Startup Slate Auto Dukungan Jeff Bezos Janjikan Mobil Listrik Murah, tapi Analis Sebut Mimpi Buruk

Startup Slate Auto Dukungan Jeff Bezos Janjikan Mobil Listrik Murah, tapi Analis Sebut Mimpi Buruk

Otomotif | sindonews | Rabu, 11 Juni 2025 - 21:33
share

Di sebuah kawasan pemasok yang tampak biasa di pinggiran Detroit, sebuah mimpi radikal sedang dirakit dengan tangan. Di sinilah Slate Auto, sebuah startup kendaraan listrik (EV) yang didukung oleh pendiri Amazon, Jeff Bezos, secara diam-diam membangun apa yang mereka harap akan menjadi pabrikan mobil terbaru di Amerika.

Di dalam fasilitas yang diisi dengan lusinan purwarupa dan alunan musik Whitney Houston, para pekerja sibuk merakit sebuah anomali: truk pikap listrik dua pintu yang sangat sederhana alias “murahan”. Dengan jendela engkol, tanpa sistem hiburan, dan eksterior komposit cetakan injeksi, mobil ini adalah antitesis dari semua yang ditawarkan oleh industri otomotif modern.

Ini adalah sebuah pertaruhan besar. Slate Auto percaya mereka bisa sukses di mana para raksasa telah gagal: menciptakan mobil listrik modular yang "radikal, terjangkau" dengan harga di bawah USD20.000 (Rp328 juta) setelah insentif. Namun, para analis dan bahkan para eksekutif rival menyebutnya sebagai sebuah ilusi yang indah namun berbahaya.

Mimpi 'Kembali ke Dasar'

"Kami mengambil pendekatan 'kembali ke dasar', hanya yang esensial," ujar Eric Keipper, kepala teknisi Slate Auto yang merupakan veteran industri. "Kami benar-benar membangun kategori produk yang sama sekali baru."

Ide dasarnya terdengar seperti sebuah utopia bagi konsumen. Sebuah mobil "kosong" yang bisa diubah-ubah bodinya dari pikap menjadi SUV, seperti bermain Lego. Tidak ada layar sentuh mewah, sebagai gantinya pengemudi bisa menggunakan ponsel atau tablet mereka sendiri. Tidak perlu bengkel cat yang mahal, karena bodinya dirancang untuk dibungkus dengan stiker vinyl.Ini adalah sebuah visi yang sangat menggoda. "Kami sedang membangun mobil terjangkau yang telah lama dijanjikan tetapi tidak pernah diwujudkan," kata CEO Slate Auto, Chris Barman, saat debut publik mereka.

Benturan Keras dengan Realitas

Namun, mimpi ini dengan cepat membentur dinding realitas yang keras, dan dinding itu bernama "harga".

Harga di bawah Rp328 juta itu hanya bisa tercapai jika mobil ini memenuhi syarat untuk mendapatkan kredit pajak federal sebesar USD7.500 (Rp123 juta)—sebuah insentif yang kini terancam di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. Tanpa itu, harga dasarnya adalah sekitar USD27.500 (Rp 451 juta).

Bahkan angka itu pun masih diragukan. Tim Kuniskis, CEO dari merek Ram Truck milik Stellantis, secara blak-blakan menertawakan klaim harga tersebut. "Ketika orang-orang mulai menambahkan opsi, harganya tidak akan menjadi USD20.000. Harganya akan menjadi USD35.000, dan pada saat Anda mencapai USD35.000 (sekitar Rp574 juta), Anda sudah berada di wilayah harga truk ukuran sedang," sindirnya.

Karl Brauer, seorang analis veteran dari iSeeCars.com, lebih brutal. "Mereka memproduksi kendaraan listrik dengan hanya dua kursi, jangkauan 240 kilometer, jendela manual, tanpa layar sentuh, dan harganya masih Rp 451 juta... Bagi saya, itu bukan kendaraan yang kompetitif."

Kuburan Para Startup

Selain masalah harga, Slate Auto juga dihadapkan pada "kuburan" para pendahulunya. Startup seperti Lordstown Motors, Fisker, dan Canoo semuanya berhasil mencapai tahap produksi sebelum akhirnya bangkrut. Bahkan Rivian dan Lucid, yang memiliki modal jauh lebih besar, terus-menerus harus mencari dana segar hanya untuk bertahan hidup.

"Mereka punya ide yang menarik," kata Stephanie Brinley, analis di S&P Global Mobility. "Pertanyaannya adalah, berapa banyak orang yang benar-benar mau melakukan semuanya sendiri, dan seberapa besar pasar yang bisa disesuaikan?"

Pasar untuk pikap dua pintu seperti yang ditawarkan Slate sangatlah kecil, hanya menyumbang kurang dari 90.400 unit registrasi pada 2024 dibandingkan dengan lebih dari 2,5 juta truk empat pintu.

Slate Auto memang datang dengan ide yang cerdas dan segar. Namun, mereka kini harus membuktikan bahwa mimpi "mobil Lego" mereka cukup kuat untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang di industri paling kejam di dunia, sebuah industri yang telah menelan banyak sekali mimpi yang didanai dengan sangat baiksebelummereka.