Ajari Saya Menulis Feature (Ficer)

Ajari Saya Menulis Feature (Ficer)

Otomotif | BuddyKu | Jum'at, 2 September 2022 - 17:49
share

KAKI BUKIT Ini adalah kisah tentang sebuah lomba karya tulis jurnalistik yang diikuti para jurnalis atau wartawan, pasca pengumuman pemenang muncul protes dari seorang peserta yang menyatakan karya salah seorang pemenang bukan karya tulis atau tulisan yang termasuk dalam kategori feature sesuai dengan ketentuan lomba.

Untuk meyakinkan protesnya maka jurnalis tersebut bertanya pada senior yang pernah menjadi petinggi di sebuah koran yang sudah tidak terbit. Ia ingin mendapat second opinion dari protesnya. Apakah karya jurnalistik pemenang tersebut termasuk kategori karya jurnalistik feature ?

Maka jawaban yang diperolehnya, karya tulis tersebut adalah opini cenderung feature atau sebaliknya feature cenderung opini. Jawaban ini mengingatkan pada seorang jurnalis yang mengatakan, tulisannya semi feature . Entah istilah atau genre jurnalisme apa lagi ini?

Ternyata jawaban yang diperolehnya masih mengambang dan ada keraguan dari seniornya karena tidak berani memutuskan masuk kategori opini atau feature tulisan tersebut. Sementara juri lomba karya tulis tersebut telah berkeyakinan memberikan penilaian dan menetapkan karya tulis tersebut sebagai salah satu pemenang. Untuk sebuah lomba karya tulis, mana yang hebat kualifikasinya antara dewan juri dengan wartawan senior mantan petinggi koran tersebut?

Dalam mekanisme penilaian, tentu juri sudah menerima karya tulis yang clear . Seperti cerita Benny Arnas penulis novel yang karyanya sudah naik menjadi film layar lebar bercerita dan kerap menjadi juri lomba karya tulis fiksi dan non fiksi. Kalau menjadi juri, aku sebisanya meminta panitia memberi kami para juri naskah-naskah yang sudah disisir, termasuk bersih plagiarisme. Jadi saat naskah sampai ke juri adalah naskah yang sudah beres.

Menurut penulis lebih dari 27 buku, 200 cerpen dan 200 esai, juri tidak lagi mengurusi hal-hal non konten, karena itu (masuk kategori feature atau bukan) itu urusan internal penyelenggara.

Jadi hal yang aneh dan janggal jika dewan juri hasil keputusannya masih dipermasalahkan oleh masalah yang bukan urusannya, karena juri konsentrasi pada penilaian isi naskah, bukan urusan apakah tulisan tersebut masuk kategori feature , opini atau esai.

Mengerti Feature

Jika demikian bagaimana sebuah karya jurnalistik termasuk kategori feature , bagaimana menulisnya, apa kriteria dan ciri-ciri bahwa tulisan tersebut feature ? Apa yang membedakan antara karya jurnalistik berupa berita, opini dan esai atau tajuk rencana, artikel, kolom dan resensi? Tolong ajari saya tentang semua itu.

Feature yang juga kerap ditulis ficer sebelum era media online sebagai produk jurnalistik banyak tersaji di halaman majalah, tabloid dan surat kabar. Juga ada ficer di radio dan televisi. Seiring dengan perkembangan teknologi digital kehadiran internet telah melahirkan platform media online atau media daring, maka di situ juga ada produk jurnalistik yang masuk dalam kategori ficer.

Feature atau ficer juga disebut karangan khas (karkhas). Sebelum sampai penjelaan tentang ficer ada baiknya mengenal dulu produk media massa atau produk jurnalistik. Di sebuah media media massa tersaji tiga kelompok besar produk jurnalistik, yaitu berita (news), opini (views) dan iklan (advertising).

Mengutip wartawan senior Farid Gaban, menurutnya secara kasar karya jurnalistik bisa dibagi menjadi tiga: Straight/spot News - berisi materi penting yang harus segera dilaporkan kepada publik (sering pula disebut breaking news ). News Feature - memanfaatkan materi penting pada spot news , umumnya dengan memberikan unsur human /manusiawi di balik peristiwa yang hangat terjadi atau dengan memberikan latar belakang (konteks dan perspektif) melalui interpretasi. Dan feature -bertujuan untuk menghibur melalui penggunaan materi yang menarik tapi tidak selalu penting.

Spot news cenderung hanya berumur sehari untuk kemudian dibuang, atau bahkan beberapa jam di televisi. Spot news cenderung menekankan sekadar unsur elementer dalam berita, namun melupakan background . Menurut Farid Gaban, kita memerlukan berita yang lebih dari itu untuk bisa bersaing. Kita memerlukan news feature - perkawinan antara spot news dan feature .


