5 Contoh Cerpen tentang Ramadhan yang Singkat dan Menarik
JAKARTA, celebrities.id - Contoh cerpen tentang Ramadhan dapat menjadi referensi dalam menulis sebuah karangan singkat. Banyak tema kegiatan Ramadhan yang bisa dipilih untuk menjadi bahan tulisan Celeb Hitz.
Dalam menulis cerpen, ada kaidah bahasa dan unsur penulisan yang perlu kamu pahami. Ada tujuh macam unsur intrinsik dalam cerpen yang terdiri dari tema, tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa.
Sementara, unsur ekstrinsik cerpen terdiri dari latar belakang masyarakat dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen.
Berikut celebrities.id telah merangkum dari berbagai sumber pada Senin (17/4/2023) terkait contoh cerpen tentang Ramadhan.
Contoh Cerpen Tentang Ramadhan
1. Contoh Cerpen tentang Batal Puasa karena Sakit
Pagi itu aku terbangun dengan rasa aneh di mulutku. Dengan mata yang masih setengah terpejam aku berusaha menganalisa rasa aneh apakah ini? Bibirku juga terasa sangat kering. Akhirnya, aku berusaha untuk bangun dan duduk di kasurku. Tiba-tiba saja perutku terasa sangat sakit.
"Aduuuuh," teriakku dari kamar. Kemudian Ibuku membuka pintu kamarku. "Kenapa berteriak seperti itu Tina?" tanya Ibuku. "Perutku tiba-tiba saja terasa sakit sekali Bu," jawabku sembari mengerang kesakitan. "Ah kamu ini ada-ada saja!" jawab beliau sambil berjalan keluar kamarku. Tentu saja aku kaget dengan reaksi Ibuku. Bagaimana bisa beliau berkata demikian?
"Ibu kenapa tega sekali padaku?" kataku setengah berteriak dari atas tempat tidurku. Ibuku tidak menjawab pertanyaanku dan malah melanjutkan kegiatannya. Lalu aku berbaring lagi di kasurku sambil menahan rasa sakit yang kurasakan di bagian perut. Tidak lama Ibu berteriak kepadaku, "Sampai kapan kamu mau tidur-tiduran seperti itu? Ini sudah siang! Ayo bangun dan segera mandi!" "Ibuuuu aku ini sedang sakit!" jawabku. "Kamu ini jangan berlebihan!" kata Ibu. Berlebihan katanya? Bagaimana mungkin seorang Ibu bereaksi demikian ketika mengetahui anaknya sedang sakit???
"Apa yang sakit?" tanya Ibu yang tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu kamarku yang dibiarkannya terbuka sejak tadi. "Perutku Bu, sakit sekali. Mulutku juga terasa aneh, dan bibirku sangat kering!" jawabku. "Ya tentu saja kamu merasakan itu semua! Tadi sudah Ibu bangunkan tapi tidak kamu hiraukan!" kata Ibu dengan nada agak kesal. "Lain kali kalau tidur jangan terlalu malam, akibatnya kamu tidak bisa bangun untuk makan sahur dan shalat Subuh. Kalau berbuka puasa juga jangan makan yang pedas." lanjut Ibuku.
Aku mendengarkan perkataan Ibu sambil mengernyitkan dahi. Lalu aku menepuk dahiku, "Ya ampun Bu! Tina lupa kalau ini bulan Ramadhan! Huhu pantas saja perut Tina sakit sekali dan bibir Tina sangat kering," jawabku. Ibu yang mendengar hanya menggelengkan kepalanya dan berkata, "Ya sudah, kalau tidak kuat tidak usah puasa. Nanti kamu ganti saja puasa hari ini," "Iya Bu," jawabku dengan lemas.
Aku benar-benar lupa kalau ini bulan Ramadhan. Semalam aku berbuka puasa dengan mie instan pedas asal Korea. Lalu setelah shalat Tarawih, aku menonton film entah sampai jam berapa. Sepertinya aku harus merelakan puasaku hari ini dan menggantinya setelah bulan Ramadhan.
2. Contoh Kedua Cerpen tentang Bulan Suci di Masa Pandemi
Namaku Muhammad Romeo atau yang kerap dipanggil Indra. Aku adalah salah satu kepala keluarga di kabupaten Bantul yang bekerja sebagai guru agama di MA Al-Mahad An-Nur Ngrukem, Pendowoharjo, Sewon, Bantul. Aku memiliki seorang istri yang setia mendampingiku dalam keadaan suka maupun duka, dia bernama Azza Sholichah.
