Nasib Malang Kuda Jingkrak Rp16 Miliar: Ferrari Purosangue Terguling di Tol JORR, Mau Beli Lagi Inden 2 Tahun
Sebuah pemandangan yang menyayat hati sekaligus ironis menjadi viral di media sosial. Sesosok "monster" buas berwarna hitam legam, sebuah Ferrari Purosangue senilai lebih dari Rp16 miliar, terbaring tak berdaya dengan posisi miring di tengah kerasnya aspal Tol JORR, Cengkareng.
Bukan karena adu kecepatan atau selip di tikungan tajam. Mahakarya otomotif asal Italia ini justru "dikalahkan" oleh sebuah insiden sepele: truk derek (towing) yang mengangkutnya diduga mengalami pecah ban, membuatnya hilang kendali dan menggulingkan muatan super berharganya.
Video yang diunggah oleh akun Instagram @warga.jakbar menunjukkan drama pasca-kejadian. Terlihat sejumlah petugas jalan tol bahu-membahu, mendorong bodi kekar sang Ferrari agar kembali berdiri di atas keempat rodanya. Setelah beberapa kali upaya, mobil itu akhirnya berhasil diposisikan kembali, namun dengan "luka" yang terlihat jelas di bagian ban belakang kiri.
Sebuah Karya Seni yang 'Terluka'
Insiden ini terasa semakin tragis jika kita melihat betapa istimewanya mobil yang menjadi korban. Ferrari Purosangue bukanlah sekadar mobil. Ia adalah SUV pertama dari pabrikan Kuda Jingkrak, sebuah anomali yang dirancang untuk menantang semua pakem.Di balik kap mesinnya yang panjang, bersemayam sebuah jantung pacu yang kini semakin langka: mesin V12 6.500 cc naturally-aspirated yang mampu memuntahkan tenaga brutal sebesar 715 daya kuda. Tenaga ini cukup untuk melesatkan SUV empat pintu ini dari 0-100 km/jam hanya dalam 3,3 detik.
Desainnya pun tak kalah unik. Empat pintunya mengusung model suicide door yang dramatis. Kabinnya yang berkonsep double cockpit memanjakan pengemudi dan penumpang depan dengan kemewahan, dibalut material Alcantara daur ulang dan layar digital yang canggih.
Ferrari bahkan menyematkan teknologi suspensi aktif terbaru dan berbagai komponen serat karbon untuk memastikan monster seberat dua ton ini tetap lincah menari di tikungan, layaknya mobil sport Ferrari lainnya.
Ironi di Balik Kemewahan
Inilah yang membuat insiden ini terasa begitu ironis. Sebuah mahakarya rekayasa yang dirancang dengan presisi tertinggi untuk menaklukkan kecepatan dan tikungan, justru harus "terluka" bukan di sirkuit balap, melainkan di jalan tol ibu kota, hanya karena masalah teknis pada kendaraan pengangkutnya.Harga Purosangue yang mencapai Rp16 miliar berstatus off the road (sebelum pajak) semakin menambah dramatisasi insiden ini. Harga akhirnya di tangan konsumen bisa jauh lebih tinggi. Bahkan, begitu tingginya peminat Purosangue dan sangat sulit untuk memproduksinya, konsumen yang mau membeli harus menunggu hingga tahunan. Jika memesan sekarang, minimal baru bisa mendapatkan mobilnya setelah 1-2 tahun. Kisah Ferrari Purosangue yang terguling ini menjadi sebuah pengingat yang telak. Secanggih dan semahal apa pun sebuah kendaraan, ia tetap rapuh dan rentan terhadap kelalaian manusia dan insiden tak terduga di sekitarnya. Sang Kuda Jingkrak yang buas, pada hari itu, harus mengakui kekalahannya bukan oleh rival sepadan, melainkan oleh sebuah ban pecah di jalananJakarta.