Jangan Berhenti Di Event G20 Ayo Gencarkan Terus Pake Kendaraan Listrik

Jangan Berhenti Di Event G20 Ayo Gencarkan Terus Pake Kendaraan Listrik

Otomotif | BuddyKu | Sabtu, 26 November 2022 - 07:34
share

Kampanye penggunaan mobil listrik mesti terus digaungkan agar target mengurangi emisi, tercapai. Jangan sampai euforia -nya berhenti seiring berakhirnya Presidensi G20.

Saran tersebut disampaikan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia) Pusat, Djoko Setijowarno. Menurutnya, kendaraan listrik merupakan transportasi masa depan.

Euforia penggunaan kendaraan listrik, jangan hanya heboh di KTT G20, lalu setelah selesai malah berhenti. Justru harus dilanjutkan. Apalagi, ada BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bisa men- support itu, ujar Djoko kepada Rakyat Merdeka , kemarin.

Dukungan yang dilakukan BUMN, kata Djoko, salah satunya terlihat pada kendaraan bus listrik buatan PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA, dengan operator Perum Damri yang bertugas mengantar para delegasi tamu negara, panitia dan pekerja untuk menuju tempat pertemuan dan penginapan di kawasan Nusa Dua, Bali.

Selain itu, PT INKA berkolaborasi dengan karoseri seperti Piala Mas dan Tentrem. Lalu, bekerja sama dengan perguruan tinggi seperti ITS (Institur Teknik Sepuluh November), Unair (Universitas Airlangga), UGM (Universitas Gajah Mada) dan ISI (Institut Seni Indonesia) Denpasar.

Kolaborasi dalam menciptakan bus listrik ini, tentu memacu penggunaan produk dalam negeri. Sekaligus membantu produktivitas bus buatan PT INKA, katanya.

Kerja sama antar pihak lainnya, lanjutnya, sangat dinantikan. Begitu juga, upaya yang dilakukan Pemerintah kini mulai menunjukkan kinerja positif, khususnya pada perkembangan ekosistem kendaraan listrik.

Meski diakuinya, penggunaan kendaraan listrik masih menghadapi sejumlah kendala. Misalnya, masih terbatasnya penyediaan infrastruktur Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), terutama untuk perjalanan jarak jauh.

Untuk sementara waktu kendaraan listrik hanya bisa untuk mobilitas perkotaan. Itu pun harus sudah siap dulu penyediaan SPKLU di sejumlah tempat yang strategis, katanya.

Djoko berharap, program kendaraan listrik ini tidak bernasib seperti program penggunaan Bahan Bakar Gas (BBG). Program BBG gagal karena minimnya SPBG (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas).

Semoga hal yang sama jangan sampai terulang. Makanya, infrastruktur kendaraan listrik harus diperbanyak lagi di kota-kota lainnya. Dan segera benahi layanan transportasi umum, dengan menggunakan bus listrik produksi dalam negeri, imbaunya.

Apalagi transportasi menggunakan kendaraan listrik bisa mengatasi krisis energi dan mendukung udara bersih di masa mendatang.

Serta bisa menghemat konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Karenanya, Pemerintah bisa mendorong penggunaan kendaraan listrik di daerah-daerah yang kesulitan mendapatkan penyaluran BBM.

Sebab kalau impor BBM sudah di atas 50 persen, sudah pasti akan mengganggu keuangan negara, ingat Djoko.

Ia mengapresiasi Indonesia Investment Authority (INA), lembaga sovereign wealth fund Indonesia, yang fokus membangun rantai nilai dari hulu hingga hilir, bagi kendaraan listrik ( Electric Vehicle/EV ).

Hal ini terlihat dengan telah dilakukannya kesepakatan antara INA dengan Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL) dan CMB International Corporation Limited (CMBI) di momen konferensi B20 di Bali, pada Senin (14/11).

Di kesempatan itu, Menteri BUMN Erick Thohir menilai, perkembangan industri kendaraan bermotor listrik Indonesia, semakin baik.

Pasalnya, nota kesepahaman yang ditandatangani itu terkait Green Fund sekitar 2 miliar dolar Amerika Serikat (AS), atau sekitar Rp 29,6 triliun.

Green Fund ini akan menjadi platform khusus untuk menangkap peluang investasi dalam ekosistem EV yang sedang berkembang, katanya, melalui siaran pers, Rabu (16/11).

Menurutnya, platform ini difokuskan untuk membangun rantai nilai dari hulu hingga hilir bagi EV. Terutama di Indonesia sebagai bentuk dukungan keberlanjutan dan komitmen Indonesia dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Terlebih Indonesia memiliki posisi strategis untuk menjadi pemain utama dalam rantai pasok EV global, mengingat seperempat dari cadangan nikel dunia ada di Indonesia. Di mana nikel merupakan bahan utama dalam produksi baterai.

Indonesia perlu mendorong percepatan transisi ini. Salah satunya, dengan membangun pabrik baterai kendaraan listrik yang bahan baku utamanya nikel, kata dia.

Untuk menangkap peluang tersebut, pihaknya bersama empat BUMN sektor pertambangan dan energi, yakni Holding Industri Pertambangan (Mind ID), PT Antam Tbk, PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN telah mendirikan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC), di kuartal pertama tahun 2021.

Kekayaan nikel kita adalah modal untuk pengembangan supply chain EV battery dari hulu ke hilir, kata mantan bos Inter Milan itu.

Ia melihat, sejak Indonesia mengambil kebijakan hilirisasi industri minerba, salah satunya fokus pengembangan industri EV battery, banyak perusahaan internasional yang ingin menjajaki kerja sama dengan Indonesia.

Karena itu, keterlibatan dan kepercayaan INA, CATL dan CMBI dalam pengembangan EV battery, harus diapresiasi, imbuh Erick.

Ia menambahkan, guna memperkuat ekosistem yang dibangun, IBC dan Antam menjalin kolaborasi dengan pemain baterai global melalui penandatanganan Framework Agreement (FA) pada tanggal 14 April 2022, untuk inisiatif proyek EV battery terintegrasi.

Perkiraan total nilai investasi dari mitra global ini, mencapai 15 miliar dolar AS atau setara Rp 215 triliun, tutup Erick.

Topik Menarik