Dan alhamdulillah, Tuhan mengaruniai keluarga kecilku dengan kehadiran si buah hati yang bernama Ahmad Romadlon. Sesuai namanya, harapanku dengan memberi nama Ahmad dia dapat meneladani Baginda Nabi Muhammad Saw. Dan Romadlon, merupakan simbol kelahirannya yang lahir di bulan suci Ramadhan. Dan dari sinilah ceritaku dimulai.
Waktu itu, istriku sedang hamil tua, sekitar 7 bulanan. Saat itu tepat pada tanggal 2 di bulan Ramadhan. Istriku sangat kesakitan karena menahan kandungan yang ada di perutnya. Nampak mengalir darah dari kedua kakinya yang membuatku terkejut, kebingungan, gelisah, dan lain sebagainya.
Tanpa berpikir panjang, aku pun langsung menggendongnya masuk ke dalam mobil dan bergegas mengantarkannya menuju ke RS Panembahan Senopati, Bantul. Karena di rumah sakit itulah tempat pengobatan terdekat dari rumahku. Sesampainya di sana, aku langsung memanggil dokter dan istriku dibawa ke ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat). Aku tidak diperbolehkan masuk oleh salah satu perawat yang merawat istriku karena ditakutkan mengganggu jalannya pengobatan.
Aku hanya bisa menunggu dan berdoa kepada Tuhan, semoga istriku dan kandungannya tidak ada apa-apa. Menit demi menit hingga berubah menjadi jam, dokter pun belum keluar dari ruangannya.
Akhirnya dengan sabar menunggu dan ikhtiar berdoa, selang beberapa menit dokter pun keluar dari ruangannya dan memanggilku untuk memasuki ruangan IGD. Aku pun terkejut haru bahagia melihat pemandangan itu.
Pak Indra, sekarang anda resmi menjadi seorang ayah. kata dokter dengan tersenyum kepadaku.
Alhamdulillah, Dok. Sekarang saya harus menjaga amanah dari Tuhan. jawabku dengan air mata bahagia.
Saya boleh menggendong putra saya, Dok?. tanyaku kepada dokter.
Oh, iya, Pak. Silakan!. jawab dokter kepadaku.
Aku pun langsung menggendong putraku dan mengadzaninya sesuai syariat yang diajarkan Baginda Nabi Muhammad Saw.
Sejak saat itu, aku dan istriku berusaha mendidik karunia Tuhan yang harus kami jaga dengan sekuat tenaga dan kami belai kasih dengan sepenuh hati. Tak terasa, hari pun berganti hari hingga berubah menjadi bulan dan bulan berubah menjadi tahun. Karunia Tuhan yang kuberi nama Ahmad Romadlon, kini telah berusia 12 tahun. Melihat dan memperhatikan tingkahnya merupakan kenikmatan tersendiri bagi keluargaku, yang membuat suasana di dalam rumah sangat berarti dengan senyuman disertai canda tawa yang mengiringinya.
3. Contoh Ketiga Cerpen tentang Aku dan Cerita Ramadhanku Bersama Keluarga
Ramadhan yang penuh kemuliaan di tahun ini akan segera berakhir, 10 hari lagi menuju hari kemenangan, hari raya Idul Fitri. Selalu berbeda dari tahun ke tahun, dua tahun yang lalu aku masih merasakan nikmatnya sahur dan berbuka di Bulan Suci Ramadhan bersama seluruh anggota keluarga yang berkumpul tak kurang satupun, namun di tahun selanjutnya di satu sisi kami menyambut suka cita Ramadhan di sisi lain kami berduka yang sedalam-dalamnya, aku melewati bulan mulia itu tanpa Almarhumah Simbok (semoga dalam surganya allah).
Tahun ini terasa semakin berat karena aku harus menghabiskan 19 hari Ramadhan di kontrakan karena ada kegiatan di kampus yang masih ingin kuikuti, Saat aku kembali ke rumah aku semakin merindukan suasana ramadhan terdahulu, ditambah lagi Ayah, Ibu, dan adik perempuanku menjalani ramadhan di Liwa dan baru pulang H-4 Idul Fitri.
Sungguh terasa sepi saat sahur dan berbuka ramadhan tahun ini Ya Allah, aku rindu seluruh keluarga dapat berkumpul seperti dulu, aku rindu semuanya Ya Allah.
Sebelum ramadhan tiba, aku hanya bisa membayangkan betapa indahnya menjalani ibadah bulan mulia tahun ini bersama anggota keluarga yang berkumpul lengkap, sahur bersama-sama dengan canda tawa (teringat saat ayah dan ibu kewalahan membangunkanku), sampai berebut takjil berbuka dengan saudara-saudari, shalat berjamaah, dan berangkat shalat tarawih di masjid bersama-sama.
