Kiai Sepuh dan Petinggi PBNU Gelar Pertemuan di Ponpes Tebuireng, Rais Aam Absen

Kiai Sepuh dan Petinggi PBNU Gelar Pertemuan di Ponpes Tebuireng, Rais Aam Absen

Nasional | okezone | Jum'at, 5 Desember 2025 - 22:14
share

JAKARTA — Pondok Pesantren Tebuireng, mengundang unsur Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk bersilaturahmi di Ndalem Kasepuhan Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur pada Sabtu, 6 Desember 2025.

Undangan diteken oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng, Kiai Abdul Hakim Mahfudz, dan Kiai Umar Wahid yang bertindak sebagai sohibul hajat. 

Nama-nama di tengah pusaran konflik semuanya diundang. Kiai Miftachul Akhyar, Gus Yahya, dan Gus Ipul juga diundang. Undangan ini dibagi dua. Undangan pertama tertulis ‘Silaturrahim Mustasyar dengan Rais Aam PBNU’.

Namun, Rais Aam PBNU Kiai Miftachul Akhyar dikabarkan memilih tidak hadir dalam forum Silaturahim Mustasyar dengan Rais Aam.

"Saya meminta pertemuan tersebut dilaksanakan di Pesantren Tebuireng. Salah satu yang harus kita ingat adalah para pendiri NU: Kiai Hasyim, Kiai Bisri, dan beberapa kiai lain itu mendirikan NU dengan satu tujuan yang mulia, dengan tujuan kepentingan umat," ujar Pengagas Acara, Kiai Umar Wahid, dikutip, Jumat (5/12/2025).

Kiai Umar mengharapkan pertemuan tersebut akan membawa kesejukan; tidak hanya untuk Nahdliyin, tetapi juga seluruh rakyat Indonesia.

"Mungkin sebagian besar rakyat Indonesia berharap bahwa NU ini bisa tetap menjadi jangkar. Kita berharap NU bisa jadi jangkar, orang mau agamanya apa, suku bangsanya apa, semuanya ingin NU tetap menjadi jangkar karena sejarah membuktikan bahwa NU sudah bisa menjadi jangkar,”ujarnya.

‘’Masa gara-gara urusan begini, urusan sepele dibanding dengan kebesaran NU, kita jadi ribut," tambah Kiai Umar.

Forum yang digagas Ponpes Tebuireng melibatkan Mustasyar PBNU, kiai-kiai sepuh, dan jajaran Syuriyah.

 

Dalam dokumen undangan, nama Rais Aam dan Ketua Umum PBNU tercantum secara eksplisit sebagai pihak yang akan menyampaikan pemaparan strategis di hadapan para Mustasyar, sebelum diakhiri rumusan kesepakatan dan konferensi pers.

Sementara itu, Konsolidasi Jaringan Kader Muda Nahdlatul Ulama (NU) se-Indonesia menyerukan, agar kepemimpinan PBNU kembali tunduk pada mekanisme AD/ART serta menghormati ikhtiar islah para kiai sepuh.

Dalam pertemuan di Jakarta, kader muda NU menilai keputusan sepihak di PBNU sudah menjauh dari tradisi musyawarah dan tabayyun.

Juru Bicara Jaringan Kader Muda NU, Purwaji, menegaskan bahwa rencana pihak tertentu untuk menggelar rapat pleno guna menunjuk Penjabat (PJ) Ketua Umum justru bertentangan dengan kehendak para kiai sepuh yang sedang mengupayakan islah.

“Jika benar ada rencana pleno penunjukan PJ, itu adalah bentuk kesewenang-wenangan. Para kiai menghendaki islah, bukan pemaksaan pleno. Sangat menyedihkan jika suara para kiai dianggap bisa diabaikan begitu saja,” tegasnya.

Topik Menarik