Ada Ritual Khusus buat Pengantin Wanita, Berikut 5 Tradisi Unik Suku Mbojo di Bima NTB

Ada Ritual Khusus buat Pengantin Wanita, Berikut 5 Tradisi Unik Suku Mbojo di Bima NTB

Terkini | okezone | Selasa, 19 Desember 2023 - 11:30
share

TERDAPAT lima tradisi unik Suku Mbojo di Bima , Nusa Tenggara Barat (NTB). Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang dikenal kaya akan tradisi dan budaya.

Salah satu kekayaan tersebut disumbangkan oleh Suku Mbojo di Bima, NTB . Suku Mbojo sendiri merupakan kelompok etnis yang mendiami Pulau Sumbawa bagian Timur. Sebagai informasi, istilah 'Mbojo' digunakan untuk menyebut kata 'Bima'.

Suku Mbojo sendiri memiliki tradisi unik yang tetap lestari di tengah modernisasi. Dilansir dari berbagai sumber, berikut lima tradisi unik suku Mbojo di Bima yang mungkin belum Anda ketahui.

1. Tenun Tembe Nggoli

Tenun merupakan salah satu teknik pembuatan kain yang sangat mendarah daging bagi masyarakat Suku Mbojo. Keahlian menenun diturunkan secara turun-menurun kepada anak-anak Suku Mbojo, terutama anak perempuan.

Dari keahlian tersebut, terciptalah kain tenun sarung tradisional bernama Tembe Nggoli. Kain tersebut memiliki ciri khas warna yang cerah dan motif yang beragam.

(Foto: Instagram/@_tembenggoli)

2. Rimpu

Kain tenun sarung Tembe Nggoli biasanya digunakan oleh masyarakat Suku Mbojo dalam tradisi Rimpu. Tradisi tersebut konon sudah ada sejak zaman Kesultanan Bima.

Dalam tradisi ini, para wanita Suku Mbojo menggunakan dua lembar sarung, di mana satu sarung digunakan untuk bagian atas tubuh dan hanya menyisakan area wajah yang terbuka, sedangkan kain yang lain digunakan untuk bagian tubuh bawah.

Sekilas pemakaian Tembe Nggoli dalam tradisi Rimpu mirip seperti penggunaan mukena.

(Foto: Instagram/@gallery_mbojo)

3. Ampa Fare

Ampa Fare berasal dari kata Ampa yang berarti mengangkat dan Fare yang berarti padi. Jadi Ampa Fare adalah tradisi mengangkat padi atau menyimpan hasil panen ke lumbung atau Uma Lengge.

Masyarakat Suku Mbojo biasanya melakukan tradisi ini secara gotong royong. Tradisi yang sudah dilakukan sejak abad ke-8 ini memiliki makna doa dan ungkapan rasa syukur atas panen yang melimpah.

Topik Menarik