Aku mencoba menuliskan sedikit yang aku rasakan pada ramadhan tahun ini, di atas cerita ramadhanku yang pernah kutuliskan sebelumnya.
Sabtu, 27 September 2014 pukul 23.35
Kuhidupkan notebook dan membuka satu demi satu file-file yang tersimpan, kubuka folder musik dan play. Lagu yang terpilih memang banyak, namun yang benar-benar kudengar hanya beberapa saja dan tak jarang aku mengulang lagu yang memang saat itu juga terdengar nyaman di telinga.
Semakin aku mengingat moment-moment itu, semakin aku merasa kembali ke masa itu dan ketika tersadar bahwa aku sedang berada di masa kini, masa yang jauh berbeda dengan dulu, aku mulai meneteskan air mata. Air mata bahagia akan kebersamaan keluarga kami kala itu yang hampir dirasa sempurna namun kini menjadi air mata kesedihan karena satu bagian dari kami telah pergi untuk selamanya.
Air mataku terus menetes dan kurasa nafasku semakin sesak tak mampu lagi kutahan kesedihan ini ketika aku sampai pada beberapa foto yang menunjukan moment bahagia pada Hari Raya Lebaran. 2 tahun yang lalu tepatnya Ayah, Ibu, Aku, dan kedua saudara perempuanku merayakan hari lebaran di kediaman orang tua Ayah, di hari raya pertama moment mengunjungi rumah nenek adalah yang utama.
Aku masih ingat dengan jelas saat itu sejak dari rumah aku sudah sibuk meminta kepada Ayah dan Ibu untuk tidak lupa kalau nanti harus ada sesi foto di rumah simbok, sapaan untuk nenek sejak kecil. Aku sangat suka mengabadikan setiap moment apalagi ini moment yang sangat istimewa sekali, moment hari raya bagi keluarga kami dan tentunya seluruh keluarga muslim di seluruh dunia sangat bahagia menyambut hari kemenangan ini.
Sesampainya di rumah simbok, satu per satu dari kami sungkem menundukan kepala di pangkuan- kepada Simbok dan memohon maaf atas segala kesalahan sekaligus mengucapkan Selamat berbahagia di Hari Raya Lebaran. Tangis haru serta bahagia menyelimuti suasana di ruang utama yang dihiasi dengan toples-toples yang berisi kue-kue khas lebaran di atas meja bergambar pohon warna biru dan abu-abu.
Tiba saatnya menyudahi tangis haru dan aku bergegas mengambil ponselku untuk berfoto bersama. Kami saling berfoto bergantian dan moment itu paling membahagiakan. Hal sederhana yang membuat kami bersuka cita dengan kebersamaan yang ada semua terasa lengkap di hari raya itu.
Namun, kebersamaan di masa dulu tidak berarti terus menerus hingga masa sekarang. Manusia ditakdirkan untuk datang dan pergi sesuai kehendak Allah SWT. Pada Bulan Ramadhan lalu tepatnya tanggal 29 Juni 2014, kami merasakan duka yang mendalam karena harus kehilangan sosok Simbok yang kami sayangi. Aku terdiam lama ketika melihat Simbok dibaringkan di atas tempat tidur kesayangan beliau, aku mencoba memanggil manggil namanya berharap agar dia menjawab dan memelukku saat itu juga namun, Simbok tetap terdiam dan hanya melukiskan senyum di hadapanku tanpa berisyarat sedikitpun.
Nafasku mulai sesak dan terpecahlah tangisku. kugenggam tangan Simbok, kucium kening beliau, dan terus kupandangi raut wajah beliau yang terpancar damai. Aku mulai sadar senyum itu adalah senyum yang terakhir, aku tidak akan pernah melihatnya lagi di dunia ini, Simbok telah pergi untuk selamanya Simbok telah dipanggil oleh yang maha kuasa. Simbok dipanggil untuk segera menempati surga yang telah Allah sediakan untuknya.
Perlahan aku mulai ikhlas dan rela melepaskan simbok untuk kembali kepangkuan Allah dengan segala kasih sayangnya yang melebihi kasih sayang kami selama masa hidupnya.
Aku yakin ini adalah keputusan Allah untuk melindungimu lebih dari apapun, Allah pasti sangat menyayangimu hingga tidak seorangpun bisa lagi menyakitimu karena sekarang Simbok telah bahagia di sisi Allah. Aku sayang Simbok, semoga Allah mengijinkan kita berjumpa lagi. sampai jumpa di Surga Allah. Aamiin.
Jika momen yang terekam itu adalah momen bahagia, lalu kenapa aku malah bersedih saat melihatnya sekarang?
