Mendingan Qatar Kontroversial daripada Argentina Brutal

Mendingan Qatar Kontroversial daripada Argentina Brutal

Otomotif | BuddyKu | Sabtu, 3 Desember 2022 - 07:51
share

JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Mata dunia sekarang ini sedang tertuju pada Qatar. Negara Arab yang dikenal sebagai pengekspor gas alam terbesar di dunia itu menjadi tuan rumah dari piala dunia 2022.

Sebagai negara Muslim pertama yang menggelar menyambut FIFA, Qatar memberlakukan serangkaian peraturan seperti pelarangan terhadap LGBT dan juga konsumsi alkohol di stadion. Akan tetapi hal tersebut mendapat tentangan dari beberapa pihak, terutama yang berasal dari negara Barat.

Selain pelarangan di atas, ada juga isu-isu kontroversial mengenai pekerja-pekerja yang diklaim banyak gugur ketika membangun stadion dan juga catatan hitam mengenai riwayat hak asasi manusia negara teluk kecil tersebut. Terlepas dari kontroversi, penggelaran di Qatar masih lebih baik dibandingkan yang diselenggarakan oleh Argentina pada 1978.

Juan Grigera dan Luziana Zorzoli dalam buku mereka yang berjudul the Argentinian Dictatorship and its Legacy menjelaskan bahwa sebuah kudeta militer terjadi di negara itu dua tahun sebelumnya. Wajah dari kudeta tersebut adalah Jendral Jorge Rafael Videla.

Sang jendral menggulingkan kekuasaan pendahulunya, Presiden Isabel Peron karena ia gagal mengakhiri ketidakstabilan ekonomi dan sosial-politik yang telah lama berlarut-larut. Selain itu, masalah pun makin diperparah dengan aksi terrorisme yang dilakukan oleh gerilyawan Komunis yang berusaha menjadikan Argentina sebagai Kuba yang kedua.

Demi menghancurkan basis kekuatan pada teroris dan mengembalikan kestabilan Argentina, Videla menginisiasi sebuah kampanye teror yang disponsori oleh pemerintah. Periode ini dikenal sebagai perang kotor atau the Dirty War.

The Crimes of the last Dictatorship in Argentina and its Qualification as a Genocide; a Historicization karya Emilio Crenzel mengemukakan kebrutalan yang dilakukan oleh rezim militer Videla tersebut. Pihak militer, intelejen, dan milisi diketahui melakukan aksi pembunuhan, pemenjaraan, pemerkosaan, dan penculikan terhadap pihak-pihak yang mereka anggap sebagai oposisi.

Yang paling buruk dari tindakan ini adalah pemisahan bayi yang lahir dari korban pemerkosaan. Korban jiwa diperkirakan mencapai 30.000 orang dan juga mereka datang dari berbagai kalangan seperti aktivis, pendeta, gerilyawan komunis, dan pendukung rezim lama.

Semua aksi represif ini mengundang kontroversi baik dalam maupun luar negeri. Demi meredam isu, Videla menggunakan piala dunia 1978 yang diadakan di Argentina.

Pablo Llonto dalam bukunya yang berjudul the World Cup of the Shame; Argentina \'78 and the dictatorship menyatakan bahwa sedari awal pelaksanaan, ada perbedatan di komunitas internasional apakah piala dunia ini mesti diboikot atau tidak. Pihak yang paling lantang terhadap isu ini adalah Belanda.

Ketika pelaksanaan piala dunia dimulai, pemain Argentina mendapatkan kesempatan pertama untuk kick off . Selain itu, ketika melawan Hungaria pada babak pertama, tim Argentina diduga menang karena match fixing.

Kemenangan berikutnya mereka dapatkan dari mengalahkan Prancis. Para pejabat FIFA diduga mendapat sogokan dari pemerintah Argentina agar tidak memberikan kesempatan tendangan penalti untuk Prancis.

Puncak dari kontroversi piala dunia tersebut datang ketika Argentina mesti menghadapi Peru. Ada dugaan bahwa Videla sendiri mendatangi tim Peru agar berbesar hati untuk membiarkan Argentina menang.

Setelah kemenangan melawan Peru, pemerintah Argentina diketahui mengirimkan gandum kepada Peru dalam jumlah banyak serta menangguhkan blokir terhadap aset ekonomi Peru yang ada di Argentina.

Penulis: Muhamad Wafi Fahriawan

Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Topik Menarik