Biodata dan Agama Prince Naseem Hamed: Petinju Flamboyan yang Terkenal dengan Aksi Teatrikal sebelum Naik Ring
Bagi para penggemar tinju era 90-an dan awal 2000-an, nama Naseem Hamed, atau yang akrab disapa Sang Pangeran (The Prince), bukanlah sosok asing. Lahir di Sheffield pada 12 Februari 1974, Hamed bukan hanya seorang petinju kelas bulu yang berbakat, tetapi juga seorang entertainer sejati yang mampu membius penonton dengan gaya bertarung unik, kepribadian flamboyan, dan aksi teatrikal sebelum naik ring.
Lahir dari pasangan imigran Yaman yang menetap di Sheffield, Hamed tumbuh besar di tengah komunitas Yaman yang kuat. Atas dorongan sang ayah, bakat tinju Hamed diasah sejak usia tujuh tahun di bawah bimbingan pelatih legendaris Irlandia, Brendan Ingle. Ingle melihat potensi luar biasa dalam diri Hamed muda, bahkan setelah menyaksikan keberaniannya membela diri dari perundungan rasis.
Dengan postur relatif mungil untuk ukuran petinju (sekitar 163cm), Hamed memulai karier profesionalnya di kelas terbang pada 1992. Kecepatannya meroket, dan hanya dua tahun berselang, di usia 20 tahun, ia merebut gelar juara kelas bantam Eropa.
Di tahun yang sama, di hadapan publik Sheffield, Hamed menggondol gelar kelas bantam super internasional WBC, mengukuhkan kehadirannya di kancah tinju. Hamed dengan cepat menjadi idola penggemar berkat gaya bertarung kidalnya yang agresif dan tak terduga.
Namun, bukan hanya itu yang membuatnya istimewa. Penampilannya sebelum bertanding selalu menjadi tontonan tersendiri. Ia dikenal dengan celana pendek bermotif macan tutul yang mencolok, tarian enerjik, dan bahkan salto ke dalam ring, menciptakan atmosfer karnaval setiap kali ia bertanding.
Lebih dari sekadar hiburan, Hamed juga menjadi pionir dengan bangga menunjukkan identitas Arab dan keyakinan Muslimnya di panggung olahraga yang mendunia. Hal ini membuatnya dicintai oleh banyak penggemar, terutama dari kalangan pekerja di Inggris.
Pada 1995, Hamed naik ke kelas bulu dan langsung menggebrak dengan merebut gelar juara dunia WBO dari Steve Robinson di Cardiff. Gelar IBF menyusul pada tahun 1997 setelah mengalahkan Tom "Boom Boom" Johnson. Debutnya di Amerika Serikat pada Desember 1997 di Madison Square Garden melawan mantan juara WBC Kevin Kelley menjadi momen penting yang melambungkan popularitasnya di Negeri Paman Sam.
Pertarungan liar yang berakhir dengan kemenangan KO di ronde keempat itu disiarkan secara luas oleh HBO. Hamed terus mendominasi kelas bulu, mempertahankan gelar WBO-nya melawan petinju-petinju tangguh. Pada 1998, ia secara mengejutkan berpisah dengan pelatih lamanya, Brendan Ingle. Setahun kemudian, pada Oktober 1999, ia menambah koleksi gelarnya dengan merebut sabuk juara WBC.
Kekalahan Pertama dan Akhir Karier yang Kontroversial
Dengan rekor tak terkalahkan 35-0, Hamed mencapai puncak kariernya saat menghadapi Marco Antonio Barrera pada April 2001 di Las Vegas. Namun, Barrera memberikan kekalahan pertama dan satu-satunya dalam karier gemilang Hamed melalui keputusan mutlak. Disiplin latihan Hamed dikabarkan menurun seiring popularitasnya yang meroket, dan Barrera mampu mendaratkan pukulan dan kombinasi yang lebih efektif.Pertarungan terakhir Hamed terjadi di Inggris pada Mei 2002, di mana ia merebut kembali gelar kelas bulu IBO. Meski terlihat kurang prima, ia berhasil meraih kemenangan angka. Di usia muda 28 tahun, Hamed memilih untuk gantung sarung tinju, meskipun tanpa pengumuman resmi.
Keuntungan Besar Timnas Indonesia U-22 usai Singapura ke Grup A, Sinyal Garuda Muda Sabet Emas Lagi
Cedera tangan kronis disebut menjadi alasan di balik keputusannya. Ia mengakhiri karier dengan rekor impresif 36 kemenangan dan hanya 1 kekalahan, dengan 31 kemenangan diraih melalui KO. Pada tahun 2015, namanya diabadikan di International Boxing Hall of Fame.
Layar Lebar dan Kehidupan Pribadi yang Penuh Warna
Kisah hidup dan karier Hamed, serta hubungannya dengan Brendan Ingle, akan diangkat ke layar lebar dalam film berjudul "Giant" yang dijadwalkan rilis pada tahun ini, dibintangi oleh Amir El-Masry dan Pierce Brosnan.Di kehidupan pribadinya, Hamed menikah dengan Eleasha Elphinstone pada 1998 dan dikaruniai dua putra, Aadam dan Sami, yang keduanya mengikuti jejak sang ayah sebagai petinju profesional. Dia merupakan seorang muslim dan sering melafalkan takbir dengan lantang sebelum pertandingan-pertandingannya. Ia dikenal sebagai seorang Muslim yang taat dan mampu menarik perhatian banyak penggemar kelas pekerja di Inggris.
Sayangnya, karier gemilang Hamed juga diwarnai kontroversi di luar ring. Pada 2005, ia terlibat dalam kecelakaan mobil akibat ngebut, yang mengakibatkan pengemudi lain mengalami luka serius. Atas perbuatannya, Hamed dihukum empat bulan penjara. Insiden ini juga berujung pada pencabutan gelar Member of the Order of the British Empire (MBE) yang diterimanya pada tahun 1998.
Meskipun kariernya diwarnai kontroversi di luar ring, warisan Prince Naseem Hamed sebagai salah satu petinju paling menghibur dan berbakat di generasinya tetap tak terbantahkan. Gaya bertarungnya yang unik, kepribadian yang flamboyan, dan keberhasilannya meraih gelar juara dunia telah mengukir namanya dalam sejarah tinju.










