Soal Ijazah Jokowi, Rismon: Klarifikasi Rektor UGM Minim Pembuktian Ilmiah!
JAKARTA - Rismon Hasiholan Sianipar menyebut klarifikasi Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Ova Emilia, mengenai keaslian ijazah Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersifat pribadi dan tidak merepresentasikan pandangan institusi secara menyeluruh. Ia menilai pernyataan tersebut minim pembuktian ilmiah.
“Pernyataan dari Rektor UGM itu mewakili UGM? Bagi saya tidak. Dia hanya rektor dan tidak pernah memfondasikan statement-nya berdasarkan temuan fakta dari tim ahli di UGM,” kata Rismon dalam program Rakyat Bersuara, Selasa (9/12/2025).
Dalam kesempatan itu, Rismon menyinggung fisik lembar pengesahan skripsi yang menurutnya terlihat terlalu modern untuk ukuran tahun 1985.
“Lembar pengesahan pembimbing skripsi atas nama Joko Widodo itu sangat modern dan dicetak dengan teknologi printing tahun 2000-an,” ujarnya.
Ia juga menyoroti klarifikasi pihak UGM yang menjelaskan bahwa mahasiswa pada masa itu mencetak skripsi di ‘Percetakan Prima’. Namun, ia mengklaim menemukan ketidaksesuaian data sejarah terkait keberadaan percetakan tersebut.
“Ternyata Prima pun belum ada tahun 1985. Padahal Prima baru berdiri 1986, dan saat itu baru berupa layanan penjilidan dan fotokopi,” tegasnya.
Berdasarkan sejumlah temuan tersebut, Rismon menilai Rektor UGM bertindak layaknya lone wolf atau mengambil langkah sendiri tanpa basis data yang kuat. Menurutnya, pernyataan itu disampaikan tanpa terlebih dahulu melibatkan tim ahli untuk melakukan verifikasi ilmiah.
“Statement dari Profesor Ova Emilia itu berdiri sendiri. Tidak ada basis yang mengatakan ‘setelah kami membentuk tim ahli forensik, kimia, administrasi, kearsipan, maka kami pastikan 100 persen ijazah asli’. Tidak ada, kan? Seolah-olah dia lone wolf, tidak mendasarkan pada temuan,” pungkasnya.









