bahwa Geely tidak akan lagi membangun fasilitas produksi baru. Namun, sebuah sumber yang dikutip oleh VnExpress mengonfirmasi bahwa pembangunan pabrik Geely di Vietnam akan dimulai pada kuartal ini, tanpa terpengaruh oleh kebijakan global tersebut.

Pabrik ini merupakan hasil kongsi antara Geely dengan distributor lokal Vietnam, Tasco, yang dirancang untuk memproduksi hingga 75.000 kendaraan per tahun pada tahap pertamanya.

Mengapa Vietnam Dipilih, dan Indonesia Dilewati?

Inilah pertanyaan kritis yang menyakitkan. Di saat Indonesia dengan bangga menjadi "pasar empuk" bagi merek-merek China, Vietnam justru berhasil memposisikan diri sebagai "dapur produksi" yang strategis.

Alasan utamanya, menurut laporan, adalah tujuan ganda dari pabrik tersebut. Selain untuk memenuhi permintaan domestik Vietnam, pabrik ini juga dirancang untuk menjadi basis ekspor ke negara-negara yang memiliki perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan Vietnam.

Geely bukan satu-satunya. Chery juga berencana membangun pabrik senilai USD800 juta (sekitar Rp 13,1 triliun) di Vietnam. Raksasa lain seperti BYD dan SAIC juga telah menjajaki kemungkinan yang sama. Vietnam secara sistematis sedang membangun dirinya menjadi hub produksi otomotif China di Asia Tenggara.

Pelajaran Pahit bagi Indonesia

Keputusan Geely untuk mengerem ekspansi global namun tetap memprioritaskan Vietnam adalah sebuah cermin besar bagi Indonesia. Ini bukan lagi sekadar soal Geely tidak membangun pabrik di sini. Ini adalah tentang pertanyaan yang lebih fundamental: apakah iklim investasi, kebijakan industri, dan posisi strategis kita dalam rantai pasok global sudah cukup menarik bagi parapemainbesar?

Topik Menarik