Apakah feature ? Sampai kini belum ada kesepakatan tunggal batasan pengertian atau definisi feature dari para ahli dan pakar jurnalistik. Sampai era milenial sejak jurnalistik dikenal di dunia tidak ada definisi tunggal tentang pengertian feature . Pengertian feature yang ada sekarang lebih banyak hasil pemikiran masa lalu. Mungkin saja sudah ada pengertian feature era milenial?

Ketika kita membaca buku literatur tentang jurnalistik, maka akan menemukan banyak definisi feature . Demikian pula hal nya saat mencari dengan berselancar di internet maka ada banyak definisi feature yang bisa kita pungut dari pakar dunia internasional sampai pakar dan jurnalis senior yang ada di Indonesia.

Tulisan ini mencoba merujuk dari para jurnalis atau wartawan senior Indonesia agar lebih afdal karena mereka adalah praktisi yang juga mengerti teori jurnalistik. Dalam definisi yang sederhana dan batasan klasik menurut Farid Gaban yang pernah menjadi wartawan majalah Tempo dan Harian Republika , feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan.

Wartawan senior yang lain, Yon Moeis yang juga pernah bergabung di Harian Koran Tempo menulis feature adalah salah satu karya jurnalistik, selain straight news . Feature harus hadir ketika berita-berita yang tersaji terasa membosankan dan diyakini ada yang kurang lengkap. Feature yang baik, benar, dan bisa dinikmati. Feature yang baik tidak ditulis dengan bertele-tele, tidak hanya membuat senang pembacanya, tapi bisa juga menahan rasa haru, kepedihan, dan memunculkan rasa empati.

Feature akan menjadi karya jurnalistik yang bisa dinikmati sekalipun dibaca tiga bulan kemudian, karena telah dipadati data dan fakta, bukan hasil lamunan, kata Yon Moeis saat menjadi pembicara pada Pertemuan Nasional Bidang Siaran dan Pemberitaan Radio Republik Indonesia (RRI), 25 Agustus 2022 di Bogor.

Wartawan senior Djafar H. Assegaf (almarhum) dalam bukunya Jurnalistik Massa Kini: Pengantar Ke Praktek Kewartawanan (1991) menuliskan pengertian feature merupakan tulisan (berita) kreatif yang terutama dirancang untuk memberikan informasi sambil menghibur tentang suatu kejadian, situasi atau aspek kehidupan. Feature tidak semata-mata menghibur saja yang diperhatikan melainkan karangan khas tersebut juga memberikan informasi atau pesan efektif kepada pembacanya.

Dalam bukunya Djafar H. Assegaf mengutip Wolseley dan Campebell penulis buku Exploring Jurnalism yang mengiaskan karangan khas dalam surat kabar sebagai asinan di dalam sajian makanan, yang bisa membuatnya tahan lama dan tidak bisa memberikan kalori utama, tetapi ia menimbulkan selera makan dan penyedap. Ia merupakan bagian yang cukup penting.

Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi pengertian bahwa feature adalah karangan yang melukiskankan suatu pernyataan dengan lebih terinci sehingga apa yang dilaporkan hidup dan tergambar dalam imajinasi pembaca.

Jika berselancar ke dunia maya dengan teknologi digital atau internet menemukan pengertian bahwa secara bahasa, feature diterjemahkan dengan karangan khas (KBBI), yaitu karangan tentang sesuatu yang tidak memberikan berita faktual tetapi ditulis dengan gaya menarik dan terperinci.

Feature dalam bahasa Inggris artinya menonjolkan atau mengutamakan. Kamus Google mengartikannya sebagai a newspaper or magazine article or a broadcast program devoted to the treatment of a particular topic, typically at length. (www.romeltea.com).

Sementara dari buku berjudul Jurnalistik Praktis untuk Pemula (2006) penulisnya Asep Syamsul Romli menulis bahwa feature adalah sebuah tulisan jurnalistik. Namun tidak harus mengikuti rumus klasik 5W + 1H dan bisa dibedakan dengan news, artikel (opini), kolom, analisis berita.

Di antara aneka pengertian feature tersebut, di lingkungan redaksi media massa feature biasanya dikelompokan dalam dua kelompok besar yaitu jenis feature berita (news feature) dan feature artikel.

Feature berita adalah produk jurnalistik di media massa yang lebih banyak mengandung unsur berita, berhubungan dengan peristiwa aktual yang menarik perhatian khalayak. Biasanya berasal dari pengembangan sebuah berita straight news.

