Gelar Kemah Lintas Agama, Pemerintah Perkuat Kerukunan Bangsa Lewat Peran Pemuda
JAKARTA - Generasi muda merupakan infrastruktur sosial kerukunan bangsa yang harus dipupuk dan diperkuat secara sistematis. Pemuda memiliki kemampuan alami untuk berinteraksi, berkolaborasi, dan membangun jejaring lintas budaya maupun agama sehingga menjadi modal penting dalam menjaga kohesi sosial Indonesia.
Demikian disampaikan Sekjen Kemenag, Kamaruddin Amin dalam kegiatan Interfaith Harmony Camp, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (22/11/2025). Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Toleransi Internasional yang bertajuk The Wonder of Harmony.
Kamaruddin menekankan, bahwa Pancasila tidak pernah memandang mayoritas maupun minoritas, melainkan mengedepankan nilai kemanusiaan, persatuan, dan keadilan sosial yang bersumber dari ketuhanan.
‘’Penguatan kapasitas pemuda lintas agama menjadi langkah strategis untuk memastikan nilai-nilai dasar bangsa tetap hidup dan relevan dalam menghadapi dinamika global,’’ujarnya.
Kamaruddin menilai, bahwa ruang-ruang perjumpaan seperti Interfaith Harmony Camp menjadi wahana yang efektif untuk menumbuhkan keberanian berdialog, membangun empati, sekaligus memperkuat kemampuan generasi muda dalam mengelola keberagaman.
“Kerukunan bukan hanya konsep, tetapi cara hidup yang harus dipraktikkan setiap hari,” katanya.
Dia juga mengapresiasi hadirnya ratusan peserta dari berbagai agama, ormas keagamaan, kampus, dan komunitas pemuda.
Kehadiran mereka menunjukkan bahwa kolaborasi lintas iman semakin menguat dan menjadi tren positif di kalangan generasi baru. Ia berharap The Wonder of Harmony 2025 menjadi momentum untuk mendorong Indonesia sebagai ruang harmoni dunia.
Kamaruddin mengajak seluruh peserta untuk membawa pengalaman ini ke lingkungan masing-masing dan menjadi agen kerukunan yang aktif, kreatif, serta mampu menjawab tantangan zaman. “Masa depan kerukunan Indonesia berada di tangan kalian,” pungkasnya.
Sementara itu, Plt. Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi, menambahkan, Indonesia adalah bangsa besar yang dibangun dari keberagaman suku, bahasa, adat, dan agama. Luas wilayah yang membentang dari Aceh hingga Papua menggambarkan tantangan sekaligus kekuatan bangsa yang mampu hidup berdampingan.
Pendiri bangsa, kata dia sangat memahami realitas ini sehingga merumuskan dasar bernegara yang tidak menjadikan satu agama sebagai fondasi negara, tetapi tetap menjadikan nilai ketuhanan sebagai inti moral kehidupan berbangsa.
Zayadi mengungkapkan, Indonesia merupakan negara yang sangat religius, tercermin dari penempatan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar yang melandasi sila-sila lainnya.
Perspektif ini, menurutnya, harus terus ditanamkan kepada generasi muda agar mereka memaknai keberagamaan secara dewasa, beradab, dan selaras dengan cita-cita kebangsaan.
‘’Kami ingin anak muda merasakan langsung bagaimana kerukunan dibangun melalui perjumpaan, bukan hanya melalui teori,” ujarnya.
“Ketika infrastruktur sosial keagamaan kuat, maka pembangunan nasional dapat berjalan lebih mantap,” tutup Zayadi.










