Prabowo Dianggap sebagai Soekarno Reborn, PDIP Dinilai Perlu Diajak Masuk Kabinet
Presiden Prabowo Subianto dianggap sebagai Soekarno Reborn karena kesamaan visi dalam membangun Indonesia yang berdaulat dan berdikari. Hal itu merupakan pendapat dari Tokoh Pemerhati Intelijen Surya Fermana.
Dalam semangat tersebut, Surya menegaskan urgensi mengajak Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bergabung dalam kabinet Pemerintahan Prabowo-Gibran untuk mewujudkan persatuan nasional dan gotong royong, sebagaimana diwariskan oleh Presiden Soekarno.
Surya menilai gaya kepemimpinan Prabowo mencerminkan semangat Soekarno yang menekankan persatuan tanpa oposisi dalam pembangunan bangsa. “Prabowo adalah Soekarno Reborn. Keduanya memiliki visi besar untuk Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya,” ujar Surya, Rabu (25/6/2025).
Pemerhati Intelijen Surya Fermana. Foto/IstimewaBaca juga: Beri Sinyal Prabowo-Megawati Bertemu Kembali, Gerindra: Ada Banyak Momentum Bisa Mempertemukan
“Dalam sistem ala Soekarno, tidak ada ruang untuk oposisi yang memecah belah, melainkan gotong royong untuk kemajuan bersama,” sambungnya.
Dia berpendapat bahwa melibatkan PDIP dalam Kabinet Merah Putih adalah langkah strategis untuk memperkuat stabilitas politik dan menyatukan energi bangsa menghadapi tantangan geopolitik yang kian berat terjadi konflik dan persaingan antara bangsa-bangsa. Dia menuturkan, PDIP sebagai partai pemenang pemilu di DPR memiliki peran penting dalam menjaga persatuan.
“Jika bergabung, visi gotong royong ala Soekarno akan semakin kokoh, mencegah friksi politik yang dapat menghambat pembangunan sehingga kita bisa tuntaskan persolan dalam negeri guna menyongsong tantangan luar” ujarnya.
Kesamaan antara Prabowo dan Soekarno juga terlihat dari komitmen terhadap kedaulatan nasional dan keberpihakan pada yang tertindas seperti termaktub dalam UUD 1945. Dalam kunjungan terbarunya ke Rusia pada Juni 2025, Presiden Prabowo menegaskan, “Kita tidak mau mengganggu siapa pun, kita tidak mau mengganggu bangsa lain, tapi kita juga tidak akan mengizinkan bangsa manapun untuk mengganggu kita.” Pernyataan yang disampaikan di St. Petersburg itu dianggap mencerminkan semangat Trisakti Soekarno yang menjunjung kedaulatan politik dan kemandirian ekonomi. Peluncuran memoar Prabowo versi Rusia juga dinilai sebagai langkah diplomasi kultural untuk memperkuat posisi Indonesia di dunia, serupa dengan upaya Soekarno melalui Konferensi Asia-Afrika.
Wacana PDIP bergabung dalam kabinet telah mengemuka sejak pertemuan antara Prabowo dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pada 2 Juni 2025 di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, dan dilanjutkan dengan silaturahmi di kediaman Megawati pada 5 Juni 2025.
Meski elite PDIP seperti Komarudin Watubun menyatakan bahwa komunikasi tersebut tidak serta-merta berarti bergabung, Surya Fermana optimistis peluang ini tetap terbuka. “Persatuan adalah kunci. Jika PDIP bergabung, ini akan menjadi simbol kuat bahwa Indonesia bersatu di bawah kepemimpinan Prabowo, seperti era Soekarno yang mengedepankan musyawarah dan gotong royong,” katanya.
Namun, Surya juga mengakui tantangan sejarah, seperti perbedaan latar belakang Orde Lama dan Orde Baru, perlu dijembatani. “Prabowo dan Megawati harus fokus pada masa depan, bukan masa lalu. Gotong royong adalah jalan menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Dengan semangat persatuan dan gotong royong, pemerintahan Prabowo-Gibran diharapkan dapat mengintegrasikan semua elemen bangsa, termasuk PDIP, untuk mewujudkan visi Indonesia yang berdaulat, berdikari, dan bermartabat di mata dunia.










