Sejarah Gedung Grahadi: Cagar Budaya Nasional yang Dibakar dalam Aksi Ricuh di Surabaya
GEDUNG Grahadi menjadi korban aksi ricuh di Surabaya. Gedung Grahadi dibakar oleh oknum pendemo saat menyampaikan aksinya di Surabaya, Jawa Timur.
Terbakarnya Gedung Grahadi tentu menimbulkan kerugian materiil. Jumlah kerugian materiil belum dikonfirmasi oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur sejauh ini.
Baca juga: Gedung Grahadi Surabaya Dibakar, AHY: Harus Diinvestigasi dan Penegakan Hukum Tegas
Latar Belakang Sejarah
Gedung Negara Grahadi dibangun pada tahun 1795 oleh Residen Belanda, Dirk van Hogendorp, sebagai tuinhuis atau rumah kebun di tepi Sungai Kalimas. Awalnya menghadap ke utara, menyuguhkan pemandangan aktifnya perahu di sungai pada sore hari.Pada masa pemerintahan Herman Willem Daendels, gedung ini direnovasi dalam gaya Indis Empire Style, menambahkan kolom klasik dan struktur atap bertingkat sebagai representasi kemegahan Eropa. Perpindahan fungsi menjadi rumah dinas Residen Surabaya (Residentswoning te Soerabaia) kemudian menjadikannya lokasi resmi pemerintah kolonial dan akhirnya rumah dinas Gubernur Jawa Timur sekitar tahun.
Baca juga: Identitas 5 Pelaku Pembakaran Mako Gegana, 2 di Antaranya Perempuan
Menurut Kuncarsono Prasetyo, sejarawan Surabaya, “Atap bangunan Grahadi bagian barat yang dibakar massa memang mempertahankan gaya Prancis asli, tidak mengikuti renovasi gaya Belanda akhir 1900-an”.
Kutipan Para Tokoh Sejarah
Yayan Indrayana, pegiat sejarah Begandring Surabaya, menyampaikan: “Grahadi merupakan salah satu gedung tertua di Surabaya... tujuannya adalah untuk rumah pejabat Belanda Residen Dirk Van Hogendorp”Kuncarsono Prasetyo menjelaskan tentang arsitektur dan lokasi Grahadi: “Gedung ini dibangun pada tahun 1795 atas perintah Residen... dan nama ‘Grahadi’ berasal dari bahasa Sanskerta: Graha (rumah) dan Adi (utama), berarti ‘Rumah Mulia’”
Penetapan Grahadi sebagai Cagar Budaya Peringkat Provinsi pada tahun 2023 menegaskan pentingnya pelestarian bangunan ini sebagai warisan sejarah bangsa.
Tragedi Pembakaran: Waktu dan Kerusakan
Pada malam Sabtu, 30 Agustus 2025, sekelompok massa berpakaian hitam menerobos gerbang barat dan membakar area sayap barat Gedung Grahadi, termasuk ruangan Wakil Gubernur Emil Dardak dan Press Room. Api menyebar dengan cepat, menjalar ke atap dan interior, sementara banyak barang seperti kursi, printer, dan komputer dijarah.Menurut pengamatan Sindonews, insiden terjadi sekitar pukul 22:00 WIB, dipicu oleh lemparan molotov ke bagian barat gedung. Asap hitam tebal membumbung dan kerusakan meluas, merambat juga ke beberapa kendaraan dan struktur di sekitar Grahadi.
Refleksi dan Harapan
Insiden kebakaran Gedung Grahadi memberikan pelajaran penting bahwa emosi aksi massa tak boleh mengorbankan warisan budaya bangsa. Dalam perspektif historis, Grahadi mencerminkan lapisan sejarah dari kolonial hingga era kemerdekaan dan modern.Staf Pemerintah Provinsi dan komunitas sejarah kini mendorong pendataan kerusakan dan langkah restorasi cepat agar bangunan berharga ini bisa dipulihkan dan tetap menjadi sumber identitas Jawa Timur.










