Kisah Sentot, Anak Muda Panglima Perang Jawa Andalan Pangeran Diponegoro

Kisah Sentot, Anak Muda Panglima Perang Jawa Andalan Pangeran Diponegoro

Nasional | sindonews | Jum'at, 20 Juni 2025 - 06:40
share

PERANG Jawa memicu pasukan Pangeran Diponegoro mengerahkan seluruh kemampuannya. Sejumlah tokoh ahli strategi diandalkan oleh Pangeran Diponegoro guna memerangi Belanda.

Salah satu tokoh yang mungkin asing yakni Sentot, anak muda yang memimpin ratusan pasukan Pangeran Diponegoro pada Perang Jawa. Panglima perang berusia remaja ini bersama satu bangsawan muda yang butuh huruf bergelar Ali Basah (Yang Mulia Pasha) Abdul Mustopo Prawirodirjo bergabung dengan pasukan Pangeran Diponegoro di Selarong saat masih berusia 17 tahun.

Baca juga: Petaka Wabah Kolera Sebelum Perang Diponegoro Bikin Rakyat Jawa Menderita

Sentot menorehkan nama harum karena kecerdasan dan keberaniannya dalam bertempur. Anak muda putra dari Raden Ronggo Prawirodirjo III dari selirnya asal Madiun itu menjadi tokoh penting di Perang Jawa.

Sentot digambarkan sebagai anak muda yang brilian, pemberani, dan berapi-api di segala hal. Dikutip dari buku "Takdir : Riwayat Pangeran Diponegoro 1785 - 1855" dari Peter Carey, pada penghujung 1828 ketika Sentot memasuki usia 20 tahun sudah tampil sebagai panglima militer dan ahli strategi yang terkenal. Pasukan Sentot berhasil memenangkan pertempuran dengan pasukan Gerak Cepat ke-8 yang dipimpin Mayor HF Buschkens di Kroya, Bagelen Timur, awal Oktober 1828. Namun, di sisi lain dinamika jalannya perang ini mulai tidak menguntungkan Pangeran Diponegoro.

Pada Desember 1828, Sentot meminta agar diberi kuasa untuk memimpin seluruh kekuatan pasukan Diponegoro di medan tempur sekaligus diizinkan menarik pajak langsung yang berarti mengabaikan patih.

Hal ini akhirnya mengganggu batin sang pangeran yang sadar bahwa perannya sebagai Ratu Adil mestilah menjamin kebijakan pajak yang ringan dan tersedianya sandang pangan murah.

Pangeran Diponegoro khawatir jangan-jangan rakyat kebanyakan bakal ditindas jika Sentot yang terkenal suka hidup boros itu diizinkan memegang dalam satu tangan tanggung jawab militer dan pemerintahan. Pangeran lalu meminta pendapat para komandan lain sekaligus bertanya pada pamannya Pangeran Ngabehi.

Topik Menarik