Karena, momen bahagia itu kini hanya tinggal sebagai kenangan dan satu per satu dari kami harus merasakan kehilangan itu.Semoga pada Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri tahun ini Allah SWT akan menjadikan semua lebih baik lagi dan menghadirkan suasana kebahagiaan yang lebih berkah.
4. Contoh Keempat Cerpen tentang Pelangi di Langit Ramadhan
Rintik kecil air hujan membasahi gersangnya tanah ini. Semilir angin berhembus menggerakkan pepohonan yang rindang. Hujan pertama di bulan Ramadhan, gumam Raina, sudah lama kota ini tidak dibasahi hujan, bisiknya dalam hati. Hujan hari ini tidak berlangsung lama, tak lama kemudian matahari kembali menyinari kota ini, dari ufuk timur terlihat pelangi yang menghiasi bentangan langit biru.
Raina bersorak gembira, sudah lama ia tidak melihat pelangi, seketika ia mengambil kamera, mengabadikan pelangi pertama yang ia lihat di kota perantauan. Pelangi ini mengingatkan tentang ceritanya di beberapa tahun silam, Raina tersenyum ketika ia kembali mengingat masa itu, masa dimana ia mulai memutuskan untuk pergi menuju tanah perantauan.
Untuk pertama kalinya Raina memantapkan keinginannya untuk memilih sekolah yang jauh dari keluarga dan kampung halamannya. Saat itu Raina baru menginjak usia 13 tahun, bocah yang baru saja lulus Madrasah Ibtidaiyah. Awalnya ayah Raina sendiri belum meyakini bahwa putrinya ingin melanjutkan sekolah di luar kampung halaman, tetapi Raina berusaha meyakini ayahnya, ibunya pun ikut mendukung akan keinginan Raina.
Kurang lebih selama seminggu Raina mencari sekolah yang ia inginkan. Ia tidak melirik sekolah umum, melainkan ia tetap memilih Madrasah sebagai tujuan utamanya. Setelah berfikir dan memantapkan diri, Raina memilih Pesantren sebagai sekolah lanjutannya. Mendengar keinginan putrinya, ayah dan ibu Raina setuju saja akan pilihan Raina, namun mereka masih sempat khawatir akan keadaan Raina ketika berada di sana.
Sudah dua bulan Raina menjadi santriwati, dalam dua bulan ini Raina berhasil meraih berbagai prestasi, ia juga menjalankan aktivitasnya dengan suka cita. Raina tampak sangat bahagia akan keadaannya saat ini, ia bisa menyalurkan dan mengembangkan hobi-hobinya. Selama ini Raina tidak dapat menyalurkan hobi-nya karena berbagai kendala, tetapi saat ini Raina memiliki kesempatan untuk mewujudkan cita-citanya melalui hobi-hobinya.
Selama ini pula Raina tak pernah meneteskan air mata ataupun mengeluh seperti santri lainnya, ia cukup menikmati keadaan yang seadanya. Raina juga ingin membuktikan kepada orang tuanya bahwa ia mampu untuk hidup jauh terpisah dari mereka.
Di tahun pertama ini, Raina berkesempatan untuk mengikuti berbagai perlombaan pada acara gebyar Ramadhan, mulai dari cabang lomba Musabaqoh Tilawatil Quran, Musabaqoh Hifzil Quran, Kaligrafi, Fahmil Quran[1], Syarhil Quran[2], Mading Ramadhan, Nasyid, Qosidah, serta busana muslim. Kali ini Raina berminat untuk mengikuti perlombaan Tilawatil Quran. Raina langsung mendaftarkan diri untuk mengikuti perlombaan tersebut. Sembari menunggu hari perlombaan, setiap hari Raina berlatih tanpa lelah untuk mempersiapkan dirinya, ia ingin memberikan hasil yang terbaik.
Hari yang dinantikan telah tiba, Setelah bada sholat tarawih semua santri berkumpul di lapangan untuk menyaksikan lomba tilawatil quran. Raina mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin, malam ini ia tampak sangat anggun, dengan gamis berbahan katun pink dengan motif bunga-bunga serta jilbab pink yang ia kenakan, wajahnya telah memancarkan cahaya, membuat yang melihat terpesona.
Untuk pertama kalinya juga Raina berpenampilan seperti bidadari. Tidak hanya penampilan, suaranya pun sangat merdu nan indah ketika ia melantukan ayat suci Al-Quran. Sehingga membuat semua yang hadir malam itu menangis terharu. Tak terkecuali sang kyai pun ikut meneteskan air mata.
