Begini Progres 2 Proyek Pengembangan Baterai Kendaraan Listrik
JAKARTA - Pemerintah melalui konsorsium BUMN menggenjot pengerjaan proyek pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai (EV battery) di dalam negeri. Ada dua proyek besar yang menjadi fokus otoritas saat ini.
Pertama, proyek Dragon yang merupakan pengembangan end to end proyek EV battery value chain yang akan digarap PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan investor asal China yakni Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL), anak usaha CATL.
Direktur Utama Holding BUMN Pertambangan atau MIND ID, Hendi Prio Santoso, mengatakan, Antam dan CBL tengah menyusun joint feasibility study (JFS). Proses itu terkait hilirisasi EV battery berupa RKEF, HPAL, battery material, battery cell, dan daur ulang (recycling).
"Untuk proses hilir lainnya dalam proses penyusunan joint feasibility study," ujar Hendi saat sesi wawancara dengan MNC Portal, ditulis Sabtu (27/5/2023).
Penyusunan JFS dilakukan setelah kedua entitas menyepakati adanya Perjanjian Jual Beli Saham atau Conditional Share Purchase Agreement/CSPA dan Conditional Shareholder Agreement (CSHA) terkait transaksi pembelian 49 persen saham PT Sumberdaya Arindo (SDA) dan transaksi pembelian 60 persen saham FHT.
Transaksi ini merupakan kelanjutan dari perjanjian kerja sama pengembangan EV Battery yang disepakati Antam dan CBL pada April 2022.
Kedua, Proyek Titan. Berbeda dengan CBL atau CATL, kesepakatan pengerjaan proyek Titan antara LG Energy Solution (LG) dan Indonesia Battery Corporation (IBC) selaku konsorsium BUMN belum mencapai titik final. Saat ini, proses negosiasi terkait pembentukan perusahaan patungan atau joint venture (JV) masih berjalan.
Hendi mengatakan saat ini konsorsium LG dalam tahap diskusi untuk melakukan Amandemen Framework Agreement terkait finalisasi struktur pemegang saham di tiap JV.
Rencananya, LG akan menyampaikan perkembangan struktur kerja sama grand package kepada Kementerian BUMN dan Kementerian Investasi/BKPM pada Mei tahun ini.
"Dan LGES (LG) akan menyampaikan juga perkembangan struktur kerja sama grand package kepada Kementerian BUMN dan BKPM dalam bulan Mei ini," kata dia.
Perusahaan raksasa baterai kendaraan listrik atau electric vehicle asal Korea Selatan itu berpotensi mundur dari kerja sama usaha patungan pabrik baterai listrik dengan Indonesia Battery Corporation.
Meski begitu, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan IBC masih membuka diri kepada LG, di mana konsorsium berupaya memberi solusi terbaik agar bisa diterima perusahaan asing tersebut.
Hingga saat ini upaya tersebut masih terus dilakukan, sehingga kabar LG mundur dari rencana kerja sama belum 100%.
"Tentu LG sendiri konteksnya itu kan ada beberapa perusahaan konsorsium yang di dalamnya ingin mencari solusi satu sama lainnya. Saya lihat ini belum batal total, masih proses, kita masih membuka," ucap Erick saat ditemui di tempat kerjanya.
