Sering Sakit tapi Tak Ada Masalah Medis? Waspada Gejala Psikosomatis!
JAKARTA - Pernahkah kamu merasa jantung berdebar-debar, perut terasa tidak nyaman, kepala berat, bahkan tangan bergetar tanpa sebab yang jelas, saat diperiksa secara medis, dokter mengatakan kamu sehat-sehat saja? Jika iya, bisa jadi kamu sedang mengalami gejala psikosomatis.
Kondisi ini semakin sering terjadi, terutama di tengah gaya hidup modern yang penuh tekanan, paparan informasi negatif, serta kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental.
Dalam sebuah unggahan di akun Instagram miliknya, @dr.yuliana.cht, seorang dokter sekaligus hypnotherapist, dr. Yuliana, mengupas secara lugas bagaimana psikosomatis bekerja dan mengapa penting untuk tidak mengabaikannya. Berikut ulasannya, dikutip Minggu (22/6/2025).
Apa Itu Psikosomatis?
Psikosomatis adalah istilah medis untuk menggambarkan kondisi ketika gangguan emosi atau mental seperti stres, cemas, dan ketakutan, mulai memengaruhi tubuh secara fisik. Gejalanya bisa sangat nyata dan mengganggu, tetapi akar masalahnya bukan berasal dari kerusakan organ, melainkan dari pikiran yang tidak tenang.
"Seperti kamera yang salah fokus, gejalanya muncul di fisik, tapi sumbernya ada di dalam pikiran," jelas dr. Yuliana dalam postingannya.
Beberapa gejala umum psikosomatis antara lain:
- Jantung berdebar-debar
- Perut begah atau tidak nyaman
- Mulut terasa pahit
- Kepala terasa berat
- Tangan bergetar
- Tubuh terasa lemas tanpa sebab medis yang jelas
Semua gejala ini bisa membuat seseorang merasa benar-benar sakit, bahkan panik. Ketika dilakukan pemeriksaan lengkap dari laboratorium, rekam jantung, CT scan, hingga endoskopi, hasilnya bisa saja normal. Hal ini yang sering membuat penderitanya bingung dan merasa tidak dipahami.
Salah satu kesalahan umum yang dilakukan oleh penderita psikosomatis, menurut dr. Yuliana, adalah terlalu fokus pada gejala fisik, tanpa menyadari bahwa sumber utamanya ada di pikiran mereka sendiri.
"Semakin dipikirkan, gejala akan terasa semakin nyata. Bahkan bisa berpindah-pindah," ungkapnya.
Fenomena ini terjadi karena tubuh merespons ketegangan mental dengan menyalurkan sinyal lewat fisik. Sayangnya, alih-alih menenangkan pikiran, penderita seringkali justru mencari informasi-informasi negatif yang semakin memperkuat rasa takut mereka terhadap penyakit serius.
Lebih parah lagi jika informasi tersebut berasal dari sumber yang tidak kredibel, seperti media sosial, forum tanpa pengawasan medis, atau pengalaman pribadi orang lain yang belum tentu relevan. Akibatnya, pikiran semakin dipenuhi ketakutan, dan gejala psikosomatis pun makin menjadi.
Bagaimana Cara Mengatasinya?
Dr. Yuliana menekankan bahwa kunci utama untuk mengatasi psikosomatis bukan dengan terus mengejar jawaban medis, tapi dengan menenangkan pikiran terlebih dahulu. Berikut beberapa langkah praktis yang dia sarankan:
1. Batasi Konsumsi Informasi Negatif
Hentikan kebiasaan mencari-cari penyakit di internet atau membaca cerita menakutkan dari orang lain. Informasi negatif mudah meresap ke dalam pikiran dan memperburuk kecemasan. Pastikan hanya mendapatkan informasi dari sumber medis terpercaya.
2. Alihkan Fokus dari Gejala Fisik
Fokus yang berlebihan pada satu gejala justru membuatnya terasa lebih parah. Mulailah mengalihkan perhatian dengan melakukan hal-hal yang membuatmu senang, seperti:
Selain dua cara di atas, kamu juga bisa mengatasinya dengan cara-cara sederhana seperti sekedar mengobrol dengan teman, masak bersama keluarga, mencoba hobi baru, menonton film atau mendengarkan musik, hingga jalan-jalan di luar ruangan.
Selain itu, melakukan aktivitas fisik seperti olahraga juga terbukti dapat menurunkan kadar stres dan membantu mengatur sistem saraf. Olahraga seperti jalan kaki, yoga, atau berenang dapat membantu tubuh lebih sehat sekaligus menjernihkan pikiran.
Pernyataan dr. Yuliana menjadi pengingat penting bahwa kesehatan mental dan fisik tidak bisa dipisahkan. Terlalu sering, kita mengabaikan kondisi mental hingga akhirnya tubuh ikut “protes”.
Padahal, dengan menjaga pikiran tetap sehat dan tenang, tubuh pun akan lebih mampu menjaga keseimbangan.
Sebagaimana disampaikan dr. Yuliana, “Kalau ingin meredakan psikosomatis kalian, yang perlu ditenangkan adalah pikirannya dahulu.”