Feature artikel sendiri lebih beraroma pada genre jurnalisme sastra yang dikembangkan dari sebuah berita yang tidak aktual lagi atau berkurang aktualitasnya. Misalnya, mengenai perjalanan haji seorang tokoh yang ditulis atau dikemas secara ringan dan menghibur namun tetap berdasarkan fakta bukan lamunan dan ditulis bertele-tele atau mendayu seperti pesan wartawan Yon Moeis, agar tulisan tersebut tidak berpanjang-panjang walau untuk sebuah tulisan feature tidak ada batas yang mengatur panjang tulisan.


Dalam perkembangannya, feature tersebut kemudian berkembang dengan dengan berbagai tipe. Ada Feature human interest, feature biografi, feature perjalanan, feature sejarah sampai feature petunjuk praktis yang berisi aneka tips, seperti feature kerajinan tangan merangkai bunga sampai memasak dan sebagainya. Juga ada feature bersifat ilmiah.

Harus diingat seorang jurnalis atau wartawan dalam menulis feature atau ficer atau karangan khas tentang perbedaan penting yang dapat dijadikan kelebihan dibanding dengan berita atau tulisan yang lain. Diantaranya, feature tidak memiliki ketergantungan dengan waktu. Ini berbeda sekali dengan berita lain yang sangat tergantung dengan waktu. Karangan khas relatif tidak akan pernah basi karena cara penyajiannya berbeda dengan berita straight news . Suatu berita bisa menjadi tidak menarik jika telah basi. Feature ditulis agar berita tidak menjadi basi dan dapat dinikmati kapan saja.

Seorang wartawan dalam menulis feature menurut Djafar H. Assegaf, harus mengerti bagaimana alur yang dibuat agar tulisannya mengalir tidak tersendat-sendat, gagap dan bahasanya enak dibaca. Sehingga memungkinkan pembacanya untuk dibawa kedalam suatu alunan yang tidak terasa dan informasi yang dikehendaki dapat dengan mudah masuk ke dalamnya.

Dari segi bahasa harus diingat bahwa ragam bahasa jurnalistik dalam feature lebih mengarah pada jurnalisme sastra. Jadi berbeda dengan menulis berita (news) yang ditulis dengan menggunakan bahasa jurnalistik yang sifatnya lurus, lugas, ringkas, tembak langsung (to the point), formal, sederhana, dan demokratis. Juga karya jurnalistik feature berbeda dengan karya fiksi, feature bukan cerpen atau cerita bersambung atau novelet.

Bagaimana mau menulis feature dengan ragam bahasa jurnalisme sastra jika wartawannya tidak pernah menulis atau membaca karya sastra seperti cerita pendek (cerpen) atau novel. Mengaku bisa menulis feature tapi tidak pernah membaca karya sastra itu adalah salah satu kebohongan terbesar dari seorang wartawan atau jurnalis.

Untuk gaya bahasa dalam menulis feature ada memiliki beragam jenis gaya bahasa. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia di bangku SMA dulu dipelajari aneka jenis gaya bahasa. Bisa jadi ada lebih dari 10 gaya bahasa bisa digunakan dalam menulis sebuah feature . Ada gaya bahasa perumpamaan, gaya bahasa metafora, gaya bahasa hiperbola, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa antitesis, gaya bahasa pleonasme, gaya bahasa litotes, gaya bahasa paradoks, gaya bahasa sinisme, gaya bahasa klimaks, gaya bahasa eufemisme dan lainnya.

Karya jurnalistik berupa feature juga memiliki beberapa ciri yang membedakannya dengan tulisan yang lain yang tersaji di media massa, yaitu kreatif, subyektif, informatif, mendidik, menghibur, awet, ditulis berdasarkan fakta, tidak tentu panjangnya, dan gaya penulis yang tidak kaku yang berbeda dengan berita lempang (straight news)

Kemudian dalam penulisan feature jika merujuk pada teori yang ada seperti dalam buku Teknik Penulisan Feature (Karangan Khas) (1999) karangan Andi Baso Mappatoto menjelaskan bahwa suatu tulisan feature memiliki gaya bangunan. Ada empat gaya bangunan di karangan feature , yaitu gaya bangunan piramida terbalik, piramida biasa, segi empat, dan pola piramida kronologis.

Dalam menulis berita feature memiliki struktur penyusun yang sama, mulai dari judul, pembuka, tubuh dan penutup. Jika menurut Asep Syamsul Romli, pola yang membentuk atau menulis berita feature terdiri dari judul (head), bridge (jembatan antara lead dan body ), tubuh tulisan (body) , dan penutup (ending ).

Semoga bisa dimengerti. (maspril aries)