Tragedi Berdarah Singasari, 600 Pasukan Dibantai Kediri Gegara Salah Strategi Perang

Tragedi Berdarah Singasari, 600 Pasukan Dibantai Kediri Gegara Salah Strategi Perang

Nasional | okezone | Senin, 16 Juni 2025 - 10:17
share

RAJA Singasari Kertanegara salah strategi dalam memperkirakan pertahanannya. Kerajaan Kediri yang dipimpin besannya bernama Jayakatwang membelot. Serangan besar-besaran dilakukan dari dua arah ibu kota Kerajaan Singasari, yang membuat pasukan Singasari kewalahan.

Situasi kala itu sangat mencekam dan Istana Singasari menjadi neraka bagi setiap orangnya. Seluruh pejabat kerajaan, termasuk Kertanagara, istrinya, dan pejabat tinggi lainnya tewas. Gayatri anak dari Kertanagara kala itu berhasil selamat dengan menyamar atas nasihat pembantunya.

Pasukan Singasari benar-benar tak kuat menghadapi banyaknya pasukan Kediri dari uțara dan selatan. Sedangkan pasukan yang dikirim ke luar negeri yakni ke Sumatera, ternyata tak bisa kembali ke Jawa dengan cepat karena arah angin yang bertiup berlawanan arah selama berminggu-minggu. 

Pasukan Pengawal Raja yang bertahan di Singhasari Selatan tercerai-berai sejak komandan mereka Pangeran Ardaraja, membelot ke pasukan ayahnya yang menyerbu dari selatan. Ya naluri Ardaraja sebagai seorang anak akhirnya turut membantu Jayakatwang ayahnya menghabisi juragannya, sebagaimana dikisahkan dari buku 'Gayatri Rajapatni : Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit', dari Earl Drake.

Pasukan Singasari hanya tersisa sekitar 600 orang di bawah komando Pangeran Wijaya berhadapan ribuan pasukan Jayakatwang. Mereka bertempur dalam kondisi tak seimbang di utara ibu kota kerajaan. Pasukan Singasari bertempur dengan sengit demi mempertahankan ibu kota.

 

Tetapi, pasukan musuh yang jumlahnya lebih besar mengepung Desa Kambang Sri, dan memaksanya mundur ke seberang Sungai Brantas yang deras. Di sanalah ia mendapati dirinya dalam situasi bahaya, dengan jumlah pendukung yang tak seberapa. Sebagian besar pasukannya tenggelam, sebagian lagi tertangkap, dan sisanya yang berhasil menyeberangi sungai tercerai-berai. 

Akhirnya, ia berhasil mencapai Desa Kudadu dalam kondisi letih, lapar, dan sedih. Kepala desa menyambutnya dengan tulus, serta menyuguhkan makanan dan minuman. la pun memberikan tempat berlindung, menyembunyikan sang pangeran dari musuh yang tengah mencari-cari dirinya.

Karena tak melihat adanya harapan untuk menang kali ini, Wijaya memutuskan kabur ke pulau terdekat, yaitu Madura. la berharap agar Bupati Madura, Arya Wiraraja, yang sulit ditebak jalan pikirannya itu, tetap setia kepada Kerajaan Singhasari, walaupun sang raja telah gugur.

Tanpa sepengetahuan Wijaya, ternyata sang bupati adalah seorang yang licik dan suka berkomplot kesana kemari. Namun, untuk saat ini, ia siap membantu Wijaya sampai ia mengetahui ke arah mana angin berhembus. Keputusan penting dibuat Pangeran Wijaya dan pasukannya kabur melarikan diri ke Madura, dengan tenaga tersisa.
 

Topik Menarik