Ternyata Perusahaan Chip Semikonduktor Awalnya Tidak Lirik Industri Otomotif, Ini Alasannya
JAKARTA, celebrities.id - Chip semikonduktor menjadi komponen penting dalam industri otomotif yang membuat lini produksi terhambat, belakangan ini.
Bahkan tahun lalu, beberapa produsen otomotif harus menghentikan aktivitas di pabrik akibat kekurangan suplai.
Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi mengatakan bahwa industri otomotif merupakan pemain baru di chip semikonduktor. Ini membuat setiap produsen melakukan pendekatan ke perusahaan pembuat chip semikonduktor agar mendapat suplai yang cukup.
Sebenarnya semikonduktor konsumen terbesarnya bukan otomotif, tapi elektronik, seperti komputer dan segala macam. Jadi kita (otomotif) itu pendatang baru karena sebelumnya kita semuanya mekanis, kata Nangoi di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Diakui Nangoi, beberapa produsen besar sedang mencari alternatif agar mendapatkan suplai chip semikonduktor yang cukup. Pasalnya, perusahaan pembuat komponen tersebut masih mengutamakan peralatan elektronik yang sudah jadi pelanggan lama.
Sebetulnya kita itu pemain baru di semikonduktor. Kita dipandang perusahaan semikonduktor, otomotif pasti di belakang yang lainnya. Itu sebabnya kita sekarang mulai mendekatkan diri ke pengusaha-pengusaha semikonduktor supaya bisa mendapatkan alokasi yang lebih, ujarnya.
Seperti diketahui, Amerika Serikat membuat aturan untuk membantu industri semikonduktor domestik. Pemerintah memberikan bantuan dana hibah dan insentif sebesar 2 miliar dolar AS atau setara Rp29,9 triliun.
Namun, Yohannes Nangoi mengungkapkan bahwa Indonesia tak bisa begitu saja membangun pabrik chip semikonduktor. Pasalnya, produsen yang ada saat ini memiliki klasifikasi tinggi terjadap perangkat tersebut.
Ini bukan proyek yang bisa dibangun dalam semalam. Teknologi semikonduktor sangat tinggi, jadi hanya beberapa negara saja yang bisa memproduksi. Semoga suplainya bisa terus membaik, ucapnya.
Untuk alternatif, Nangoi juga menjelaskan bahwa setiap pabrikan memiliki referensinya sendiri. Meski sudah memiliki pabrik dan membangun mobil di Indonesia, penggunaan chip semikonduktor tetap diatur oleh prinsipal dari pabrikan tersebut.
Untuk dunia itu diatur oleh pusat. Jadi misalnya Mitsubishi dari pak Rizwan, itu bukan diatur dari Indonesia, semuanya mainan Jepang. Kalau pak Rizwan dapat semikonduktor di sini, belum tentu disetujui oleh prinsipal karena harus dilihat dulu dari kualitasnya dan segala macam, ungkapnya.
Tahun ini, Nangoi juga mengatakan ada ancaman krisis semikonduktor akibat beberapa perusahaan mengalami kendala produksi. Salah satunya pabrik di China yang mengalami kebakaran dan diprediksi bakal mengganggu produksi mobil di Indonesia.