Keren! Isu Kesejahteraan Petani Diangkat lewat Film Seribu Bayang Purnama

Keren! Isu Kesejahteraan Petani Diangkat lewat Film Seribu Bayang Purnama

Nasional | sindonews | Rabu, 18 Juni 2025 - 10:48
share

UNTUKpertama kalinya sebuah film layar lebar di Indonesia mengangkat isu soal kehidupan dan kesejahteraan petani. Film ini menggambarkan bagaimana para petani di Tanah Air berjibaku melawan dunia industri pupuk kimia.

Proses syuting film selesai akhir tahun lalu. Film Seribu Bayang Purnama akan serentak ditayangkan di bioskop mulai 3 Juli 2025. Film ini terinspirasi oleh kehidupan nyata petani di beberapa daerah di Indonesia.

Sentuhan drama dan cerita film ini ditulis oleh Swastika Nohara dan disutradarai Yahdi Jamhur dengan mengangkat pesan sosial yang sarat makna. “Film dengan drama kehidupan petani, mungkin terdengar asing dalam jagad sinema Indonesia. Kami mengangkat hal tersebut sehingga semua orang bisa lebih menunjukkan kepedulian dan juga meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya bidang pertanian bagi bangsa ini,” ujar sutradara Film Seribu Bayang Purnama Yahdi Jamhur saat screening film Seribu Bayang Purnama, Selasa (17/6/2025).

Film ini didedikasikan bagi para petani yang berkontribusi besar bagi bangsa Indonesia. Bahkan, seluruh keuntungan tiket bioskopnya akan didonasikan bagi petani dalam bentuk pelatihan pertanian.

Film ini memberikan inspirasi bagi generasi muda untuk kembali ke desa untuk memulai dan menerapkan proses pertanian berkelanjutan demi mempertahankan budaya dan nilai-nilai dalam masyarakat desa. Sisi lain yang juga coba diangkat dari film ini adalah problem yang kerap ditemui petani seperti kehidupan petani yang selalu berhadapan dengan tengkulak dan juga tingginya biaya produksi untuk mulai bertani.

Tokoh utama dalam film ini adalah Putro Purnomo yang diperankan Marthino Lio. Putro adalah seorang pemuda yang kembali ke desanya setelah mengejar cita-cita di kota. Putro merupakan anak dari seorang petani bernama Budi yang diperankan Nugie.

Putro bertekad memulai hidup baru di desa menggunakan metode pertanian alami. Namun, niat baik Putro tidak berjalan mulus. Dia mendapat tentangan dari saingan lama keluarganya di desa.

Saat dia berjuang membuktikan nilai pertanian alami yang berkelanjutan, perjalanannya menjadi lebih rumit ketika dia menaruh hati pada sosok Ratih yang diperankan Givina. Ratih adalah pemilik toko pupuk dan pestisida pabrikan yang juga anak dari keluarga rivalnya.

Baraka Films mempercayakan Yahdi Jamhur sebagai sutradara film ini dengan pengalamannya sebagai jurnalis dan sinematografer yang telah lama berkarya melalui serial dokumenter. Alur cerita film ini ditulis dengan apik oleh Swastika Nohara sebagai penulis naskah dan co-sutradara. “Pesan lain yang ingin disampaikan adalah bumi pertiwi ini butuh sebuah cara, yaitu pertanian yang alami agar terus bisa memberikan hasil bumi terbaik. Selain itu diharapkan juga banyak generasi muda yang tertarik untuk bertani,” ujar Yahdi.

Dia menambahkan film ini berawal dari kegelisahan akan nasib petani yang kesejahteraannya masih jauh dibawa ideal. Metode pertanian alami yang diusung film ini pada praktiknya mampu menambah penghasilan petani.

Selain itu, dengan menggunakan metode pertanian alami, maka komoditas pangan yang dihasilkan akan jauh lebih sehat untuk konsumennya. “Ketahanan pangan adalah salah satu kunci kedaulatan negara,” ucapnya.

Topik Menarik