Bencana Sumatera, Kebijakan Salah di Masa Lampau Jangan Sampai Terulang
JAKARTA - Bencana Sumatera harus dijadikan pelajaran dalam mengatasi persoalan lingkungan. Sebab, bencana yang terjadi tak terlepas dari permasalahan lingkungan akibat ulah manusia.
Menurut aktivis lingkungan sekaligus Inisiator Green Merah Putih, Fauzan Rachmansyah, pemerintah perlu belajar dari negara lain dalam mengatasi masalah lingkungan. Di mana, Negara juga harus hadir dalam mencari solusi.
"Jangan sampai salah kebijakan di masa lampau terulang kembali. Jangan sampai ada lagi bencana bencana akibat kelalaian dan ketidakpedulian," ujarnya, di Jakarta, dikutip Selasa (9/12/2025).
Misalnya, dalam mengatasi polusi, deforestasi, hingga pengelolaan sampah, Fauzan menilai Indonesia bisa belajar dari Tiongkok. Negeri Tirai Bambu itu dan negara Eropa lainnya, menurut Fauzan, banyak yang berhasil mengatasi persoalan lingkungan.
"Kita bisa belajar dari negara lain yang berhasil dalam menangani ini seperti Tiongkok dan negara-negara Eropa. Masalah populasi bukan suatu alasan untuk tidak berhasil, kita bisa lihat bagaimana kota Beijing dalam satu dekade berhasil menurunkan polusi cukup signifikan, dan masalah sampah juga terselesaikan hampir di seluruh daratan Tiongkok dengan populasi 1,4 miliar," imbuhnya.
Ia pun tak menutup mata dalam mencari solusi, karena para aktivis lingkungan lingkungan dari lintas generasi dan lintas profesi juga bergerak untuk mengatasi masalah lingkungan. Tentunya dengan dimulai dari hal-hal kecil.
"Hal ini juga yang membuat kami dan para aktivis lingkungan hidup berkumpul, mencari solusi untuk ikut serta mewujudkan Indonesia Emas 2045 dengan mendirikan wadah dan gerakan Green Merah Putih," ujarnya.
Fauzan menegaskan, upaya dalam mengatasi persoalan lingkungan perlu langkah nyata. Ia akan bergerak dengan menemui sejumlah pihak guna mengimplementasikan itu.
"Karena tidak mungkin mengorbankan serta membiarkan banyak nyawa manusia, hewan dan kerusakan-kerusakan yang muncul. Karena ini merusak citra dan ancaman nyata untuk bangsa dan dunia," tuturnya.










