Profil Tan Joe Hok: Legenda Bulu Tangkis, Pelopor Kejayaan Indonesia di Kancah Dunia

Profil Tan Joe Hok: Legenda Bulu Tangkis, Pelopor Kejayaan Indonesia di Kancah Dunia

Olahraga | sindonews | Senin, 2 Juni 2025 - 12:54
share

Indonesia kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya. Tan Joe Hok, legenda bulu tangkis yang menjadi pelopor kejayaan Merah Putih di pentas dunia, dikabarkan meninggal dunia,Senin (2/6/2025). Kabar duka ini pertama kali disampaikan oleh mantan atlet nasional Yuni Kartika melalui unggahan di media sosial.

“Telah meninggal dunia legenda bulutangkis kebanggaan Indonesia Om Tan Joe Hok. Semoga arwahnya diterima di sisi Tuhan YME... Selamat jalan Om Joe Hok, terima kasih untuk semua jasa-jasamu untuk membanggakan Bangsa Indonesia. Rest In Peace Om,” tulis Yuni.

Baca Juga: Tan Joe Hok Pahlawan Piala Thomas Indonesia Meninggal Dunia

Kepergian Tan Joe Hok bukan sekadar kehilangan bagi dunia olahraga, tapi juga bangsa Indonesia. Ia adalah simbol semangat juang dan pengabdian total pada olahraga, jauh sebelum Indonesia dikenal sebagai kekuatan utama bulu tangkis dunia.

Sang Pelopor: Pemain Pertama Indonesia Juara All England

Tan Joe Hok — atau Hendra Kartanegara — lahir pada 11 Agustus 1937. Ia mencatatkan sejarah sebagai pemain Indonesia pertama yang menjuarai All England pada tahun 1959, dengan mengalahkan rekan senegaranya, Ferry Sonneville. Gelar itu langsung melejitkan namanya dan mengangkat pamor Indonesia di kancah internasional.

Tak hanya itu, Tan juga mempersembahkan medali emas Asian Games 1962, serta menjadi bagian dari tim yang merebut Piala Thomas perdana untuk Indonesia pada tahun 1958, di Singapura, dengan kemenangan 6-3 atas Malaysia (Malaya).Tan Joe Hok merupakan bagian dari tim legendaris yang dijuluki “Tujuh Pendekar Bulu Tangkis Indonesia”, bersama Ferry Sonneville, Lie Poo Djian, Tan King Gwan, Njoo Kim Bie, Eddy Jusuf, dan Olich Solihin. Mereka tidak hanya menjuarai Piala Thomas 1958, tetapi juga mempertahankan gelar itu pada 1961 dan 1964 — tiga kali berturut-turut, sebuah dominasi awal yang luar biasa.

Kemampuannya menumbangkan pemain-pemain top dunia membuat Tan dijuluki “The Giant Killer”. Kecepatannya, staminanya, dan permainan taktisnya menjadi momok bagi lawan-lawannya di era itu.

Semangat dan bakat bulu tangkis Tan diturunkan dari sang ibu. Saat masih berusia 12 tahun, ia ditemukan oleh pelatih Lie Ju Kong, yang mengajaknya berlatih serius. Tan muda menjalani hari-hari keras, bangun pukul 5 pagi untuk lari pagi sebelum latihan, meski berasal dari keluarga sederhana.

Bahkan, karena keterbatasan ekonomi, Tan pernah mengayuh becak sendiri demi mengantar teman-temannya ke tempat latihan agar bisa berhemat. Kisah ini menjadi simbol dari perjuangan luar biasa yang melahirkan legenda sejati.

Kembali Mengabdi Sebagai Pelatih: Juara Lagi di 1984

Setelah pensiun sebagai pemain, Tan tetap mengabdi pada dunia bulu tangkis. Ia sempat menjadi pelatih di Meksiko dan Hongkong, sebelum akhirnya kembali ke Indonesia dan bergabung dengan PB Djarum tahun 1982.

Tahun 1984 menjadi momen besar lain dalam hidupnya. Tan dipercaya melatih Tim Nasional Indonesia untuk Piala Thomas. Di bawah kedisiplinannya yang terkenal keras, Indonesia sukses merebut kembali gelar juara setelah mengalahkan China di Kuala Lumpur.“Kalau lihat Tan itu dia satu, semangat mengabdi untuk Indonesia itu tinggi sekali, kedua disiplin, ketiga, dia memang teguh dalam pendiriannya. Saat memilih pemain untuk tim Thomas, dia pilih yang terbaik saja,” kenang legenda Indonesia lainnya, Hariyanto Arbi.

Tan Joe Hok tidak hanya membawa pulang trofi dan medali. Ia membawa mental juara, etos kerja keras, dan cinta tak terbatas pada bangsa dan olahraga. Ia menolak penghargaan uang dari Presiden Soekarno karena merasa rakyat Indonesia lebih membutuhkan bantuan itu. Sebuah cerminan integritas sejati.

Kini, Tan Joe Hok telah berpulang. Namun semangatnya akan terus hidup dalam setiap langkah para atlet muda Indonesia yang mengayunkan raket dengan mimpi dan kebanggaan serupa.

Topik Menarik