Regulasi Kuota Pemain Asing di Liga 1, APPI: 36 Pemain Lokal Akan Kehilangan Pekerjaan
JAKARTA -CEO Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI), Hardika Aji menyebut akan ada harga yang harus dibayar atas diberlakukannya regulasi pemain asing baru 5+1 di Liga 1 2023-2024. Menurut perhitungan APPI, akan ada 36 pemain lokal yang kehilangan pekerjaan.
Tambahan kuota pemain asing mengacu pada regulasi terbaru AFC. Dengan adanya tambahan kuota pemain asing, diharapkan tim Liga 1 yang berkompetisi di level Asia tidak kalah bersaing.
Namun Aji menilai ada harga yang harus dibayar akibat diberlakukannya aturan tersebut. Dia pun membeberkan aspek minus apabila regulasi tersebut diterapkan.
Di kondisi sekarang, dengan tambahan kuota enam pemain asing, tetap ada harga yang harus dibayar,kata Aji pada Diskusi Liga Indonesia: Untung Rugi Format Baru Kompetisi yang dihadiri Sportstars.id di SPARK, Senayan, Jakarta, Rabu (31/5/2023).
Meskipun pada akhirnya di komunikasi di level Exco PSSI, mengapa enam pemain asing? Kenapa bisa dimainkan semua? Bagaimana kualitas pemain asingnya? Beberapa ada jawaban yang cukup dapat diterima, tapi ada juga tadi, harga yang harus dibayar, tuturnya kemudian.
Menurut Aji, akan ada 36 pemain di Liga 1 yang akan kehilangan tempat di tim akibat kalah bersaing dengan pemain-pemain asing. Alhasil bisa jadi 36 pemain tersebut kehilangan pekerjaan.
Kalau jadi memang di Liga 2 ada pemain asing dua (pemain) misalnya, berartikan ada 84 pemain yang kehilangan pekerjaan, ini logika matematika aja, berarti kalau di Liga 1 aja, ada 36 pemain yang kehilangan pekerjaan, tutur Aji.
Saya sih optimis pemain di Liga 1 masih bisa tetap berjalan, turun naik lah mungkin, tapi di Liga 2 akan turun lagi, yang Liga 3 akan hilang, jadi secara kesejahteraanemployeedi negara ini ada 36 warga negara kita (Liga 1) yang gak punya pekerjaan, jelasnya lagi.
Selain itu, akan terdapat pula kesenjangan nilai kontrak pemain lokal dan pemain asing. Nilai kontrak pemain-pemain asing berlabel bintang akan semakin melejit, sementara nilai kontrak pemain lokal yang kehilangan menit bermain akan semakin anjlok.

Untuk masalah value, masalah nilai kontrak ini menjadi senjang, yang top semakin top, yang tinggi makin tinggi, yang rendah makin turun, ini faktanya di lapangan, makanya konsolidasinya cukup rumit di sektor ini, tutur Aji menjelaskan.
Hal itu sih yang menjadi concern, untuk enam pemain asing (Liga 1), meskipun dapat diterima lah, seperti ingin atmsofernya lebh besar, berkompetisi lebih baik di level Asia, itu memang betul tapi secara kesejahteraan dan kesenjangan ada harga yang harus dibayar di sini, terangnya.
Aji pun berharap ada solusi lain untuk mengatasi para pemain yang kehilangan pekerjaan. Misalnya dengan mengadakan beasiswa kursus kepelatihan untuk para pemain lokal berusia senja yang sudah jarang mendapat menit bermain.
Dan yang menjadi meresahkan tidak adanya solusi atas adanya misal pemain yang kehilangan pekerjaan ini, misalnya ngomong-ngomong aja apakah ada 100 beasiswa program lisensi (kepelatihan) B, C, D untuk pemain (usia) 35 (tahun) ke atas, jelas Aji.
Meskipun wadahnya belum ada, seenggaknya dikasih modal lah ketika misalnya mereka udah gak bisa berkompetisi, misalnya seperti itu, tutupnya.