Once Mekel Sebut Musik Sebagai Pemersatu Bangsa

Once Mekel Sebut Musik Sebagai Pemersatu Bangsa

Seleb | okezone | Selasa, 11 November 2025 - 15:32
share

MEDAN - Universitas Sumatera Utara (USU) bersama dengan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) menggelar Festival Kebangsaan Gema Kampus di Medan pada 7–8 November 2025. 

Festival ini merupakan platform nasional yang mempertemukan akademisi, peneliti, musisi, seniman, mahasiswa dan generasi muda dalam ekosistem kreatif yang menggabungkan ide, inovasi, karya artistik, riset akademik, dan narasi kebangsaan. 

Kegiatan ini berlangsung di dua kampus, yaitu USU dan Universitas Prima Indonesia (UNPRI). Kegiatan ini terselenggara melalui kolaborasi USU dan MRPTNI bersama Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) dan UNPRI. 

Inisiatif kolaboratif ini bukan sekadar sebuah acara, melainkan pernyataan bahwa patriotisme tidak cukup diperlakukan sebagai slogan atau retorika, tetapi sesuatu yang harus diproduksi, diciptakan, diolah, dan diekspresikan melalui kerja intelektual, energi kreatif, dan praksis budaya generasi kampus. 
Hari pertama dimulai dengan Coaching Clinic Music Scoring di UNPRI pada 7 November 2025, yang menghadirkan sesi teknis produksi musik digital untuk para mahasiswa dan talenta kreatif muda. 

Pada 8 November 2025, festival memasuki format multi–lini di USU yang berlangsung selama satu hari penuh. Sejak pagi, Lapangan Mini Stadion USU menjadi ruang hidup untuk Pameran Inovasi dan Pop Art Market yang mempertemukan produk kreatif, eksperimentasi visual, dan wirausaha mahasiswa. 

Pada waktu yang sama, Auditorium USU menjadi panggung bagi Dialog Kebangsaan “Ekspresi Kita”, yang mengusung tema “Musik Menjangkau Jiwa” dengan narasumber Alffy Rev, Shanna Shannon, Bimbim Slank, Novia Bachmid, dan Rektor USU, Prof. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. 

Sesi “Ekspresi Kita” ini dipandu Dr. Ngatawi Al Zastrouw dan diakhiri dengan kolaborasi Once Mekel bersama enam mahasiswa yang menyanyikan lagu “Menaklukkan Dunia” sebagai simbol bahwa musik dapat menembus batas identitas institusi dan menjadi penyatu lintas generasi. 

Festival Kebangsaan “GEMA KAMPUS” mencapai puncaknya pada malam hari melalui Konser Musik Kebangsaan bertema “Musik Perajut Jiwa” di Lapangan Mini Stadion USU. 

Sesi konser menampilkan rangkaian kolaborasi artistik—dari talenta regional D’Lanun, Alffy Rev bersama Once Mekel, Shanna Shannon dan Novia Bachmid, Ki Ageng Ganjur (KAG) dengan Once Mekel, Shanna, Dwiki Dharmawan dan Slank hingga sesi konser penuh Slank. 

Konser ditutup dengan narasi kebangsaan yang disampaikan oleh Dr. Ngatawi Al Zastrouw sebelum penutupan oleh MC. Ketua MRPTNI, Prof. Dr. Ir. Eduart Wolok, ST, MT menegaskan bahwa generasi kampus bukan sekadar konsumen identitas, tetapi subjek produksi nilai-nilai kebangsaan. 

“Generasi kampus adalah generasi yang tidak hanya membaca masa lalu, tetapi memaknai Indonesia sebagai ruang yang sedang dibentuk dan ditulis setiap hari. Musik, inovasi, dan riset adalah bahasa yang mereka pakai untuk menafsir bangsa. MRPTNI ingin memastikan energi itu terkawal dan bertumbuh,” ujar Prof. Eduart. 

Rektor USU, Prof. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si mengatakan bahwa kampus adalah ruang hidup kebangsaan, tempat karakter kebangsaan tidak dihafal, tetapi dipraktikkan melalui kerja akademik, riset, dan kreativitas. 

“USU memandang kebangsaan bukan slogan, tetapi practice of nationhood—dilakukan melalui karya, kreativitas, inovasi, dan keberanian meng-explore. Festival ini bukti bahwa kampus bukan menunggu trend, tetapi menciptakan landscape,” kata Prof. Muryanto. 

Once Mekel menyebut bahwa musik adalah memori kolektif yang membentuk rasa kita sebagai bangsa. 
“Musik adalah identitas emosional Indonesia, ia membentuk rasa kita sebagai bangsa,” kata Once. 

Kaka Slank menambahkan bahwa kekuatan Indonesia tidak berasal dari keseragaman, tetapi dari solidaritas bersama.

“Indonesia kuat bukan karena kita sama, tapi karena kita saling jaga,” katanya.
 
Sedangkan Alffy Rev menekankan bahwa sound design bisa menjadi medium ideologi dan frekuensi nada dapat menjadi strategi kultural untuk membangkitkan kebanggaan nasional generasi digital. 

“Sound design juga adalah statecraft. Audio bisa mengubah sense of pride anak bangsa,” kata Alffy. 
 

Topik Menarik