Malam sebelum kepulangan para santri. Raina mendapatkan kabar bahagia, ia mendapatkan juara I cabang lomba tilawatil quran. Raina langsung memeluk teman-temannya dan tak hentinya ia sujud syukur atas apa yang ia peroleh. Bagi Raina ini adalah Ramadhan yang sangat indah dalam hidupnya.
Ramadhannya sungguh berwarna laksana pelangi. Walaupun Ramadhannya tidak bersama keluarga, ia tetap bahagia bisa menikmati Ramadhan bersama teman seperjuangan pengganti keluarganya.
Ramadhan di tahun ketiga, dua tahun berturut-turut Raina tidak melihat pelangi muncul selama Ramadhan.
Tahun terakhir ia di pesantren, pengalaman yang ia peroleh adalah menjadi seorang imam sholat tarawih secara bergantian, selain itu ia juga merasakan untuk menjadi seorang bilal sholat tarawih dengan suaranya yang khas nan merdu. Raina merasa Ramadhan yang telah ia lalui sungguh penuh kenikmatan. Tiada Ramadhan paling indah melainkan Ramadhan di tanah perantauan.
5. Contoh Kelima Cerpen tentang Kenangan di Bulan Ramadhan
Bulan Ramadan tahun lalu, setiap subuh Andi bersama teman-temannya melaksanakan salat subuh berjamaah di masjid. pagi harinya Andi bersama teman temannya bermain layang layang di lapangan. Selesai bermain layang layang di lapangan mereka pulang ke rumah masing masing.
Setelah mempersiapkan diri, Andi dan teman-temannya pergi ke masjid untuk melaksanakan salat zuhur berjamaah sebelum azan berkumandang. Selesai solat zuhur mereka bermain petak umpet di lapangan setelah bermain petak umpet Andi dan teman temannya duduk di dekat pohon besar, sambil menikmati udara yang segar. Setelah selesai duduk andi dan teman temannya pun pergi memancing ikan di sungai.
Setelah memancing mereka pulang ke rumah untuk tidur siang, lalu Andi dan teman temannya pergi ke masjid untuk melakukan salat Ashar berjamaah di masjid. Setelah solat Ashar Andi dan teman temannya bermain sepak bola di lapangan, karena mereka sudah kelelahan mereka pun pulang ke rumah untuk mempersiapkan diri pergi ke masjid. Sebelum pergi ke masjid mereka pergi ke toko buat membeli makanan.
Hei kawan kawan makanan yang ada di toko ini enak loh. kata Andi.
Oh,,, iya nampaknya kue di toko ini enak. kata salah satu teman Andi.
Ayuk kita beli untuk berbuka puasa. kata teman Andi yang lain.
Setelah membeli makanan Andi dan teman temannya pergi ke masjid untuk mendengar ceramah yang ada di masjid.
Teman-teman yuk kita beri kue kita dengan orang pengurus masjid agar, orang tersebut menyiapkannya untuk berbuka puasa. kata Andi.
Ayuk setelah kita beri makanan ini mari kita ke dalam untuk mendengar ceramah. kata salah satu teman Andi.
Setelah mendengar ceramah dan mereka pun mendengar orang yang azan dan Andi dan teman teman berbuka puasa di masjid selesai berbuka puasa mereka solat maghrib berjemaah Andi dan teman temannya pulang ke rumah untuk makan bersama keluarga. Selesai makan Andi dan teman temannya pergi ke masjid dan saat di masjid mereka pun bercerita dan bersenda gurau.
Teman-teman selesai salat isya yuk kita menginap di masjid, ajak Andi
Ayuk, kata salah satu teman Andi.
Kami ikut tapi harus meminta izin orang tua dulu, kata teman Andi yang lain.
Ok, kalian beri tahu orang tua kalian dulu, kata Andi.
Setelah selesai berbicara mereka pun masuk ke dalam masjid untuk menunggu azan solat isya berkumandang lalu mereka solat isya berjemaah setelah selesai sholat isya dan tarawih mereka pulang ke rumah meminta izin kepada orang tua untuk menginap di masjid. Setelah diizinkan mereka pergi ke masjid saat di masjid Andi dan teman temannya membersihkan masjid.
Selesai membersih masjid mereka mengaji dan mendoakan kedua orang tua mereka. Setelah berdoa mereka tidur saat tengah malam mereka solat bersama selesai solat berjemaah mereka bermain, saat menjelang sahur mereka pulang ke rumah masing-masing untuk sahur. Setelah sahur mereka pergi ke masjid dan menunggu azan subuh selesai solat berjemaah mereka mendoakan kedua orang tua mereka lalu mereka pulang dari masjid dengan senang hati.










