Sekjen PBB Sampaikan Keprihatinan Islamofobia Melonjak terhadap Umat Muslim Dunia

Sekjen PBB Sampaikan Keprihatinan Islamofobia Melonjak terhadap Umat Muslim Dunia

Terkini | okezone | Sabtu, 15 Maret 2025 - 23:45
share

JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB António Guterres memperingatkan tentang diskriminasi rasial dan kebijakan diskriminatif yang melanggar hak asasi manusia dan martabat, hingga kekerasan langsung terhadap individu dan tempat ibadah. Pesan itu disampaikan menandai Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia.
 
“Ini adalah bagian dari momok intoleransi, ideologi ekstremis, dan serangan terhadap kelompok agama dan populasi rentan yang lebih luas,” katanya, seraya menambahkan bahwa ketika satu kelompok diserang, “hak dan kebebasan semua orang terancam," ujarnya dikutip dari laman PBB, Sabtu (15/3/2025).

Ia mendesak semua orang di seluruh dunia untuk menolak dan memberantas kefanatikan, dan untuk menentang xenofobia dan diskriminasi. Ia juga meminta pemerintah untuk membina kohesi sosial dan melindungi kebebasan beragama, dan platform daring untuk mengekang ujaran kebencian dan pelecehan.

“Pada Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia ini, mari kita bekerja sama untuk menegakkan kesetaraan, hak asasi manusia dan martabat, dan membangun masyarakat inklusif di mana setiap orang, terlepas dari keyakinan mereka, dapat hidup dalam damai dan harmoni,” imbuhnya.

Sementara itu pada Jumat, Negara Anggota PBB berkumpul di Majelis Umum untuk menyampaikan perhatian terhadap meningkatnya sentimen anti-Muslim yang mengkhawatirkan.

Badan dunia tersebut menetapkan Hari Internasional pada tahun 2022, dengan suara bulat mengadopsinya melalui sebuah resolusi yang juga menyerukan upaya internasional yang lebih kuat untuk mempromosikan budaya toleransi dan perdamaian di semua tingkatan, berdasarkan penghormatan terhadap hak asasi manusia dan keragaman agama dan kepercayaan.

Badan tersebut juga sangat menyesalkan semua tindakan kekerasan terhadap orang-orang atas dasar agama atau kepercayaan mereka dan serangan terhadap tempat-tempat ibadah.

 

Philémon Yang, Presiden Majelis Umum, menyoroti peran ideologi ekstremis dalam memicu kebencian. “Kita tidak dapat menerima penyalahgunaan Islam untuk tujuan jahat,” kata Tn. Yang, mengecam narasi kekerasan yang dikaitkan dengan agama tersebut.

“Islamofobia bukanlah masalah yang berdiri sendiri,” lanjutnya. “Sebaliknya, hal itu terkait dengan xenofobia, intoleransi, rasisme, seksisme, dan penyebaran ujaran kebencian yang merajalela,” tambahnya.

Ia juga menekankan bahwa memerangi Islamofobia memerlukan komitmen yang lebih luas terhadap toleransi, khususnya terkait penggambaran perempuan Muslim.

“Perempuan Muslim, khususnya, menghadapi permusuhan yang lebih besar, karena penggambaran yang sangat tidak adil terhadap mereka sebagai pihak yang tertindas oleh agama mereka,” katanya.

Ia menggarisbawahi perlunya kebijakan inklusif yang merayakan keberagaman dan memastikan hak yang sama bagi semua orang.

Sebagai bagian dari seruan yang lebih luas untuk memerangi Islamofobia, Miguel Ángel Moratinos, Perwakilan Tinggi PBB untuk Aliansi Peradaban, menyuarakan pentingnya persatuan dan saling pengertian.

“Kita semua harus menentang segala bentuk kebencian dan diskriminasi,” katanya, seraya menekankan perlunya pemerintah menciptakan lingkungan yang mendorong dialog damai dan rasa hormat di antara semua komunitas agama dan budaya.

Topik Menarik